Happy reading
Makanan sudah tertata rapi di atas karpet dengan beraneka macam jenis, hari ini beda dari hari sebelumnya. Karena inti Carmondz dan seorang gadis-- Erna Sari Simorangkir juga ikut makan bersama. Jadi mereka menggelar karpet supaya tidak berhempitan, tak lama Astrit turun dari arah tangga hingga menimbulkan suara akibat kakinya yang menapak anak tangga.
Tuk
Tuk
Tuk
Mereka semua menatap ke arah sumber suara, termangu sejenak dengan penampilan Astrit yang sekarang. Tak ada pakaian ketat yang melekat di tubuh nya, tak ada Make up tebal yang selalu menghiasi wajah nya, sekarang hanya ada Astrit dengan kaos putih kebesaran, celana jeans sebatas lutut, wajah bersih tanpa riasan dan rambut yang di cepol asal. Cantik
"Malam". Sapa Astrit, mencium kedua pipi Ajeng dan Arfa Maulana fi' Laksana-- adik Astrit kemudian duduk bersila diantara kedua nya.
Sedangkan yang di cium termangu di tempat apalagi Arfa bocah 15 tahun yang sekarang menduduki kelas XI, dia sangat menyayangi Ana lebih dari dirinya sendiri tapi betapa bodoh nya Ana tak melihat ketulusan adik nya. Dan sekarang? Apa aku sedang bermimpi? Jika iya, maka jangan bangunkan aku ya tuhan! Arfa menatap Astrit yang duduk di sebelahnya, Astrit yang merasa di tatap menoleh ke arah samping dan mendapati Arfa yang tengah menatapnya dengan mata binar. Ia tersenyum lalu tangannya terulur mengacak rambut Arfa pelan.
Papah, Arseno, dan kakak pertama Ana-- Dicky Chandrana Laksana menatap mereka iri. Kenapa mereka juga tidak di cium? sedangkan inti Carmondz hanya diam tak ingin ikut campur.
"Awas Lo bi*ch". Batin seseorang
Mereka makan dengan nikmat, hanya ada keheningan menyelimuti ruangan itu. Hingga sebuah suara memecah keheningan.
"Ana, gimana keadaan kamu?". Tanya Erna dengan senyum manis yang terlukis di wajah epik nya. Huh
"I'm Astrit not Ana".
"Ken-- ".
"Berisik". Tukas Astrit
"Biasa aja dong, Erna tanya baik - baik kenapa Lo sewot". Astrit memutar bola matanya malas, susah ya kalo ngomong sama orang tulen?
"Mah Astrit mau ke kamar, di sini panas kayak neraka". Ucap Astrit, beranjak pergi meninggalkan mereka yang tengah menatap nya dengan pandangan berbeda - beda. Tepat di samping tempat duduk Erna Astrit berhenti menjajarkan posisi nya dengan Erna.
"For you it's all just a game, right? Then let's play". Bisik nya
Entah kenapa tiba - tiba bulu kuduk Erna berdiri, meneguk ludah nya kasar lalu mendongak menatap Astrit yang juga menatapnya dengan seringaian kecil yang tercetak jelas diwajah cantik nya.
Astrit melanjutkan langkah nya dengan pandangan lurus ke depan dan seringaian kecil yang tak lepas dari bibir nya. Ah dia tak sabar untuk bermain - main.
__Ω__
Seorang gadis dengan kemeja putih, rok kotak - kotak hitam - putih atas lutut, jangan lupakan almamater hitam dan dasi kupu-kupu yang bertengger cantik di kerah kemejanya. Rambut yang ia biarkan tergerai bebas dan pita hitam yang ia apitkan menambah kesan simple namun elegan, menatap pantulan tubuh nya di cermin. Dia Astrit
Setelah semua nya selesai, Astrit berjalan menuruni tangga dan mendapati seluruh keluarga nya termasuk Arseno yang memakai seragam sama persis dengannya dan Arfa dengan seragam sekolah lain yang membaluti tubuh nya tengah duduk anteng didepan meja makan.
"Morning". Sapa Astrit, menggeser kursi di sebelah Arseno. Sebenar nya malas berdekatan dengan lelaki itu tapi mau bagaimana lagi, tersisa satu kursi dan itupun di samping Arseno. Terima saja
"Astrit, hari ini kamu berangkat bareng sama Seno!".
"Ga-- ".
"Ga bisa mah, Seno mau jemput Erna". Ujar Arseno memotong ucapan Astrit, well Astrit tak suka ya ada yang memotong ucapan nya.
( Tapi kau kan juga sering memotong ucapan orang ^_^ )
"Kenapa? adik kamu itu Astrit bukan Erna, Seno". Terka Ajeng
"Sekali saja kamu nurut omongan mamah".
Arseno mendongak menatap wanita paruh baya di depannya, ia tersenyum kecut. "Sekali, bahkan berkali - kali aku selalu nurut omongan mamah. Apa itu masih kurang?".
"Sen-- ".
"Bisa gak sih mamah gak usah kaitkan Seno sama cewek sia*an itu".
"Mamah tau kan, kalo Seno benci sama dia".
"Kenapa mah? KENAPA?". Sudah cukup Arseno menahan amarah nya sedari tapi, sebenar nya apa yang membuat Arseno sangat membenci Ana? tidak mungkin cuman karena kasih sayang kan?. Ah Astrit pusing memikirkannya.
"Sud-- ".
"Astrit berangkat sekolah dulu". Ucapnya memotong ucapan Arisa Laksana-- ayah Astritana. Aris langsung menatap gadis itu tajam karena berani memotong ucapan nya, tapi Astrit tak perduli.
"Loh, kamu naik apa? mau mamah antar atau di antar pak Salem?".
"Gampang, Astrit bisa naik taksi nanti".
"Tap-- ".
"Assalamu'alaikum". Setelah mencium punggung tangan Ajeng dan mengecup kening Arfa sekilas, Astrit pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam dengan pikiran nya masing - masing tanpa berpamitan pada papah dan kedua kakak nya. Buat apa? Toh aku juga gak dianggap
__Ω__
Jennie Blackpink
As
Astritana Shintera Laksana📍 Votement 📍
Matur nuwun = sami - sami
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrit You? (On Going)
RandomYang kepo langsung di baca Jangan lupa tinggalkan jejak ( vote dan follow ) ≈≈≈ Dia Astrit Geolma Putri. Nama yang cantik sesuai dengan parasnya yang rupawan tapi tidak dengan kehidupannya. Kehidupannya yang penuh akan misteri dan masalah yang beran...