Sisa nafasmu masih terasa dalam rongga dadaku
Samar-samar, tapi tetap sejuk, dingin
Dalam pigura-pigura yang telah dulu sekali dibuat, kita pernah tertangkap bersama bukan?
Kita adalah lukisan-lukisan dahulu kala
Terpajang rapi dalam elegi-elegi yang tak pernah usang
Sesekali mereka menggoda, untuk kembali dilirik mata
Kita adalah rasa-rasa yang terbungkam
Di mana bisu begitu diagungkan
Tanda tanya yang dikunyah tiap harinya
Kita merupa bait lagu
yang tak jelas di mana akhirnya
Hingga pena minggat dari kertas-kertasnya
Lirik-lirik terbengkalai, mati di tengah jalan
Aku menemukanmu lagi pagi tadi
Dalam persimpangan rasa di hati
sama, tak berubah
Nafasmu masih sejuk, dingin
Tapi aku?
Kini sedang menjelma gelandangan
Kosong di mana-mana
Aku mengharap nafasmu sekali lagi
Seperti yang sangat dulu sekali
Untuk setidaknya mengisi bilik jantungku, melegakan nafasku
Hingga aku menemukan rumahku yang baru
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi dan Kepulan Asap yang Menghilang
PoetryLarik-larik kata dari pikir yang tak terucap.