Bintangnya cakrawala sakit

332 58 1
                                    

"Alah dengerin lagunya joji sampe diulang ulang," Raka ngedecih pelan, "kayak punya mantan aja."

"Biarin elah, nyinyir mulu kerjaan lo."

Oh, itu seperti biasa, Raka dan Chandra yang lagi duduk lesehan dikarpet di ruang tengah. Mereka ngga cuma berdua kok, ada Raina dan juga si Papa super sibuk yang lagi duduk anteng disofa.

Nah, yang dinyinyirin sama si Raka itu Mas Bingit. Dia masih galau berkepanjangan setelah crushnya pacaran ma orang lain.

"Pa, pengen bakso ih."

Chandra langsung noleh ke adek bungsunya begitu denger nama makanan disebut. "Abang juga! Beli skuy!"

Sena mijit jidatnya pening, "itu tadi mie ayam yang Papa bawain masih belum cukup?" Dia baru aja pulang dari bogor dan kepalanya udah dibuat pusing lagi sama anak-anaknya.

"Papa kayak ngga tau perut mereka berdua aja," ucap Raka tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi, "dikasih kue campur kerikil juga habis kalo udah sama mereka."

"Duh," Raina nempelin jari telunjuknya dibibir, "yang cungkring ngga diajak!"

Chandra udah ketawa ngakak aja ngeliat komuk Raka yang minta banget dijadiin meme.

"Udah, tanyain dulu Mas Bingit sama Kak Na mau beli juga apa engga, nanti sekalian ambil uangnya dikamar Papa."

Chandra langsung bangun terus masang pose hormat. "Siap pak bos! Bakso siap datang dengan selamat!"

Setelahnya Chandra langsung lari kekamar Bintang terus lari lagi naik kelantai atas buat nanyain Langit.

Sena cuma bisa ngegeleng denger suara ribut dilantai atas. Entah apa lagi kejailan Chandra kali ini.

Pandangan Sena mengedar melihat putri bungsu dan putra sulungnya nampak fokus menonton doraemon. Aduh gemes banget!

Raka duduk sambil rada ngedongak buat nonton tv. Persis bocil yang lagi fokus nonton kartun kesukaannya. Belum lagi piama gambar bebek yang dipakainya. Kalo Raina lain lagi, dirinya cuma make baju selengan sama celana pendek. Hadeuuh anak gadis bapak Fusena ini.

"Kak, gue pinjem motornya ya!" Chandra turun dari lantai atas sambil make jaketnya.

Raka cuma ngeliat sinis kembarannya itu, "motor gue mulu perasaan yang dipake. Motor si Bintang kek sesekali."

Raina menggeleng ngewakilin abangnya. "Motor Kakak tuh yang paling gampang bawanya!"

"Serah deh serah!"

Sena narik nafasnya pelan sebelum noleh ke Chandra yang lagi grasak grusuk didapur. Kepala putra tengahnya itu cuma keliatan setengah. "Nyari apaan bang?"

"Dapet!" Chandra nyengir lucu sambil nunjukin totebag besar warna biru. Sena auto nahan senyum begitu liat anaknya gemes banget.

"Bakal apaan Bang?"

"Buat wadah markisa," dia ngelipet kecil totebagnya biar bisa dimasukin kantong, "si Sakya nawarin markisa barusan. Keluarganya lagi panen."

Raina ngangguk doang ngerespon ucapan Abangnya. Dia kurang suka sama Markisa. Raka sama Langit baru doyan buah asem itu.

"Yang banyak jangan lupa," pesan Raka, "kalo bisa pilih buahnya cari yang bagus."

"Yeeuuu ngelunjak lo sipit!"



---

Bintang ngusap-usap hidungnya yang gatel. Matanya juga perih banget, hidungnya mampet.

Empat Sesat Lima Sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang