Bab 9. Firasat Bunda

0 2 0
                                    


Seharian bunda memikirkan orang misterius yang memantau rumah Disa. Meski sudah tidak terlihat lagi setelahnya, banyak tetangga dan pembeli yang mengatakan jika orang dengan jaket dan motor yang sama sering berhenti di depan rumah.

Sudah hampir dua bulan ternyata dia memantau disana. Setiap berpapasan dengan warga sekitar, orang itu hanya bilang jika sedang menunggu orang mengambil pesanan. Atau sekedar mengangkat telepon. Bahkan pernah meminta seorang bocah untuk membeli makanan di tempat Disa. Bunda mengambil ponselnya, menghubungi seseorang yang ia kenal di kepolisian.

"Bagaimana? Sudah dapat identitas nomer plat motor itu melalui rekaman cctv yang aku kirim kemarin?" tanya bunda di dapur, sesekali menengok ke ruang depan, takutnya Disa muncul tiba-tiba.

Bunda mendengarkan dengan seksama. "Tidak bisa, ya?" suara putus asa, "Tidak. Tidak apa. Nanti kamu jadi kena masalah kalau diam-diam memakai ruangan cyber. Tidak apa. Nanti aku cari solusi lain." Bunda mengakhiri telepon, berpikir keras mencari cara lain.

Bunda melihat jam diponsel, sudah hampir tengah malam. Melihat Disa yang tengah tertidur pulas di kamarnya. Dibenarkan posisi selimutnya, membelai rambut Disa yang tergerai.

"Bunda akan melindungi kamu, apa pun yang terjadi." ucap bunda lirih. Seketika bunda mengingat Findia dan kartu nama Kanda Secure.

Bergegas kembali ke kamar, setelah mengecup kening Disa. Menutup kembali pintu kamar agar tidak merasakan dinginnya malam. Bunda mencari di beberapa tas dan pakaian yang pernah di pakai. Tidak juga ia temukan. Sudah dini hari, udara dingin menusuk kulit. Bunda menyerah, berbaring di tempat tidur. Mencoba merilekskan diri agar bisa mengingat kapan terakhir bunda melihatnya.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu dari luar pintu bunda. Bunda membuka mata, tersadar jika ia tertidur. Malam sudah berganti menjelang subuh. Bunda bangun dan membukakan pintu. Disa berdiri disana bersama senyuman manisnya. Memakai pakaian rapi dan manis.

"Bunda, sudah waktunya sholat subuh." kata Disa.

Bunda membulatkan mata mendengar kata sholat subuh. Itu artinya dia melewatkan waktu menemani Disa berbelanja. Bunda keluar kamar mengecek jam di ruang tengah. Benar, sudah pukul setengah lima. Bunda duduk lemas di kursi. Kesal dengan dirinya sendiri.

Sedangkan Disa juga terkejut melihat kondisi kamar Bunda yang berantakan. Disa mendekati bunda.

"Bunda, kamar bunda kenapa?" tanya Disa.

Bunda pun teringat jika kamarnya berantakan karena mencari kartu nama Findia, pengawal perempuan itu.

"Oh, itu. Semalam bunda mencari gelang bunda. Seingat bunda itu ada di dalam tas koper. Tapi tidak ada." jawab Bunda sedapatnya.

"Gelang bunda hilang? Disa bantu cari, ya?" tawaran Disa mendapat penolakan dari Bunda.

"Kamu siap-siap saja untuk memasak. Biar bunda bereskan sendiri. Lagi pula sepertinya gelang bunda tertinggal di sana." bunda tidak ingin Disa mengetahui jika ia berbohong mengenai gelang yang tidak ada itu.

Bunda segera masuk ke kamar, membereskan kamarnya yang berantakan. Isi koper berantakan. Lemari ia biarkan terbuka semalaman, beberapa tas tergeletak dimana-mana. Bunda kesal dengan dirinya sendiri. Disaat seperti ini, tidak ada yang bisa ia lakukan untuk Disa. Firasatnya mengatakan jika penguntit itu adalah ayah Disa.

Bunda duduk lemas di lantai, "Bagaimana ini, Disa? Bunda tidak bisa menunda kembali ke Batubara, sedangkan kamu diincar seseorang. Dia akan menyakitimu lagi. Seperti dulu, bunda tidak mau kamu sakit lagi." bunda menangis sesenggukkan, lirih dalam sunyi.

CINTA ALAM UNTUK DISA (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang