003. Weekend Plan

983 127 14
                                    

"Percaya sama Sooyoung, itu musyrik."

Sooyoung memicing tidak terima, ia pun menendang kaki Dokja dengan tumitnya guna melepaskan amarah. 

"APA MANGSUT?!"

Dokja mengaduh kesakitan, "kalem dong, kan benar kalo percaya sama orang tuh musyrik. Percaya mah sama tuhan," ujar Dokja sembari mengusap bekas tendangan Sooyoung pada kakinya.

Sooyoung mengangkat satu alis, ia membalas "memang kamu percaya tuhan?"

Kim Dokja dengan cepat menyahut, "nggak lah."

Kampret.

Jonghyuk penat melihat kelakuan dua orang temannya, "Cukup, hentikan pertengkaran kalian."

Sebenarnya mereka berkumpul ingin membahas jalan-jalan untuk Weekend nanti. Sooyoung dengan senang hati memberi usulan tersebut, guna merayakan sembuhnya Yoo Jonghyuk dari demam. Walau Jonghyuk sendiri tidak peduli dengan usulan Sooyoung.
Oh ya, Kim Dokja juga termasuk akan dijadikan sebagai alasan kurang kerjaannya Sooyoung, tentu saja dia dijadikan umpan agar Yoo Jonghyuk menerima ajakannya.

Kalau tidak ada Dokja, Jonghyuk tidak mau ikut.
Tapi kalau ada Dokja, ya digas kan lah. 

Siapa juga yang tidak mau ketinggalan jalan-jalan bareng crush?

Ewh, dasar abg.

Sooyoung berpikir keras, sehingga kerutan-kerutan di dahi tampak tercetak jelas. Kim Dokja pun tak kuasa menahan tawa.

"Kocak bat lu, mikir udah kaya orang nahan boker," Dokja menyeletuk.

"Bacot, Kim Dokja. Dari pada elu ngusik pikiran gue, mending kasih usulan aja dah!"

Kim Dokja terkikik geli, dia kemudian menyampaikan usulannya dengan santai.

"Mampir ke perpustakaan yang baru di bangun aja."

Sooyoung merengut, "ogah, gaya lu katrok."

"APA MANGSUT," Dokja tidak terima.

Dua insan ini bila disatukan akan terus memercikkan api permusuhan, maka dari itu Jonghyuk hadir sebagai penengah.

"Guys stop. Gue kasih usulan lah, kalian gelut kaya orang rebutan sembako. Risih, kampret."

Akhirnya, supreme king memberikan usulan bijaksana.

"Lord!" Sooyoung berseru dramatis.

Kim Dokja pun jengah. Dia menyandarkan tangan kirinya pada pundak Jonghyuk, dan bersiap menyimak dengan kuping terbuka lebar.

Jonghyuk terdiam mematung, semilir angin musim panas menerpa rambut ikalnya satu-persatu.

Terbesit rasa kagum, Dokja memuji dalam diam insan bak mahakarya tuhan yang paling sempurna. Fisik Jonghyuk memanglah tiada duanya, sangat disayangkan jika tidak dipandangi dengan khidmat.

Bibir tersebut bergerak, hendak menyampaikan usulannya.

"Akhir-akhir ini, Mia sering curhat soal taman hiburan di dekat sini."

Sooyoung menyahut, "ohh, Taman hiburan Olympus?"

Jonghyuk mengangguk, "iya, bagaimana jika kita mampir kesitu saja?"

Kim Dokja tidak keberatan, dia yang paling pertama mengangguk menyetujui usulan Jonghyuk.

Sementara itu, Sooyoung masih mengalami dilema, "kelihatan bagus sih, tapi aku mau Dateng ke cafe yang di rekomendasikan sama sangah."

"Ya udah kita datang pas pulangnya aja? Masih cukup kan waktunya," Dokja menyahut, Sooyoung pun pada akhirnya menyetujui.

"Kalo gitu deal, ya! Awas berangkatnya jangan pada ngaret, gue tandain kalian kalo dateng-nya terlambat dari gue!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Sooyoung bergegas keluar dari kelas.

𝑾𝒉𝒂𝒕 𝑰𝒇? | 𝐘𝐨𝐨 𝐉𝐨𝐧𝐠𝐡𝐲𝐮𝐤 𝐗 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐤𝐣𝐚 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang