4. Demo Ekskul

29 30 5
                                    

Hari ketiga MOS, atau hari terakhir acara sebelum kegiatan sekolah normal dimulai.

Aku berangkat sekolah seperti biasa. Karena jarak sekolah ke rumahku tidak jau, jadinya aku santai saja. Dan, aku bertemu Kak Thohari lagi di loronng. Tumben sekali aku menemuinya lagi.

"Hai, kak" kataku. "Hai juga" dan dia menghampiriku.

"Bagaimana kemarin? Siapa yang menang?" tanyanya.

"Apa maksud kakak?" kataku. "Itu, kan kemarin kamu main lawan Riga. Terus, siapa yang menang?"

Ooooh. Aku paham. Sebenarnya, sih diantara kami tidak ada yang menentukan angka dari awal. Tapi, aku perlu membanggakan diriku di depannya. Aku tidak mau kehilangan muka sekali.

"Aku dong!" kataku sambil menepuk dada.

Sombong amat!

"Tapi kalian main juga kan, di sana?" Kak Thohari menanyakan.

Dan, bahkan di Taman Adyaksa kemarin pun kami tidak bermain bulutangkis. Tapi, aku tidak mau lagi kehilangan muka.

"Riga juga bahkan kalah olehku! Hahahaha" aku berbohong dengan bangga.

"Berarti kamu hebat juga, ya! Padahal kukira di sana anginnya sedang kencang. Rupanya kalian masih bisa main?"

Waaakk!!! Hampir saja ketahuan! Aku harus tutupi lagi dengan kebohongan lainnya!

"Kami main pas anginnya tidak kencang. Riga ... jadi kesulitan! Begitulah" kataku khawatir kebohonganku terbongkar.

Thohari lalu mengatakan, "Tapi nanti katanya kita pulang cepat. Karena, hari ini kita lagi demo ekskul. Terus, kira-kira ekskul mana yang kamu suka ya?"

Tapi tampaknya, dia belum tahu kebohonganku itu.

"Jadi begitu ya? Entar gua bilangin deh kak sama anak-anak!"

"Tapi belum tentu juga sih. Teergantung sekolahnya aja nanti bagaimana" katanya.

Sampai pada Hasan menghampiriku, aku segera pamit pada Kak Thohari.

Hasan tiba-tiba saja mengelus kepalaku. "Akhirnya kita ketemu lagi!"

"Sono! Tanganlu kotor pasti!" kataku menyingkirkannya.

Padahal, tinggi kami hampir sama. Aku hendak marah, tapi aku tahan itu saja. Setelah pelajaran MOS usai, kami bergegas ke kantin.

"Memang nanti kita pulang cepat?" kata Riga.

"Lu tahu dari mana?" Tanya Hasan.

"Dari Kak Thohari" jawabku.

"Tapi, kan belum tentu dong. Bisa jadi seperti biasa, karena ekskul kita terlalu banyak untuk dibuat demo" kataku.

"Oh iya! Kamu jadi, kan buat ikut ekskul bulutangkis?" Riga berkata.

"Hmm ... tergantung deh. Apa dia bakalan tabrakan sama jadwal les sama engga" kataku.

"Bener juga, sih. Kalo gua, sih tunggu kelas 12 aja dulu baru les. Soalnya, masih belum mendesak banget! Hahaha, lu juga kan?" Hasan bertanya ke Riga.

"Ga tau deh, Hasan. Tapi, kalau aku menang di POSN dan O2SN ataupun Harum Championship ... kayaknya aku ga perlu les. Kan, udah ada jalur prestasi!" Riga dengan entengnya bilang begitu.

"Haduw, kan belum tentu kamu menang kan?" kataku.

"Iya juga, sih. Lawanku sekarang ... bukan hanya Sofia. Kalau Tirana ikut, Tirana juga jadi rivalku!" kata Riga.

"Intinya sih sekarang gua ingin puas-puaskan masa muda. Ga bakal dateng kedua kalinya, dong!" kata Hasan.

"Jadi, Hasan mau ikut apa?" kata Riga.

SHOOTING STARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang