Ditemani Dore yang berdiri tak jauh darinya, Esme menyaksikan Remi melambaikan tangan setinggi kepala demi mendapatkan perhatian. Kemudian gadis kecil itu bergeser, mengarahkan tangannya kepada Esme yang berdiri menjulang di antara sekumpulan anak-anak, dan membawa telunjuknya ke depan bibir.
"Perkenalkan, semuanya. Tamu cantik Momma hari ini adalah teman Ruv-Ruv yang datang berkunjung. Walaupun amat disayangkan, namanya rahasia," dia mengumumkan. Tak lupa geleng-geleng kepala sebagai bentuk dramatisasi. "Karena itu mari kita panggil saja dia Kakak. Oke?"
Kening Esme berkerut. Terheran-heran kenapa namanya tidak diumumkan terang-terangan saja.
"Lebih baik mengurangi risiko. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kalau sampai namamu terdengar sampai ke telinga orang-orang jahat sebelum upacara pelantikan." Mata pekat Dore melirik sekilas. "Kuharap kau tidak keberatan, Kak," imbuhnya.
"Khusus untukmu, jangan panggil aku begitu. Geli." Esme mendesis di sela-sela senyuman. Kemudian kepalanya terangguk kecil ke arah gerombolan anak-anak yang mulai berani keluar dari tempat persembunyian mereka. "Senang bertemu dengan kalian. Tempat ini keren sekali."
Anak-anak itu mengerjap, bertukar pandangan satu sama lain.
"Katanya tempat ini keren."
"Eh, ternyata orang baik."
"Cantiknya ...."
"Aku mau pegang rambutnya."
"Oke, oke. Perhatian sebentar." Remi bertepuk tangan kencang-kencang sampai bunyi gumaman anak-anak yang lebih mirip seperti dengungan lebah itu menyurut. "Kalian boleh mengobrol sambil bersih-bersih, atau mengajaknya bermain setelah ini. Jangan khawatir, kakak akan menemani kita seharian."
Senyum Esme turun seinci. Aku bilang begitu?
"Nah, sekarang mari kita bersih-bersih!"
"Bersih-bersih!" Anak-anak itu bersorak, mengangkat senjatanya masing-masing, kemudian menyebar ke sekitar ruangan bak segerombol semut setelah disenggol menggunakan ujung jari.
Sesaat kemudian nasib Esme yang berikutnya adalah ditelan canggung karena tidak tahu harus memulai dari mana. Beruntung beberapa anak yang cukup ceriwis lebih dulu menarik tangannya dan meminta pertolongan untuk melakukan sesuatu yang terlalu besar bagi anak kecil setinggi kaki, pinggul, atau punggung orang dewasa. Barulah setelahnya gadis itu mulai dapat mengikuti arus, bersih-bersih sesuai instruksi mereka.
Rubanah itu sangat luas. Benar-benar luas sampai Esme yakin seisi rumah keluarga Anshumant mendapatkan tempat untuk duduk dan rebahan di dalam sana tanpa berdempetan. Suasananya bersahabat, nyaman, dan aman. Terlebih lagi dengan adanya sofa-sofa empuk, bantal, selimut, mainan, buku-buku bacaan, dan stok camilan. Sudah jelas tidak ada tempat bagi sepasukan badai salju yang ingin mengganggu anak-anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALICE: A Tale From Another Wonderland
Fantasia"Kenapa kau ingin membawaku?" "Karena setiap musim di Negeri Ajaib membutuhkan seorang Alice, Nona Sonata. Dan di musim dingin kali ini, kami membutuhkanmu." *** Esmephia Sonata kembali ke London bersama sang kakak beberapa jam sebelum dia resmi be...