Barga merebahkan dirinya ke kasur setelah selesai bersih-bersih sepulang mengantarkan Cia, dia teringat sekali bagaimana wajah menggemaskan gadis itu kala turun dari motornya. Mata sembab, hidung memerah dan bibir yang sedikit mengerucut belum lagi gadis itu kejedot pagar karena kesandung kakinya sendiri. Barga tersenyum, entahlah kenapa dirinya begitu berbeda. Tidak biasanya seperti ini, tersenyum dan memikirkan gadis polos seperti Cia. Padahal dirinya pun belum begitu mengenali gadis itu, hanya ada beberapa informasi yang ia dapat dari teman-temannya ketika mereka sedang berkumpul dan juga bagaimana bisa dirinya hampir melupakan bahwa gadis itulah yang pernah memaki dirinya anjing serta mengejek mukanya mirip dengan telur ceplok.drttt...drrtt..drttt
Barga terkejut mendengar getaran yang berasal dari ponselnya "Sialan!" ia pun mengambil handphone dinakas dan melihat siapa yang menelfon nya
Matheo Xavierre ...
Barga mengangkat telfon nya dengan rasa penasaran, tumben sekali Matheo menelfon dirinya.
"woi bar, malem balap yeee"
"Lawan?"
"bintang anak 76, dia nawar duit 80 juta! harus menang lo bar biar kita bisa holideeeiii Minggu ini!"
"Dimana?"
"tempat biasa, mau kagak lo? mau ajalah yee gue langsung deal in ni! bye ayanggg"
tutt...
Matheo langsung mematikan telfonnya sepihak, Barga bergidik ngeri mendengar Matheo memanggil nya ayang. Laki-laki itu sudah sedikit alay kala join trend trend di tiktok, tidak mengapa asal jangan sampai "mleyot" saja si.
Barga mengubah posisinya menjadi duduk, malam ini bagaimana harus izin ke maminya perihal dia akan balapan. Kalau ada papinya sudah yakin 100% diizinin, sebenarnya Barga seringkali berfikir bahwa kedua orang tuanya ini aneh. Membiarkan dirinya bebas walaupun selalu dapat omelan dari Nara, mami tersayangnya. Tapi dengan begitu Barga jadi tahu mana yang harus ia lakukan dan mana yang sebaiknya ia hindari, papinya pernah berkata kepada dirinya "Kalau mau bebas silahkan, balapan juga silahkan. Asalkan tetap harus fokus sekolah dan hindarin hal-hal yang perlu dihindari". Lihatlah bagaimana Barga berpenampilan ketika disekolah, bak anak preman tapi biarpun begitu ia disegani oleh guru-guru. Otak cerdasnya itu yang kadang membuat guru tak tega harus menghukum dirinya.
Berga menghela nafas, beranjak dari kasur dan berjalan keluar kamar. Menuruni tangga satu persatu sembari melihat keruang tengah, sedikit terkejut ketika ia melihat papinya, Baron sedang duduk bersama Nara. Dengan cepat Barga menuruni anak tangga dan langsung menghampiri kedua orang tuanya.
"Kapan sampai?" tanya Barga, lalu dia duduk disampingnya papinya
Papi nya menoleh kearah Barga "Baru aja, gimana sekolah kamu? oke gak?" tanya Baron
Barga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Baron berdecak pelan melihat putranya. Persisi seperti dirinya tapi seingat Baron dirinya tak secuek Barga ketika masih muda, malah petakilan abis. Baron merangkul Barga dengan semangat
"Pacar udah punya?" tanya Baron dengan sedikit berbisik
Nara yang melihat itu mendelik kesal dan memukul bahu Baron "Jangan bisik bisik! mami juga mau denger!"
Baron melirik Nara sekilas lalu melepaskan rangkulannya dan berpindah untuk merangkul Nara."Gak minat pacaran pi" jawab Barga jengah
"Minatnya apa?"
"Balapan"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARGANTARA (On Going)
Teen Fiction"Barga harusnya jualan telur ceplok aja, soalnya telur ceplok bikinan barga enak!" "Danica Delicia Delwyn" gadis polos, cerewet dan ceroboh yang suka sekali dengan telur ceplok adalah satu satunya perempuan yang berani berkata demikian kepada "Barga...