Masih adakah kesempatan?
Pada hatimu yang tampaknya mulai penuh sesak.
Jika harus menyuap waktu
waktu akan aku suap
jika harus kembali ke yang lalu
akan ku bangun mesin waktu
itu untukmu.
Senja merindu padamu
bukankah kau dahulu rajin menyapa mereka bersamaku?
Otot-otot jantung bertanya padaku
kapan kau akan ajak mereka berkeringat lagi seperti yang lalu?
Kau katakan ada yang sudah meminta hatimu
tapi, kau juga berkata
hatimu masih rapi tersimpan di dalam dadamu
kau belum menyerahkannya bukan?
Kasih, beri aku satu kali lagi.
Bukankah sebusuk-busuknya kita
mentari akan selalu bersinar lagi esok hari?
Bukankah sebagaimana kita memaki-maki hujan
ia akan turun lagi musim depan?
Aku ini memang pecundang
sedari dulu tak pernah berkata yang aku rasa
tapi kali ini kuyakinkan padamu
tiap inci dari rasa dan pikirku
itu kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi dan Kepulan Asap yang Menghilang
PoesiaLarik-larik kata dari pikir yang tak terucap.