"Ibu tidak setuju hubunganmu dengan wanita gila itu!" teriak ibu saat mendengar niatan Alam menikahi seorang gadis."Ibu, dia tidak gila. Di-dia hanya mengalami masa sulit. Dia butuh aku, bu." Alam merayu ibunya.
"Sekali ibu bilang tidak, artinya tidak!" ibu pergi begitu saja.
***
Tujuh bulan sebelumnya
Hiruk pikuk sebuah kota kecil tidak seperti kota kecil lainnya hari ini. Kota kecil itu telah begitu riuh, sibuk. Perhelatan akbar orang ternama akan segera dilaksanakan sebentar lagi. Hampir seluruh elemen masayarakat ikut sibuk mempersiapkan. Mereka tiada henti membicarakannya. Polisi pun mulai rapat untuk mensimulasi arus lalu lintas saat acara tersebut.
Bukan hanya itu, para petinggi di kota ikut sibuk mempersiapkan diri, jadwal, dan pakaian yang akan mereka gunakan nanti. Mulai dari pimpinan Walikota, Wakil Walikota, Anggota Dewan, Pimpinan Ketua Organisasi, pengusaha besar dari kota pusat dan kota-kota lainnya, serta pengusaha umkm yang bekerjasama dengan pemilik acara dikabarkan hadir dalam acara perayaan tersebut.
"Pak, kosongkan waktu untuk hari itu. Setidaknya saya harus datang untuk mengucapkan selamat sebagai rekan kerja yang baik", perintah Walikota pada sekretarisnya.
"Siap, pak" sekretaris menerima tugas.
Siapa dia? Artis? Anak pejabat? Anak presiden?
Bukan.
Bukan. Dia hanya seorang anak pertama. Saudara pertama dari Duo Rizaldi. Artinya dua putra kesayangan Rizaldi, pemilik 3 gedung bertingkat sembilan yang setiap stand toko penuh dikerumuni para pembeli. Salah satunya yang berada di kota kecil ini, setidaknya ada 400 Stand toko didalamnya. Mall Salix 3, dikelola oleh putra pertama pasangan Anton Rizaldi Hadi dan Anisa Permata Rizaldi. Lulusan S1 dan S2 di kampus ternama di Inggris dengan nilai Cumlaude.
"Dimana Alam?" tanya Anisa pada putra keduanya, Ardiansyah Putra Rizaldi.
Ardi yang sedang berdandan dibantu MUA dan asistennya nampak bingung dengan pertanyaan sang ibu yang menanyakan keberadaan kakaknya.
"Tidak tahu, kenapa Bu?"
"Bisa telepon sekarang? Tanyakan dimana. Ada yang perlu ibu bicarakan dengannya." Perintahnya begitu saja, lalu keluar dengan terburu-buru.
Ardi pun mengikuti apa yang diperintahkan ibunya. Bagi siapa saja, pertkataan yang keluar dari Nyonya besar adalah sebuah perintah. Dia bergegas menelpon kakak satu-satunya itu. Sekali, dua kali tidak ada yang mengangkat. Lalu dia menelpon asisten pribadi Alam."Bukan kah mereka layaknya pasangan yang tak terpisahkan?" decak Ardi menanti sambungan telponnya terangkat.
"Dimana kakak?" seketika Ardi bertanya sesaat sambungan teleponnya terangkat.
Jauh di sambungan telepon Ardi. Asisten pribadi Alam meminta Ardi untuk menunggu karena Alam sedang berbicara dengan seseorang. Benar, Alam sedang berbincang santai dengan seorang ibu yang sedang berbelanja di Pasar. Setelah dilihat Alam telah selesai, Naga, asisten pribadi pun segera menghampiri Alam. Ibu tersebut memberikan sebungkus buah pisang agar bisa dibawa pulang Alam. Begitu senangnya Alam menerimanya, kemudian meminta beberapa ajudannya membawakan barang belanja ibu tersebut.
Naga memberikan ponselnya dan mengatakan Ardi sedang berada dalam sambungan telepon tersebut.
"Ada apa?"
(Nyonya besar sedang mencarimu. Dimana?) Ardi menyampaikan pesan.
"Aku? A-ku ada di pasar sekarang. Kenapa?" terus mengintruksikan ajudannya memasukkan barang belanjaannya kedalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ALAM UNTUK DISA (DITERBITKAN)
RomancePertemuan Alam dan Disa yang berturut-turut dalam sehari menjadi awal takdir hubungan mereka. Disa yang terkenal sebagai gadis pendiam dengan segala rumor yang mengitarinya, memilih bereaksi saat pertemuan ketiganya dengan Alam. Putra pertama dari M...