.
.
.Bocah itu mengendap melewati lorong gelap sisi kiri dapur rumahnya. Melihat tong sampah yang berdiri di pojokan lemari penyimpanan bahan makanan. Berjalan mendekati tong sampah itu dan membuka pelan, ada kotak pizza yang isinya masih sisa tiga buah.
"Masih bagus, enggak busuk" menutup kembali kotak pizza itu dan memasukannya dalam kausnya.
Mengendap ingin kembali ke kamarnya yang terletak di loteng lantai tiga. Sesekali menggerakkan kepalanya ke kiri dan memutar random bola matanya.
Dia Han Jisung. Putra bungsu keluarga paling kaya di seoul Korea Selatan. Pemilik sebuah industri kosmetik dan brand busana kalangan atas.
Kasihan....
Dia tak pernah di harapkan di keluarga itu. Hanya karena dia mengidap autis, dia di asingkan....
"Bukan salah Icung...." Ucapnya lirih memegang pipi kanannya yang telah merah tergambar tangan besar ayahnya.
Itu tujuh tahun yang lalu saat usianya masih sepuluh tahun. Sering sekali mendapatkan pukulan, kekerasan fisik, hanya karena dia berbuat sedikit saja kesalahan.
Kini dia tumbuh menjadi laki-laki remaja yang cukup manis berusia tujuh belas tahun. Walaupun dengan segala kekurangan yang dia miliki.
...
"Nyam....." Melahap cepat sisa pizza itu.
Dari dulu dia sering memungut sisa makanan di tong sampah. Karena makanan yang di jatah setiap hari pun kadang tak layak untuk di makan.
Memang bukan salah Hanjis kan untuk jadi autis. Jika dia bisa memilih, dia juga ingin hidup normal layaknya saudaranya yang lain.
Dia memiliki satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Namun mereka sama saja. Bagi mereka, memiliki saudara autis adalah sebuah aib keluarga. Hanya mempermalukan nama keluarga dan di anggap sebagai pembawa sial.
Sama saja dengan kedua orangtuanya. Menganggap Hanjis hanya sebuah kesalahan dengan lahir ke dunia ini.
...
Suatu ketika, Hani, saudara perempuan Hanjis membawa temannya untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama. Hanjis hanya mengintip dari balik pintu kamar Hani yang terbuka.
Oh... Dia juga ingin punya teman. Tapi dia saja tak pernah di sekolahkan. Jangankan sekolah, untuk keluar rumah saja dia harus mengendap. Ketahuan keluar pagar saja dia langsung di hajar habis-habisan oleh ayahnya.
...
"Lihat, dia siapa?" Menunjukan ke arah pintu kamar Hani yang terbuka sedikit.
Hani bangkit dan menyeret rambut Hanjis dengan kasar, melemparkannya ke dalam kolam renang belakang rumah, dia ikut melompat dan sengaja menenggelamkan kepala Han agar dia mati.
"Sudah ku bilang! Kamu jangan keluar! Nampak di kamarku di depan teman-temanku? Hal yang sangat memalukan Jisung!
"Maaf Hani....Maaf!" Nafasnya tersengal karena air.
"Cukup! Aku jijik hanya dengan menyentuhmu Jisung!"
...
Hampir saja Jisung mati.
...
"Kenapa semua benci icung Bebe?" Memeluk Bebe, pembantu rumah tangga yang sejak kecil merawat Hanjis karena iba.
"Jangan sedih tuan muda, kamu akan baik-baik saja jika kamu keluar dari neraka ini" mengusap lembut punggung Hanjis, dia menyembunyikan air matanya tak bisa berbuat banyak untuk Hanjis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Stray [Stray Kids] ✓
JugendliteraturBxB - Mavia - Pembunuhan - Kematian Tau rasanya hidup tapi mati? Bernafas tapi tak ada udara? Ingin keluar dari ruang gelap, tapi bahkan tak ada celah? Ingin melangkah tapi tak punya kaki? Ingin bercerita tapi hanya sendirian? Hidupmu bahkan lebih b...