6. Pindahan

16.9K 1.9K 12
                                    

Keadaan rumah terpantau sunyi. Hanya ada suara ketokan palu dari tetangga seberang yang tidak kunjung usai merehab rumah.

Gea bersandarkan dinding sedang membuka lembar demi lembar novel yang baru ia beli bersama Saga kemarin. Tempat ternyaman hanyalah kamar. Tapi--

"Hais! Kalau kayak gini jadi nggak mood baca." Ia akhirnya menyerah dan menutup buku itu.

Pikirannya berkelana menuju tempat Gafino berada. Hari ini adalah hari pertamanya kerja. Tidak menutup kemungkinan ia akan membuat kekacauan sebab pengalamannya yang nihil. Di tambah sikap sombongnya itu.

"Apa tindakanku salah ya?" Gumam Gea. Ia merangkul kedua lututnya seraya menghela nafas.

"Mana dia nggak pegang handphone. Argh! Harusnya aku nggak nyuruh dia kerja. Kalau dia ngerepotin orang gimana?" Beo Gea sambil mengacak-acak rambut.

Di sisi lain, kerumunan ibu-ibu tengah memadati sesuatu. Jika dilihat seksama mereka sibuk mewawancarai salah satu pegawai toko yang terlihat lebih tampan dari pegawai lainnya.

"Wah, kamu beneran nggak ada keturunan Korea-nya?"

"Nggak ada kok Bu. Saya asli Indonesia."

"Sebelumnya kamu pernah jadi model ya? Kok kayaknya nggak asing mukanya. Iya kan Bu?"

"Iya nih. Yuk pulang sama Ibu. Ibu punya anak seumuran kamu lho. Nanti kalian bisa ngobrol bareng."

"Hehe. S-saya harus kerja Bu. Permisi," pinta Gafino yang sudah lelah dijejali banyak pertanyaan. Ia kabur ke gudang penyimpanan untuk menghindari ibu-ibu tadi. Resiko punya bibit good looking memang susah.

"Gaf kok ngumpet di sini?" Sahut seorang wanita dari belakang.

"Ah, itu...."

"Sekarang giliran Ibu-ibu ya?" Timpal Tia. Salah satu pegawai toko kenalan Gea.

"Hum, aku kerja bagian belakang aja bisa nggak Kak? Risih dikerumunin orang."

"Hahaha. Oke-oke, bentar lagi ada barang dateng. Nanti diangkat terus taruh pojok sana ya?"

"Di-diangkat?" Tanya ulang Gafino. Tidak percaya pekerjaan ini memintanya untuk mengeluarkan tenaga lebih.

"Iya."

"Pake apa?"

"Pake tangan."

"Nggak ada alat apa gitu?"

"Nggak ada. Tolong diurus ya." Tia tersenyum ramah sebelum melewati Gafino.

"What the--"

"GEEAAA!" Pekik Gafino tertahan.

***

Bandara Soekarno Hatta.

Dua orang yang tengah berjalan dengan salah satunya mendorong kursi roda tampak santai menikmati udara kampung halaman setelah dua bulan pergi ke negeri empat musim.

"Ma, Kak Gea suruh jemput dong. Aku kangen," ucap Ginda yang tengah duduk di kursi roda.

"Sayang, Kakak mu kan nggak bisa naik mobil. Kita langsung naik taksi aja ya?" Tawar Sang Mama--Reni.

"Iya sayang. Biar cepet. Kita langsung naik taksi aja ya?" Timpal Fayiz--Papa Ginda.

"Nggak mau, aku pingin Kak Gea yang jemput. Titik!"

"Ya udah Ma. Telpon Gea sana. Suruh jemput naik taksi online. Biar cepet. Kasian Ginda," suruh Fayiz yang langsung dapat persetujuan dari Reni.

Bunyi dering ponsel memenuhi kamar Gea. Sayangnya sang pemilik sedang di halaman belakang untuk mengangkat jemuran karena gulungan awan rentan menuangkan bala tentara hujan.

NOT REAL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang