1. Dihapus

60.7K 3.8K 208
                                    

Absen dulu ygy. Tau cerita ini dari mana aja nih?

.
.
.
.

Pendar cahaya minim memenuhi indra penglihatan. Manik ber-iris-kan hazel menatap kosong ke penjuru arah.

"Lagi?" gumamnya.

Ia meringkuk memeluk lutut. Di bawah naungan cahaya minim tak menepis lebam kemerahan yang menghiasi kulit putih itu.

Bunyi gesekan pintu membuat si gadis memejamkan mata spontan. Ia tidak ingin terlihat sadar saat pacarnya-- Gafino masuk. Jika tidak, lebam di tubuhnya akan semakin bertambah.

"Sayang? Aku tau kamu bangun. Jangan gitu dong." Gafino mendekat. Mengusap lembut pundak terekspos Rea, "mau kukasih sayatan indah lagi, hm?" cengirnya tanpa dosa.

"N-nggak... a-aku nggak mau," jawab Rea dengan suara serak.

"Coba hadap sini," titah Gafino. Patuh! Seolah tubuh Rea diatur untuk memenuhi semua kata Gafino. Di hadapannya berbaring tubuh bagian atas tanpa baju. Hal yang Rea tahu, Gafino memang selalu melepas atasannya ketika tidur.

"Kamu tau kesalahanmu kan?" ucap Gafino. Suaranya begitu berat dan dalam. Membuat betina mana pun terpesona. Tapi tidak untuk Rea. Baginya, suara khas itu seperti lonceng kematian.

Rea mengangguk cepat. Air matanya ikut luruh berkat anggukan itu.

"Apa coba?" tanya Gafino santai sambil menghapus jejak air mata Rea.

"G+gue nggak akan bicara lagi sama ketua kelas."

"Terus?"

"Jaga jarak sama guru laki-laki."

"Pinter. Terus apa lagi?" lanjut Gafino sumringah. Pucuk kepala Rea diusap lembut.

"...."

"Terus apa?!" gegas Gafino. Usapan itu berhenti.

"I-itu... Argh!" Pekikan itu terdengar melengking saat segenggam rambut terasa menegang.

"A-ampun Gaf... gue bakal nurut. Gue janji," ucap Rea terisak.

"Nurut? Jangan gitu dong sayang. Aku pacar mu. Jangan buat aku kayak pelihara anjing dong."

"Sa-sakit Gaf," rintih Rea. Meraih rambut yang ditarik paksa.

"Oh iya... maaf sayang. Sakit ya?" ucap Gafino mendayu sambil mengusap-usap kepala Rea.

"Kalau kamu berulah lagi. Aku bakal jahilin kamu lebih dari ini!"

Sakit! Rea merasakan tubuhnya berdenyut dari segala sisi. Bukan mengobati. Gafino justru menyuruh Rea tidur dengan dirinya memeluk posesif.

Tengah malam, ketika jarum jam menunjukan tepat di angka dua belas. Rea terbangun.

Matanya mengawasi sekitar. Ia tak melewatkan sedikit pun sosok Gafino yang tengah mendengkur halus di sampingnya.

Rasa benci, cinta dan sesal menjadi satu. Campur aduk dalam pikiran semerawut hingga mencetuskan kesimpulan gila berujung tragis.

Rea harus mengakhiri penderitaannya malam ini. Ia tidak sanggup lagi jika menahan lebih lama.

"Maaf Gaf, kamu yang maksa aku untuk melakukan hal ini."

Scroll

'Part telah dihapus'

NOT REAL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang