4. Apa Cerai Aja?

516 82 0
                                    

Jana tau dirinya sangat egois dengan membiarkan pertengkaran mereka menguap begitu saja dan memilih melarikan diri ke Bali pagi-pagi sekali.

Dia hanya takut menghadapi Jeno, hatinya belum siap untuk perdebatan yang bisa jadi kembali terjadi ketika dia meminta izin berangkat.

Di atas pesawat yang akan lepas landas beberapa menit lagi, Jana menarik napas panjang, rasanya aneh sekali, seperti ada yang mengganjal tapi dia sendiri nggak tau gimana caranya agar ganjalan itu bisa menghilang.

"Permisi, Mbak."

Lamunannya buyar saat seorang penumpang duduk di kursi kosong samping kursinya, dia hanya tersenyum sekilas lalu kembali mengamati langit subuh Jakarta di balik jendela pesawat.

Pengen nangis.

***

Jeno nggak berharap banyak saat dia bangun, nggak ada kelebat Jana dimana-mana, sisi kasur yang ditiduri istrinya juga sudah mendingin, tanpa si penghuni sudah pergi lama.

Dia menghembuskan napas panjang, hubungan ini terasa semakin hambar, Jeno nggak tau gimana cara memperbaikinya lagi.

Jana selalu melarikan diri, nggak pernah sekalipun wanita itu berhenti sejenak dan ngobrolin tentang mereka.

Jeno merasa kalo di sini, hanya dialah yang berjuang.

***

"Ibu Jana," sapa salah seorang supir kantor yang hari ini bertugas ngejemput dia di bandara.

Jana membalas ramah, kemelut rumah tangganya disingkirkan dulu, ini waktunya bekerja.

"Pak Jo sudah menunggu di resort dengan perwakilan dari biro arsiteknya."

"Iya, langsung ke sana aja, nanti bawa koper saya ke hotel."

"Baik bu."

Jana melepas kacamata hitam yang membingkai wajahnya, menyandarkan kepala ke jendela mobil, jalanan Bali selalu menarik perhatian, wisatawan di mana-mana dengan aroma santun yang menguar di udara.

"Ibu nggak apa-apa?"

"Enggak kok."

Mata wanita itu terpejam, dia ternyata nggak sekuat yang dia pikirkan.

"Ibu, sudah sampai."

Kalimat supirnya menyadarkan dia dari lamunan, setelah merapikan kemeja, tangannya membuka pintu mobil, kembali dalam mode Jana si wanita karir yang sukses.

Jo sudah menunggu di bagian samping resort itu, bersama dua orang lainnya yang Jana tebak adalah perwakilan dari kantor Mark. Ada pria bernama Lucas yang tersenyum kalem, juga seorang wanita yang mengaku desain interior bernama Hera.

"Saya Jana, CEO The Queens."

"Oh," wanita itu buru-buru berdiri, mengulurkan tangan untuk menyapa, "Saya Hera, yang akan menangani proyek renovasi resort The Queen, maaf meeting minggu lalu saya nggak hadir, nganterin anak imunisasi soalnya."

"Nggak apa-apa."

"Saya Lucas, tugas aslinya ngebuat maket sama desain bangunan, tapi sebenarnya tugas saya di sini cuma mastiin istri bos nggak mengacau."

Jo dan Jana tertawa mendengar Kalimat Lucas dibalas tabokan di lengan oleh Hera, mereka berdiskusi berteman beberapa kudapan dan minuman hangat.

***

Jeno memutar kursinya dengan wajah malas, hari ini dia nggak ada kerjaan, jaringan lancar jaya, nggak maintenance kayak kemarin, Wulan juga tumben sekali belum menelepon, entah mengadu jaringannya error padahal cuma lupa nyalain wifi.

diversoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang