Setidaknya, tubuhku sudah lebih baik dari kemarin. Tentu saja, aku memang belajar Bahasa Inggris. Namun, entah mengapa aku tidak bisa masuk belajarnya kalau di tempat les ku itu. Padahal juga, mereka punya pengajar Matematika dan IPA yang bagus. Aaah, kurasa aku akan membatalkannya tetapi nanti takutnya ibuku bakal marah. Mau pindah ke tempat lain, nanti atur jadwalnya makin repot.
Ya sudah deh, aku belajar sama Kak Thohari saja. Dia bilang sempatnya pada hari Jumat pulang sekolah di Kedai Abah sepulang sekolah! Sayang memang bertabrakan dengan jadwal lesku, tetapi kebetulan sekali lesnya memang Bahasa Inggris. Pun, bolos sekali untuk yang lebih baik kurasa tidak masalah. Apalagi ini cuma sehari, pun aku juga masih belajar bukan cuma main-main.
Oh iya, aku bahkan tidak tahu siapa yang akan seleksi nanti di hari Sabtu ke SMA Pengharapan Bangsa Depok. Nanti aku tanyakan saja deh ke Kak Thohari! Kebetulan sekali, aku juga sudah lama tidak ke sana!
Kriingg!!!
Hari yang kunantikan sudah tiba! Karena sudah waktu pulang, makanya aku tidak mengganti pakaian seragamku dan langsung menemui "Kak Thohari!" yang berada di gerbang sekolah.
"Tirana, jadi tak?" katanya sumringah.
"Jadi lah!"
Menuju ke parkiran luar sekolah, aku diantarnya menuju Kedai Abah. Sedikit bersalah, tetapi tidak ada pilihan lain. Aku harus mendongkrak nilaiku bagaimanapun caranya. Tapi omong-omong, belajar kelompok berdua begini malah "Kesannya jadi kayak kencan ya, kak?"
"Ah, iya juga ya. Gimana kalo kita langsung masuk aja?"
Kami membuka pintu. Sebuah bunyi lonceng kecil terdengar di balik pintu.
"Abah!" Kak Thohari tentu saja mengenal Abah.
Sebab, "Kamu dulu sering kemari, Thohari. Sekarang ke mana aja? Tiba-tiba, bawa Tirana aja kemari" kata Abah dengan senyuman.
"Oh, ada kesibukan sekarang Bah. Kebetulan, kita sekarang satu sekolah"
"Ya udah, ya udah. Sering-sering main sini"
Kebetulan Abah adalah pemilik warung yang sering menjadi tempat tongkrongan yang cukup terkenal, bukan hanya di kalangan teman SMP ku saja kalau lagi tanggal muda. Kalau malam, tempat ini cenderung ramai. Nasi goreng memang jadi andalan, namun kali ini aku tidak niat untuk makan disini.
Kami mencari tempat duduk setelah memesan makanan untuk memulai belajar. Tentu saja, disaat-saat begini, hatiku berdebar-debar. Kuharap Kak Thohari tak membuat ini sukar. Aku sudah paham tentang arti setiap kata, namun hanya bingung soal kapan tenses seperti past, present, continuous, diletakkan.
"Tirana, liat samping" katanya.
Eh? Ada apa? Tidak ada yang mencurigakan. Hanya seorang perempuan yang pernah kulihat saja sedang duduk sendirian. "Ada apa, kak?" ada yang aneh memangnya?
"Yumna Majid"
"Ooooh!!! Iya aku tahu!!! Dia yang dulu wakilkan wilayah kotamadyanya Riga waktu SMP. Gak nyangka dia main ke mari. Kalau dia sekarang berada di sini, berarti dia bakal jadi saingan kita, dong" kataku.
"Iya juga berarti, tetapi belum tentu juga. Tapi belum tentu juga. Kan, Riga beda kotamadya dengan kita. Kita Timur, dan dia Selatan. Kebetulan juga, dia lagi mau kerja kelompok di dekat rumah temannya" Kak Thohari bilang.
"Omong-omong, mengapa pembicaraan kita jadi tentang Yumna?" dan kami tertawa berdua saja.
"Oh iya, kita lanjut aja nih. Untuk titik-titik ini, harusnya has been atau had been? Soalnya, artinya sama-sama 'telah', kan?" tanyaku menunjuk ke buku.
"Has been. Kalimatnya, Williams has been working there for 10 years" kata Kak Thohari.
Dan kemudian saja, aku malah jadi memperhatikan sosok Kak Thohari. Dia yang berbicara panjang dan lebar itu membuatku kagum. Meskipun ada satu soal yang aku mengerti, aku hanya pura-pura memintanya mengulangi lagi.
Mengapa? Karena, " ... Tidak mungkin, kan kalau berhenti begitu saja? Kata Williams" kata Kak Thohari menerangkan soal padaku.
Iya. Aku tidak mau saat-saat langka ini berhenti begitu saja.
"Tirana, kamu sudah paham kah?"
"Ah, iya Kak! Aku udah paham!" bahkan dia memanggilku dengan aku-kamu!
"Coba ulangi dari kamu" dan rasanya deg aja begitu.
"He ... has working there for 10 years. Williams and friends contributes many times for their law firm, and meet so many relations for his side business. So, he isn't just quit his job!" kataku dengan lancar.
Aaaah!!! Aku sangat senang bisa menyelesaikannya!
"Harusnya doesn't ya. Bukan isn't"
Eh salah?! "Mengapa? Isn't quit dan doesn't quit kan sama-sama tidak berhenti dari pekerjaannya, kan?"
"Benar. Tapi, ini lebih pada apa yang dia lakukan dan bukan wujud dianya" kata Kak Thohari.
Ah, sampai disini aku masih belum paham. Itu berarti, "Kasih tahu lagi, dong Kak!!" yang membuatku senang.
"HAAAI!!!! NANA!!!" Tiba-tiba saja, suara itu membuyarkanku.
Karena memang bukan di perpustakaan, makanya tidak ada salahnya Riga menyapaku. Dia juga membawa Hasan, yang kemudian lalu duduk sambil memesan. Tetapi, mengapa dia mengacaukan kencan ini?!
"Tempatnya bagus juga, ya Hasan" kata Riga yang duduk di sebelahku.
"Kebetulan sekali kita ketemu Kak Thohari sama Nana. Kalian lagi ngapain??" Riga bicara dengan senyumannya.
"Lah kalian juga kesini ngapain?" tanyaku balik.
"Hei, tidak sopan Nana. Aku bertanya dulu, makanya kau harus jawab!!!" Riga bersikeras.
"Kalian bisa liat sendiri, kan? Kita lagi ngapain?" kataku.
"Kencan?" kata Hasan.
Bisa dibilang begitu, sih. Namun, kalian berdua yang merusaknya.
"Bukan, kita lagi belajar Bahasa Inggris!"
"Wah, Bahasa Inggris! Ikutan belajar, boleh?" kata Riga.
"Ah boleh" dan akhirnya kencan ini benar-benar gagal.
Aaaah!!!! Jadinya malah ramai begini. Aku sebenarnya tidak masalah kalau ada Hasan dan Riga di sini, tetapi kencan terselubung ini akhirnya gagal total. Dan awalnya yang serius belajar Bahasa Inggris, malah jadi bicara soal bulutangkis.
"Oh iya, omong-omong kemarin siapa yang lolos seleksi?" tanyaku.
"Untung putra gandanya adalah Kak Farhan dan Ari, sedangkan Putri Gandanya adalah Rizka dan Kak Karen. Ganda Campurannya adalah Kak Thohari sama aku!" kata Riga.
Aku senang Kak Thohari masuk seleksi. Ah, andai saja aku kemarin tidak sakit
"Gua sakit kemarin. Coba aja gua ikut, kemungkinan gua masih bisa ikut" kataku.
"Tapi, ini juga percobaan kok. Kak Wlfred sama Kak Nova juga datang walau tidak ikut lombanya. Bagaimana kalau Tirana ikut?" kata Kak Thohari.
Eh? "MAU!"Siapa yang tidak mau kalau tidak diajak Kak Thohari begini?
"Hasan ikut juga, ya!"
"Ah, tentu aja dong!"
Pada akhirnya, aku tidak mengerti banyak tentang belajar Bahasa Inggris ini. Tetapi, setidaknya ada peningkatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOOTING STARS
RomanceApakah ini mimpi? Apakah ini kenyataan? Semua sorakan gembira ini? Apa hanya aku yang terlalu senang? Tirana seorang tidak bisa membayangkan Bahwa mimpinya akan dipertanyakan oleh kenyataan -=-=-= #7 hasan per 3 Juli 2022 #9 olahraga per 4 Juli 202...