Ini adalah awal mereka masuk sekolah setelah libur selama sebulan.
Pintu gerbang SMA Taruna 2 terbuka lebar. Banyak anak murid dengan seragam rapi memasuki sekolah bertingkat dengan fasilitas lumayan lengkap itu. Begitu juga dengan Gangga. Dengan wajah tampan sambil tersenyum manis menyapa beberapa orang yang dia kenal maupun yang tidak dia kenal, Gangga melewati koridor. Dengan menenteng tas kosong dibahu kanannya, baju yang keluar, lengan yang dilipat, satu kancing bagian atas terbuka mengeluarkan jiwa badboy nya.
Banyak yang menyapanya, tapi Gangga hanya membalasnya dengan senyuman sambil menaikan alisnya sekejap.
"Sayaang!"
Gangga membalikkan badannya melihat gadis berlari mengejarnya. Alea, salah satu pacar Gangga.
Siapa yang tidak kenal dengan seorang putra Djaksa? Pria tinggi yang jago dalam beberapa olahraga itu merupakan incaran semua kaum hawa. Gangga menggunakan ketenarannya dengan sangat baik. Memacari seluruh gadis primadona yang ada disekolahnya maupun diluar sekolah. Walaupun dikenal dengan pria yang suka gonta ganti pasangan, peminat untuk menjadi pacar Gangga tidak pernah menurun. Seakan-akan menjadi pacar seorang putra Djaksa adalah kebanggaan tersendiri.
"kok kamu nggak jemput aku sih?" Ucap Alea sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tadi bangun kesiangan yang" Gangga mengelus puncak kepala Alea lembut, ini adalah hari kelima mereka pacaran. Sangat tak disangka.
"Yaudah deh, ayok jalan" Ajak Alea yang sudah tidak cemberut lagi. Gangga bukan type cowok yang suka membujuk ceweknya. Lebih baik memutuskannya daripada susah susah membujuknya. Dan Alea tau itu.
Gangga dan Alea berjalan melewati koridor, sangat cocok. Alea yang bertubuh lebih pendek dari Gangga yang bertubuh kekar berisi. Dengan rambut bawah bergelombang dan poni tipis yang menutupi alisnya membuat gadis itu terlihat imut.
Banyak gadis yang menyapa Gangga, membuat Alea menghela nafas.
Gangga dan Alea melewati tangga sepi, hening. Gangga hanya diam sedangkan Alea menahan bibirnya agar tidak mengucapkan kata. Hingga bibir Alea tak bisa lagi ditahan.
"Yang?"
Gangga menoleh bersamaan dengan tangga terakhir.
Ada pertanyaan yang mengganjal dipikiran Alea. Tentang hubungannya dengan Gangga.
"Gak biasanya kamu macarin cewek selama ini. Kapan kamu mutusin aku?"
Gangga mengerutkan keningnya, "maksud?"
"Lo satu satunya cewek yang nagih putus." Alea tak ingin putus dari Gangga. Alea juga ingin memiliki pacar setia yang paket komplit seperti Gangga.
"Ya kalo mau putus, ayok." Ucap Gangga enteng.
"Aku mau serius, usia kita udah bukan cinta monyet lagi. Kalo ujung-ujungnya kita putus, kenapa harus nunda nunda? Aku mau cari yang bisa seriusin aku."
Gangga pacaran dengan Alea karena keinginannya sendiri. Padahal Alea bukan cewek body goals atau tajir apalagi populer.
Gangga juga hanya bermain main saat menembak Alea, eh ternyata diterima. Memangnya siapa yang bisa menolak Gangga?
Alea menerimanya juga karena temannya. Sebenarnya dia tidak mau, tapi temannya memaksa dan mengancam jika dia tidak ingin bermain dengannya lagi.
Ditembak Gangga tanpa perjuangan adalah suatu kebanggaan. Tapi menurut Alea, ditembak Gangga sama saja membuang buang waktu.
"Ntar malem siap siap, dandan yang cantik. kasi tau orang tua lo suruh siap siap juga."
"Untuk apa?" Tanya Alea. Jika ingin jalan, mengapa harus mengajak orang tua?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Card In The Classroom
Fantasyfollow dulu yak, biar pemula satu ini semangat ngelanjutin nya. 'brakk!' Marsha bangkit dan menggebrak meja. emosinya sudah tidak tertahan lagi. "ini bukan pengeroyokan!" ucap Marsha mengebu. "tenangkan emosi mu Marshelyn!" ucap Bryan tak kalah m...