9. Family Time

566 80 0
                                    

Empat hari liburan di Bali mungkin emang nggak cukup bagi Jeno dan Jana, tapi setidaknya mereka lebih lega, maka dari itu saat menapak bandara Soekarno-Hatta di pukul sembilan pagi, keduanya tersenyum lepas dengan tangan bertaut, mendorong troli berisi koper keluar dari terminal kedatangan.

"Nanti aku mau ke rumah kak Tyssa."

"Ngapain?"

Jana tersenyum kecil, mengelus lembut lengan suaminya, "Tau nggak, waktu hari pertama aku di Bali, Kak Tyssa nelepon."

"Hah?" Jeno mengerjap cepat, "Ngomong apa?"

"Semuanya, kekhawatiran kamu, ego kamu, ngejelasin banyak hal tentang konsep rumah tangga yang masih belum kita pahami sepenuhnya."

"Ember banget."

"Husss," Jana cemberut, "Nggak boleh bilang gitu ih."

"Jan ..."

"Iya, sayang?"

Jeno narik napas panjang, menatap istrinya yang sibuk nyari taksi.

"I love you."

"Iya aku tahu."

Transportasi roda empat yang Jana pesan akhirnya berhenti, Jeno masukin koper ke bagasi sebelum nyusul istrinya di belakang pengemudi.

"Jeno."

"Hm?"

"I love you."

Haduh. Supir taksinya cuma senyum kecil ngeliat penumpangnya berbagi afeksi, maklum pasangan muda.

***

Apartemen mereka nggak kotor-kotor amat, jadi Jana mutusin buat nyuci baju aja sebelum masak makan siang, untung aja Jeno peka, jadi pas Jana keluar dari ruang cuci, pria itu udah megang sapu.

"Kata Kak Tyssa makan di sana aja, mending kamu mandi duluan aku beresin ini dulu."

Jana mengecup pipi suaminya sebelum berlalu ke kamar mereka dengan senandung kecil, sejak berbaikan atau mungkin lebih tepat disebut keduanya berdamai dengan keadaan, entah kenapa perasaannya terasa ringan, nggak ada lagi yang ngeganjel kayak pikiran-pikiran buruk yang ngebuat konsentrasinya berkurang.

Sedikit banyak, Jana bersyukur, kerendahan hati Jeno nerima semua ini ngebuat dia ngerasa terbantu, suaminya lebih mengedepankan 'mereka' dibanding ego yang sulit sekali diturunkan.

"Jen ..."

"Apaa?"

Kepala perempuan itu menyembul dari sela pintu kamar, "Nggak mau mandi bareng? Hemat air."

Jeno tertawa kecil tapi tetap meletakkan gagang pelnya. "Wait me cantik."

"Oke ganteng."

***

Rumah Tyssa terletak agak jauh dari apartemen mereka, sedikit ke pinggiran Jakarta. Perempuan itu dan suaminya punya usaha toko bahan bangunan yang terletak disebelah rumah, itung-itung buat nambah penghasilan. Suaminya bekerja sebagai banker sementara dia lebih milih buat fokus ngurus toko.

Tiga mobil bak terbuka terparkir di depan toko saat Jeno dan Jana tiba sore itu, ketiganya sedang sibuk menaikkan barang, jadi bisa dipastikan kakaknya itu lagi sibuk di toko.

Jana memilih untuk masuk ke toko aja, sedangkan Jeno memarkir mobil mereka di belakang honda brio milik Tyssa.

"Kak Tys!"

Tyssa yang lagi sibuk nulis nota mengangkat kepala, bibirnya tersenyum kecil saat ngeliat adik iparnya melambai cantik.

"Duduk dulu, Jan. Bentar ya, dek."

diversoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang