Hari ini adalah hari Senin, hari dimana para siswa-siswi harus bangun lebih awal. Karena setiap hari Senin lonceng masuk akan dibunyikan tepat pukul 07:00 pagi, kalau tidak bangun lebih awal ah sudahlah pasti mereka akan telat. Belum lagi kalau sudah terjebak macet, rasanya sangat menyebalkan. Sama seperti Barga, pagi ini ia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Kalau kalian kira Barga akan berpenampilan rapi maka itu adalah perkiraan yang salah, Barga bahkan tak memasukkan bajunya kedalam celana. Laki-laki itu berjalan keluar kamar dengan langkah santai sembari menyandang tas nya di bahu kiri. Lalu menuruni tangga satu persatu.Wajah Barga pagi ini sedikit terlihat lelah, mungkin efek kurang tidur semalam. Bukan kurang tidur karna bermain, tapi karna belajar. Hari ini kelas mereka akan mengadakan ulangan kimia, sebagian dari mereka membenci mata pelajaran itu karena dianggap terlalu rumit. Namun bagi Barga itu adalah hal yang sepele, selama berada di SMA Barga selalu meraih peringkat 1 dari keseluruhan murid dijurusan MIPA. Belum ada sama sekali yang bisa menggeser posisi Barga selama satu tahun belakangan ini. Nara dan Baron selaku kedua orang tuanya turut berbangga atas itu, mereka tau walaupun Barga seperti anak nakal tapi dia tetap bisa fokus pada pendidikan nya.
Sesampainya Barga dimeja makan, ia langsung mendudukkan dirinya ke kursi dan menaruh tasnya diatas kursi kosong disebelahnya.
"Morning kesayangan papi" ucap Baron, nada nya sedikit menyindir
"Morning" jawab Barga singkat
Baron memcibikkan bibirnya sedikit sebal "Pas bikin gaya nya kurang pas nih, makanya yang lahir cuek bebek"
"Hish papi!" Nara menyenggol lengan Baron dengan kuat, Baron yang tadinya ingin memakan roti kini roti tersebut malah jatuh ke piringnya.
"Canda sayang" Baron terkekeh lalu mengambil rotinya dan melahap roti itu dengan tenang.
"Jangan dengerin papi kamu, mau makan roti apa nasi goreng?" tanya Nara pada Barga
Barga mengangguk singkat dan melihat makanan yang ada di meja, lalu pandangnya terhenti saat melihat ada nasi goreng dan telur ceplok. Entahlah, tiba-tiba ia ingin sekali membawa bekal hari ini.
"Roti" jawab Barga singkat
Nara tersenyum lalu mengambil roti dan mengoleskan dengan selai cokelat, setelah itu ia berikan pada Barga. Barga menerima itu dengan senang hati
"Thanks mam" ujar nya, lalu melahap roti nya
Nara pun sama, ia hanya mengangguk dan mulai memakan sarapannya. Suasana di meja makan hening seketika, sibuk memakan sarapan masing-masing tentunya. Saat sedang asyik menikmati sarapannya, mata Nara tak sengaja melihat seragam Barga yang tidak rapi. Ia menghembuskan nafas kasar, anaknya ini benar-benar!
"Dasi kamu mana?" tanya Nara dengan tiba-tiba
Barga mengangkat alisnya "Di tas" ucap nya sembari mengunyah roti
"Pake! Baju juga masukin!" perintah Nara dengan tegas
"Iya ntar di sekolah"
"Sekarang Bargantara Einsteinium!" ujar Nara penuh tekanan
"Iya, tapi siapin Barga bekal ya mam. Nasi goreng sekalian telur ceplok nya masukin semua"
"Uuhukkk" Baron tersedak kala mendengar penuturan Barga, membawa bekal? 17 tahun Barga sekolah dan baru ini anak itu meminta untuk dibawakan bekal. Padahal ketika masih SD Barga terus menolak ketika Nara memberinya kotak bekal, kata nya tak perlu bisa makan sendiri disekolah. Nara dengan cepat memberikan Baron minum lalu Baron pun meneguknya sampai habis.
"Pelan-pelan kalau makan" tegur Nara, lalu ia beralih menatap Barga
"Kamu serius?"
"Mami kira aku becanda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARGANTARA (On Going)
Novela Juvenil"Barga harusnya jualan telur ceplok aja, soalnya telur ceplok bikinan barga enak!" "Danica Delicia Delwyn" gadis polos, cerewet dan ceroboh yang suka sekali dengan telur ceplok adalah satu satunya perempuan yang berani berkata demikian kepada "Barga...