Happy reading
Sekelebet bayangan memenuhi pikiran seorang gadis yang sekarang tengah berbaring sembari menatap cermin yang memantulkan wajah nya. Bukan? Ini bukan wajah nya. Transmigrasi? Kata itu yang selalu berkelena di pikiran nya, ia menghela nafas panjang.
Hingga suara pintu terbuka membuyarkan lamunan gadis itu, terlihat wanita paruh baya dengan pakaian modis berdiri di depan pintu dengan senyum manis yang tak pernah lepas dari bibir nya, kaki nya melangkah maju kearah brankar menghampiri nya, tanpa aba - aba wanita yang hampir berkepala empat tapi masih terlihat cantik itu memeluk nya dengan erat.
“Sayang, gimana keadaan kamu? Mana yang sakit? Ngomong sama mamah”. Tanya nya bertuntun - tuntun, sedangkan yang di ajak bicara hanya terdiam.
“Ana”.
Gadis itu menoleh, ia bingung harus apa. Tidak mungkin dia jujur kalo dia bukan Astritana yang asli, dia hanyalah roh yang menyasar di tubuh Astritana-- anak nya. Ya dia Astrit Geolma Putri
“Nak”. Ajeng mengguncang tubuh Astrit pelan hingga membuyarkan lamunan nya.
“Ah ee--e iya”.
“Kamu kenapa? Ada yang sakit?”. Astrit menggeleng
“Ya sudah kalo kamu butuh sesuatu panggil mamah aja, mamah mau nemuin dokter dulu”. Ucapnya sambil mengecup kening Astrit sekilas kemudian berlalu pergi meninggalkan Astrit sendiri.
“Astritana Shintera Laksana, gadis dengan sejuta rasa sakit yang di alaminya baik fisik maupun batin, semua orang membenci nya, menatap nya jijik, mencemoh nya termasuk keluarga nya sendiri kecuali sang ibu dan-- orang - orang sering memanggil nya Antagonis”. Monolog nya mengingat kembali ingatan yang melekat di pikiran nya.
“Hm, menarik”.
“let's play the game”. Ia menyeringai
__Ω__
Sudah tiga hari Astrit menetap di rumah sakit, di karenakan cedera di bagian kepala nya yang cukup serius mengharuskan gadis itu untuk menginap di tempat ini lebih lama, tapi bukan Astrit nama nya kalo tak merengek minta pulang.
“Ada yang ketinggalan?”. Astrit hanya menggeleng
Di perjalanan hanya ada keheningan, semua nya sibuk dengan kegiatan masing - masing, Astrit menatap keindahan kota Jakarta melalui jendela. Ia tersenyum kecut, tak habis pikir dengan apa yang di alaminya sekarang, transmigrasi? Konyol.
Tiba - tiba sebuah ide muncul di otak nya, ia berbalik badan menghadap sang ibu. “Mamah?”. Panggil Astrit
“Iya sayang, kamu butuh sesuatu?”.
“Aku mau-- ”.
__Ω__
17.25 WIB
Ya, di sini Astrit sekarang. Didepan nya terpampang rumah megah bak istana dengan di kelilingi pagar besi yang menjulang tinggi di sertai bunga - bunga dan pepohonan rindang yang mengiringi setiap pagar.
Harum bunga mawar memasuki Indra penciuman nya, langkah demi langkah ia lalui dengan sang ibu yang senantiasa menggenggam tangan nya, Hingga sampailah mereka di depan pintu. Dari luar saja bagus apalagi didalam nya?
Pintu rumah terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya dengan celemek yang terpasang di tubuhnya Bibi Ames? Orang yang sangat menyayangi dan mengurus Astrit sedari kecil.
“No-- non Ana”. Tanpa menunggu lama bibi Ames memeluknya dengan erat menghilangkan rasa rindu yang membara, Astrit tersenyum tipis lalu membalas pelukan bibi Ames.
“Sudah bi, kasian Astrit baru pulang dari rumah sakit, dia butuh istirahat”. Ya, Astrit menyuruh Ajeng untuk memanggil nama asli nya dan kebetulan nama mereka hampir sama.
“Hehe maaf, bibi terbawa suasana”.
“Silahkan masuk”. Mereka mengangguk lalu berjalan memasuki rumah dengan Ajeng yang memapah Astrit, di sana-- banyak kaum Adam sedang bercengkrama asik di ruang tengah dan satu gadis di tengah - tengah mereka, pantas? ada motor besi di halaman rumahnya.
“Pasti di antara mereka ada si ba**ingan”. Batin nya
Mereka yang ada di ruang tengah serempak menatap ke arah pintu, ekspresi berbeda - beda mereka tunjukkan, hingga seseorang bersuara.
“Gu-- ”.
“No coment”. Potong Astrit
Mereka sontak terkejut termasuk Ajeng dan bibi Ames sejak kapan? dia berani? itu yang ada di benak mereka sekarang. Sedangkan Arseno yang ucapan nya di potong Astrit mengepalkan kedua tangan nya dikedua sisi tubuh nya, Astrit yang melihat itu menarik sudut bibir nya ke atas.
“Apa?”. Tanya nya, kepala gadis itu mendongak menatap Arseno yang sekarang tengah menatap nya tajam seperti ingin menguliti nya. Oh ayolah? Astrit yang sekarang bukanlah Astrit yang dulu, Astrit yang takut dengan kakak nya bahkan untuk menatap mereka, sekarang hanya ada Astrit pemberani yang tak takut dengan suatu hal apapun apalagi-- model main fisik seperti mereka. Cuih
“Berani Lo sama gue?”.
“Kenapa tidak?”. Jawab Astrit santai
“Gue ini kakak Lo”.
“Emang kamu menganggap saya adik?”. Arseno terdiam begitu pun dengan yang lain, Ajeng yang tersadar dari diam Nya langsung menarik Astrit naik ke atas begitu pun bibi Ames yang berlalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
__Ω__
Votement? Njih sami - sami 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrit You? (On Going)
RandomYang kepo langsung di baca Jangan lupa tinggalkan jejak ( vote dan follow ) ≈≈≈ Dia Astrit Geolma Putri. Nama yang cantik sesuai dengan parasnya yang rupawan tapi tidak dengan kehidupannya. Kehidupannya yang penuh akan misteri dan masalah yang beran...