Hari yang panjang bagi Disa. Seharian berjalan keluar rumah tanpa satu tujuan yang sesuai harapan. Pagi ia bertemu dengan segerombolan preman dan pak Naga bersama temannya yang sedikit aneh di Pasar. Siang hari dia memang bertemu pak Naga, tapi juga bertemu dengan temannya yang aneh. Mereka tidak pernah terpisah sepertinya.Ia melihat jam pada ponselnya menunjukkan pukul 4 sore. Sebentar lagi senja akan muncul. Tidak cukup waktu untuk berbelanja kebutuhan sehari-harinya jika ia pulang terlebih dulu. Kondisi jalan raya sore ini masih lengah, belum waktunya para pekerja kota kembali ke rumah. Terik panas matahari dengan udara yang gersang menemani Disa menanti mobil angkutan langganannya. Rasa haus dan lapar melengkapi perjalanan panjang Disa hari ini. Berjalan menuju toko kecil tidak jauh dari dia berdiri, membeli sebotol air mineral dan sebungkus roti.
Disa duduk depan toko, mengisi dahaga dan laparnya dengan roti dan air mineral. Ia pun yakin jika apa yang dikatakan teman pak Naga akan keliru. Tidak akan ada pertemuan ketiga kalinya antara dia dan mereka. Disa berdo'a agar tidak bertemu lagi seperti yang diharapkan teman pak Naga. Badannya begidik mengingat yang dikatakan teman pak Naga tadi siang.
"Senang bertemu dengan anda, Nona. Iya, kita sudah dua kali bertemu hari ini. Apa Nona pernah mendengar perihal takdir jodoh? Jika kita bertemu seseorang tiga kali berturut-turut di hari yang sama tandanya mereka berjodoh. Dan saya rasa kita berjodoh."
Disa begidik, merinding mengingat perkataan Alam. Berpikir sejenak, memahami kondisinya yang saat ini masih di luar. Lalu mengelak pendapatnya sendiri bahwa mereka akan bertemu untuk ketiga kalinya hari ini. Disa menggelengkan kepala menolak kemungkinan itu terjadi. Sementara saat ini posisinya telah jauh dari Mall Salix 3.
"Orang aneh. Tidak mungkin." tersenyum yakin, meneguk sebotol air mineral yang digenggamnya.
"Tidak mungkin! Ini jauh sekali dari jangkauan mereka." Lagi. Disa berkali-kali menggelengkan kepala. Dia merasa terusik dengan perkataan Alam sebelumnya.
Angkutan yang ditunggu datang, tanpa ragu Disa naik dan menyampaikan tempat tujuannya ke sopir. Perjalanan tidak lama, hanya lima belas menit, tanpa ada kemacetan. Disa mengeluarkan buku sebagai teman mengisi waktunya dalam angkutan. Tidak berselang bunyi klakson mobil disebelah kanan mengusik ketenangan siapa saja yang mendengarnya.
"Siapa sih?" sopir angkut terlihat kesal.
Disa melihat mobil yang masih saja membunyikan klakson. Seseorang didalam mobil itu melambaikan tangan dengan semangat, sedangkan seseorang dibalik kemudi terlihat menahan rasa sungkan pada orang-orang sekitar. Disa memfokuskan penglihatannya.
"Pak Naga?" sebutku spontan.
"Mbaknya kenal?" seorang ibu yang duduk disebah Disa mengoreksi. Disa hanya mengangguk.
"Mbaknya mau turun?" lanjut ibu tersebut.
"Tidak bu, mereka hanya menyapa saja." Disa dengan tegas menjawab. Lalu ponsel Disa berbunyi, nama Pak Naga muncul diatas layar.
Disa melihat kearah mobil, mereka masih mengikuti. Alam meminta Disa untuk mengangkat telponnya. Alam terus berusaha menghubungi Disa menggunakan ponsel Naga.
"Pak, lebih baik kita tidak mengikuti mbak Disa seperti ini." Naga mencoba menghentikan tindakan Alam yang diluar kebiasaan.
"Sebentar saja, aku hanya ingin mendengar pendapatnya mengenai pertemuan ketiga kita ini." Alam mengirim sebuah pesan pada Disa.
Maaf, bisa angkat telpon saya. Sebentar saja.
Alam.Disa membacanya. Dia baru tahu teman pak Naga bernama Alam. Melihat Alam menempatkan ponselnya di telinga. Sesaat kemudian ponsel Disa berbunyi. Sebenarnya enggan untuk mengangkat, baginya tidak penting. Hanya saja ponselnya terus berbunyi, akhirnya Disa mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ALAM UNTUK DISA (DITERBITKAN)
RomancePertemuan Alam dan Disa yang berturut-turut dalam sehari menjadi awal takdir hubungan mereka. Disa yang terkenal sebagai gadis pendiam dengan segala rumor yang mengitarinya, memilih bereaksi saat pertemuan ketiganya dengan Alam. Putra pertama dari M...