10. Akhir

754 100 4
                                    

Jeno membuka mata saat cahaya matahari menembus gorden jendela, tangan kanannya terasa kebas, karena semalam jadi bantal untuk kepala Jana.

"Pagi, tumben belum berangkat?"

Jana beringsut, memeluk Jeno lebih erat. "Nanti aja."

"Nggak bakal telat?"

Perempuan itu menggeleng, membuat Jeno agak geli karena rambut panjangnya menggelitik leher.

"Mulai sekarang aku bakal berangkat jam tujuh, abis kita sarapan bareng terus pulang jam setengah enam biar kita bisa dinner bareng."

Jeno menarik napas panjang seraya mengelus rambut istrinya lembut, "Kamu nggak perlu ngelakuin itu, sayang."

"No, itu cara aku buat nebus semua waktu yang selama ini kita lewati dengan keegoisan masing-masing."

"Nggak perlu, Jana. Jangan ngerasa bersalah, aku bakal berusaha ngerti kalo kamu punya tanggung jawab selain aku. It's okay, dengan satu syarat."

"Apa?"

"Weekend kita jangan diganggu."

Tawa Jana berderai indah, kedua tangannya terangkat, merangkum wajah Jeno dan menatapnya manik matanya lekat-lekat, mengagumi betapa rupawan sosok Jeno yang selalu bisa membuatnya terpukau.

"I love you, Jeno."

Jeno membalas dengan kecupan di kening, lalu turun ke kedua kelopak mata Jana, wanita itu melenguh pelan saat bibir Jeno menyusuri tulang selangkanya, meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Mandi gih."

"JEN!"

Kali ini, giliran Jeno yang ketawa saat ngeliat istrinya udah melotot galak. "Jahat banget!"

"Apa? Kenapaa?"

Bibir Jana cemberut saat Jeno udah bangun, perempuan itu mengulurkan tangan, meminta dibantu untuk bangkit namun saat Jeno meraih tangannya, Jana justru menariknya dalam dekapan.

"Morning sex seems interesting, babe."

Dan siapalah Jeno yang bisa menolak.

***

"SELAMAT PAGI!"

Jeno udah pernah bilang belum kalo Celestya itu kayak nggak pernah kehabisan energi, perempuan itu selalu tersenyum, membuat orang lain bahagia dan tentu saja ceria.

Hari ini, gadis yang baru saja lulus setahun lalu itu masuk kerja lebih cepat dari Jeno yang baru aja absen sementara Cel udah menyapa semua penghuni lantai dengan senyum segarisnya.

"PAGI ABANG-ABANG KESAYANGANKU."

Terlebih, hari ini, saat statusnya sebagai pegawai magang akhirnya selesai dan resmi teken kontrak dengan Teras Senja, nama kantor mereka.

"Aku bawa bekal loh!"

Mino yang baru selesai membersihkan kabel jaringan mendekat, bibirnya menggumamkan wow saat Cel membuka penutup Tupperware ungu miliknya.

"Aku sendiri tau yang masak! Buat Jery juga tadi soalnya hari ini, hari pertama dia magang di Queens." Perempuan itu berceloteh riang, menatap Jeno yang baru aja masuk dan mencomot satu telur gulungnya.

"Mas Jen."

"Apa?"

"Mohon bantuannya ya mas hehehehe."

"Bantuan apa?" kening Jeno mengerut bingung.

"Ya ituuu, tolong pacar saya dipermudah hehehe, bilangin ke istrinya."

diversoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang