chapter 4

25 15 6
                                    

Pagi yang begitu cerah, langit yang biru tidak ada awan hitam sama sekali, dan cahaya yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang begitu cerah, langit yang biru tidak ada awan hitam sama sekali, dan cahaya yang sangat indah. Burung-burung berkicauan, ada yang terbang kesana kemari untuk mencari makanan di setiap pohon. Udara yang sangat sejuk, pemandangan depan rumah Akira juga terlihat sangat hijau.

Semalam memang hujan deras, tapi tidak untuk pagi ini, pagi ini sangat cerah dari hari-hari yang sebelumnya, yang setiap paginya selalu hujan.

Akira sedang memakai sepatu sekolah kesayangannya itu sambil menikmati indahnya pagi hari ini.

"Bang! Udah belum? Lama banget di kamar!" Teriak Akira di luar yang masih memakai sepatunya.

Untuk hari ini, Akira malas untuk membawa motor scoopy kesayangannya itu. Ingat kejadian kemarin? Pasti ingat lah.

"Apa sih dek teriak-teriak?" Ucap Kalandra—ayah dari Akira.

"Abang ga keluar keluar dari kamar, ngapain aja sih" Balas Akira sambil melempar batu kecil karena kesal.

"Jangan teriak teriak dong" Kata Kalandra kepada putri bungsunya itu.

Akira masuk ke dalam rumahnya kembali dengan kaki di hentakkan dengan langkah kesal.

"Marven Gantenk"

Sampai di depan pintu kamar Marven—abang Akira, ia langsung berteriak di depan pintu Marven.

Perlahan Akira menarik nafasnya panjang. "ABANGG!! KELUAR! UDAH JAM BERAPA INIIIIII!!!!???!!!" Teriak Akira dari depan pintu kamar abangnya.

Knop pintu kamar berputar, dan menampakkan sosok cowok yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya, ia adalah Marven Kalandra, anak pertama dari keluarga Kalandra bahkan abang dari Akira Aira.

Akira menggembungkan pipinya dan melipat tangannya di depan dada.

"Apa?" Ucap Marven datar.

"KOK MALAH APA SIH!! INI UDAH JAM BERAPA!" Kesal Akira dengan satu makhluk di depannya itu.

"Ya gausah teriak juga kali, gue denger juga lo teriak dari luar" Balas Marven, ia mengambil ranselnya dan meletakkannya di satu pundaknya, lalu ia berjalan meninggalkan Akira yang masih menggembungkan pipinya.

"ABANG TUNGGUIN!" Teriak Akira sambil berlari ke arah Marven yang sudah menjauh darinya.

"Nih, pake helm lo" Ucap Marven sambil menyodorkan helm berwarna pink. Bukan pink... Tapi Baby pink.

"Pink teross" Celetuk Marven sambil memakai helm hitamnya.

"Abang salah besar, ini bukan pink, tapi baby pink" Ucap Akira sambil mengancingkan helmnya.

"Sama aja pink gobl*k" Kesal Marven dengan adiknya itu.

Marven dengan Akira hanya beda 2 tahun, Akira sekarang kelas 10 SMK, sedangkan Marven kelas 13 SMA. Mereka beda sekolah, Akira di SMK sedangkan Marven di SMA.

Di Balik Almet Abu-abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang