Tiap-tiap pagi aku tertegun
tiap-tiap siang aku menunggu
tiap-tiap malam aku membungkam mulutku.
Aku tutup rapat-rapat
dalam balut rindu penuh dahaga
tentang rasa yang selalu ada.
Hingga aku siap melepas semua
meneriakkannya kencang-kencang!
Sayangnya,
ada sebuah masa
yang kalian sebut terlambat
dan kali ini, aku ikut mengiyakannya.
Padamu,
tolong bukakan pintu
dari kedua pupil matamu yang gelap itu.
Tolong dorong aku pergi!
Karena nyatanya..
Meski tersesat
asal itu dalam dirimu
dengan senang hati, aku akan tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi dan Kepulan Asap yang Menghilang
PoetryLarik-larik kata dari pikir yang tak terucap.