- • A Fairytale • -

440 78 181
                                    

Dua belas tahun yang lalu, pada sebuah malam yang terang oleh lampu perkotaan London, di sebuah kamar berdipan ganda; selimut-selimut mulai digelar seiring lampu-lampu di tiap ruangan mulai diredupkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua belas tahun yang lalu, pada sebuah malam yang terang oleh lampu perkotaan London, di sebuah kamar berdipan ganda; selimut-selimut mulai digelar seiring lampu-lampu di tiap ruangan mulai diredupkan.

Di atas dipan sebelah kiri terdapat banyak bantal-bantal kecil berbentuk lucu. Salah satunya bahkan memiliki jahitan nama Esmephia Sonata di sana. Menandakan bahwa bagian kiri kamar adalah wilayah sang adik.

Dipan yang satu lagi tidak tampak sepenuh yang pertama tadi. Tidak ada juga bantal kecil berjahitkan nama Peter Adler Sonata, tetapi sudah jelas menandakan bahwa bagian kanan kamar adalah wilayah sang kakak.

Sebuah jendela lebar terpajang di tengah-tengah wilayah. Keduanya tertutup rapat dan dihalau oleh tirai lantaran sudah masuk jam tidur.

Ada satu meja belajar menghadap jendela. Hak kepemilikannya diambil oleh Peter secara penuh. Dengan dalih pelajarannya lebih serius dan lebih banyak daripada Esme, akhirnya kedua orang tua mereka setuju meresmikan meja itu untuk Peter lantaran Esme juga lebih suka "belajar" di ruang tengah atau di dapur.

Selain meja belajar, ada sebuah bean bag yang cukup muat untuk dua orang dewasa. Kali ini tempatnya ada di sudut kamar. Tepat di depan kaki dipan Peter, menghadap ke tengah ruangan.

Di situlah James bersama si kakak-beradik pirang sekarang. Duduk berimpitan, berceloteh bahkan sebelum membuka halaman pertama buku cerita.

Peter, secara mengejutkan, ikut duduk di sisi yang berlawanan dengan Esme walau usianya sudah menginjak angka ke-9.

James bahkan tidak tahu apa kira-kira alasan seorang anak laki-laki—yang sudah bisa membedakan mana yang untuk anak seusia dirinya dan mana yang untuk anak kecil—masih mau ikut-ikutan duduk berimpitan untuk dibacakan buku cerita.

Namun, perlu diingat kembali bahwa dengan adanya kedua kakak-beradik yang berbagi tempat duduk bukan berarti mereka rukun.

"Kenapa Kelinci Putih di Negeri Ajaib bisa bernyanyi? Memangnya suara mereka terdengar seperti apa?" Esme bertanya bahkan sebelum James membuka buku dongeng. "Seumur hidup aku tidak pernah mendengar suara kelinci, tuh?"

"Itu hanya dongeng, dasar anak kecil."

"Hei, siapa tahu sebenarnya mereka bicara, tapi kau yang terlalu bodoh sampai tidak bisa mendengarnya?"

Peter mengernyit, menatap gadis kecil itu dengan pandangan tidak suka. "Kita beradu pendapat, bukan adu mulut."

"Oh, apakah aku yang memulainya? Tidak, ya. Mohon maaf."

"Padahal aku mengharapkan adik kecil manis yang tidak bisa mencecar di usia segini." Peter menggerutu.

Esme menoleh, menatap Peter dengan tatapan merendahkan. "Kalau seorang kakak sudah membelot dan berada di jalan yang salah, maka seorang adik wajib mencecar atas nama kebenaran. Bahkan kalau itu tandanya kita harus lain jalan."

ALICE: A Tale From Another WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang