Tanpa Gangga sadari, dari arah berlawanan. Johan berjalan dengan terfokus pada ponselnya.
Tiga langkah lagi, dua langkah lagi, dan bahu mereka bertabrakan.
Gangga menoleh begitu juga Johan.
"Kalo jalan liat liat dong- eh pak." Gangga melototkan matanya.
Tapi Johan hanya terdiam melihat Gangga.
"Maap pak, kirain murid lain."
Johan masih terdiam menatap Gangga.
"Pak, heh." Gangga menepuk tangannya tepat didepan wajah Johan tanpa malu.
Sontak, Johan mengedipkan matanya. "Mau kemana kamu?"
"Mau ke, anu. Mau ke perpus." Kata Gangga beralasan.
Tapi Johan hanya menjawabnya dengan deheman dan gelengan.
Bagaimana dengan Libra?
Dia terdiam jauh dari Gangga karena berjalan sambil bermain ponsel.
Libra melihat wajah Johan, berusaha menemukan sesuatu. Tapi dia tak menemukan apapun.
Calibra Argantara Bryanarka
Lelaki yang mulai mau bicara akhir akhir ini. Lelaki tegas dan pintar menjadi mata mata. Mempunyai kelebihan yang tak dimiliki oleh orang lain yaitu bisa membaca pikiran orang lain. Itu sebabnya Libra lebih suka menyendiri. Membuang pandangannya pada ponsel.
Tapi entah mengapa Libra tidak bisa melihat isi kepala Johan. Dahinya mengkerut. Apa yang terjadi?
Dia memaksakan diri untuk bisa melihat pikiran pria buncit itu. Nahas. Yang terjadi malah kepala Libra memusing.
Dia memencet perbatasan matanya. Hingga tak menyadari jika Johan melewati nya.
"Kambing ke dua."
Gumaman itu membuat Libra menoleh. Apa pria buncit itu menyebutnya sebagai kambing?
"Kaya nya pikiran gue aja." Libra menyusul Gangga yang berdiri sambil berkacak pinggang.
"Bra!" Panggil Gangga.
Gangga terdiam mencerna kembali kata katanya.
"Barusan gue ngomong apa?" Tanya Gangga pada Libra yang memutar bola matanya.
....
Johan berjalan menelusuri koridor kelas XII IPA dengan satu tangan masuk kedalam saku.
Dia berhenti tepat didepan pintu kelas XII IPA 1 yang terbuka.
"Kambing ke tiga, ke empat, ke lima." Gumamnya pelan.
Johan kembali berjalan menuju kelas IPA 2 yang terlihat ramai.
Lagi lagi, johan menggumam. "Kambing ke enam, kambing ke tujuh."
Johan menuju kelas selanjutnya, dan ya. Dia berhenti didepan pintu ruang kelas XII IPA 3 dengan bergumam, "kambing ke delapan."
Begitu juga pada kelas XII IPA 4, "dan kambing terakhir." Sudut bibir kirinya terangkat.
"Memberi kambing kambing lucu itu pemanasan, mungkin lebih baik. Apalagi untuk kambing ke lima. Dia mulai sedikit menyebalkan."
Johan membalik tubuhnya berjalan pergi dari koridor itu.
"Sangat mudah. Oren, aku akan menemukan jawaban dari teka teki kematian mu segera. Aku berjanji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Card In The Classroom
Fantasyfollow dulu yak, biar pemula satu ini semangat ngelanjutin nya. 'brakk!' Marsha bangkit dan menggebrak meja. emosinya sudah tidak tertahan lagi. "ini bukan pengeroyokan!" ucap Marsha mengebu. "tenangkan emosi mu Marshelyn!" ucap Bryan tak kalah m...