May i borrow your time? Because this is really interesting, maybe.
———————
Percikan-percikan aroma dari masakan Karina membangunkan lelaki itu. Sepertinya Karina membuat makanan yang begitu enak sampai bisa membangunkan orang lain.
Ia berjalan mendekati dapur, melihat Karina yang begitu sibuk juga fokus dengan masak-masakannya.
"Sudah bangun ternyata," ucap Karina.
Tidak mendapat jawaban, perempuan itu berbalik.
"Eugh, aku merinding melihat lukamu. Tapi tenang saja, sudah ku obati." Ia tersenyum lalu kembali pada masakannya. Karina menyajikannya tepat didepan pria itu.
"Kau tidak meracuninya kan?" Pertanyaan yang keluar dari mulut lelaki itu membuat Karina kaget.
"Mana mungkin aku menaruh racun?! Dasar tidak berterima kasih, beruntung sudah kubuatkan makanan dan sudah ku obati lukamu itu." Protesnya.
"Cantik," gumaman sang laki-laki dihadapan Karina membuatnya terbangun dari gerutuannya.
Walaupun ingin terlihat dan terkesan dingin di mata lelaki ini, ia spontan menyelipkan rambutnya disela-sela telinga. Lalu mengulum bibirnya.
Tersadar jika ia melakukan yang tidak-tidak, Karina langsung mengalihkannya.
"Kita belum sempat kenal, aku Karina dan kau?"
"Kanemoto Yoshinori,"
"Bagaimana orang-orang memanggilmu? Kanemoto? Yoshinori? Kane? Nori? Yoshi?" Pertanyaan bertubi-tubi membuat yang mendengarkan kesal.
"Harusnya sudahku sobek bibirmu dengan pisau tadi," Karina terdiam.
Perempuan itu berjalan, mengambil telepon yang terdapat di ruang televisi. Lalu kembali ke dapur.
"Mau apa kau?" Tanya Yoshinori.
"Menelpon polisi untuk menampungmu, kau tidak berguna. Disini juga hanya bisa mengancam." Karina mulai memencet tombol nomor itu satu persatu.
Lelaki yang dibuatnya panik itu menghampiri Karina dan mencoba mengambil teleponnya.
"Ini rumahku, ini teleponku, kau tidak usah mengatur-atur pemilik—" ucapan Karina sontak membeku karena wajah mereka berdua yang begitu dekat.
"Ternyata manusia secantikmu saja tidak bisa dipercaya." Yoshinori mengambil telepon itu dan memecahkannya dengan kekuatannya.
Gadis yang tengah melihat amarah seseorang yang berada didepannya, ketakutan. Benar, dia bukan orang biasa. Darimana asalnya? Darimana ia tau keberadaan Karina?
Yoshinori berjalan kearah balkon, membuat Karina bertanya-tanya.
"Hei, kau mau apa? Sudah malam, tidak ada yang bisa dili— AAAAA!!" Karina kembali dibuat panik. Lelaki itu terjun dari balkon lantai dua belas!
Dengan bergegas, Karina mengambil kunci mobil dan turun untuk mengambil mobilnya.
"Sial, dia bunuh diri atau apa?" Gumamnya lalu menyalakan mobil itu.
Kini ia tidak melihat ada siapapun di aspal. Matanya mencari keberadaan lelaki itu.
Dapat! Karina melihatnya sedang berlari dengan cepat.
"Kecepatannya untuk berlari tidak akan mengalahkan mobil, bukan?" Tetapi ternyata salah.
Lelaki yang bernama Yoshinori itu ternyata telah hilang. Karina tidak menemukan jejaknya. Kecuali,
...
Pijakan kaki itu berseru, mengelus rerumputan yang sedang berdiri tegak. Batu nisan menjadi saksi atas semua itu.
Iya, Karina berada di pemakaman. Entah kenapa ia berpikir seperti itu. Apa mungkin ternyata yang memata-matainya tadi siang adalah dia? Yoshinori? Maka dari itu dia datang kesana?
Mata perempuan itu tertuju pada hutan rimbun dekat pemakaman. Ia terus berjalan perlahan memasukinya.
"Argh, untuk apa aku mengejar pria sinting itu sampai kesini? Lagi pula kami tidak punya hubungan apa-apa." Gerutunya pada diri sendiri dan berbalik untuk keluar dari hutan itu.
Setelah berjalan kurang lebih lima menit, ia tidak menemukan jalan keluarnya. Padahal ia masuk tidak lebih dari satu menit, bahkan sedetik pun.
Rasa gelisah mulai menghantuinya. Bahkan suara siulan para jangkrik pun membuatnya merinding ketakutan.
Perempuan itu mulai berjalan mundur sambil mengeluarkan pandangan berjaga-jaganya.
KRAK..!
Suara pijakan ranting membuatnya terkejut walaupun tidak bersuara. Sial, ia tidak tau arah pulang.
"Tolong..."
Gumaman meminta tolongnya terdengar kala mendengar suara endusan dari seekor hewan buas yang semakin mendekat.
Karina terus menjauh perlahan agar tidak mengundang hewan itu.
GRAB...
Lengannya diambil dan mulutnya ditutup oleh seseorang, mungkin agar ia tidak berteriak. Dan yang bisa perempuan itu lakukan hanya memejamkan matanya.
Semesta, jika aku harus mati disaat ini, antarkan aku pada kakakku.
"Kau tidak mati."
Apa?
———————
gimana tulisanku sampai siniii??
sabar-sabar aja ya buat nunggu chapter-chapter selanjutnyaa, soalnya ini hanya book iseeng hahaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Future Throne || YORINA
FantasyPerempuan dengan wajah tajamnya melihat di sekitarnya. Menemukan seseorang yang terus memperhatikannya sejak tadi. Rasa penasarannya begitu tinggi sampai akhirnya mereka bertemu. Perasaan yang membingungkan, apakah ini semu? © goldenbllu 2022