I Change You.
You know something.
Heraz's pov:
Gue lagi ngelamun di kamar. Lagi mikirin sesuatu. Sejujurnya gue mikirin tentang omongannya Jehan sih.
Kenapa Jehan terus-terusan nanya tentang dia yang punya temen selain gue atau nggak?
Gue temenan sama dia semenjak SMP kelas 1. Dan gue yakin dia ga punya temen deket selain gue waktu itu.
Saking deketnya kita, gue jadi tau masa lalunya Jehan berkat Ibunya yang nyeritain ke gue. Dan sebaliknya, gue nyeritain masa lalu gue ke Ibunya Jehan.
Gue gatau ini kenapa, tapi gue ngerasa ada yang di sembunyiin sama Ibunya Jehan semenjak Jehan terus-terusan nanya apakah dia punya temen deket selain gue atau nggak.
Ibunya Jehan cuma bilang ke gue kalau pas SD kelas 6, Jehan ngalamin kecelakaan dan lupa ingatan. Dokter bilang ingatannya bakal balik seiring berjalannya waktu.
Sekarang gue sama Jehan ini udah kelas 3 SMA. Yang berarti perlahan-lahan Jehan bakalan ngenalin semuanya lagi.
Gue cuma bisa nunggu sampai Jehan inget sendiri. Dan rasa penasaran gue bakal terbayar setelah tau apa maksud dari apa gue punya temen deket selain lo?
I Change You.
Author's pov:
Di malam yang tenang ini, Jehan sedang makan malam bersama Ayah dan Ibunya. Jehan ini anak tunggal ges.
Keluarga kecil ini makan dengan tenang, tanpa percakapan dan hanya fokus dalam memakan makanan mereka.
Jehan yang lagi asik-asiknya makan tiba-tiba ke inget sesuatu. "Bu, Jehan mulai lupa ingatannya kapan?" Tanya Jehan yang ngebikin Ibu sama Ayahnya berhenti makan.
Ayah sama Ibunya Jehan saling tatap-tatapan. Lalu, Ibunya Jehan mulai menjawab, "SMP kelas satu, Nak.."
Jehan cuma manggut-manggut aja. Lalu lanjut makan. Sedangkan kedua orangtuanya merhatiin Jehan yang lagi makan. Mereka ngerasa kayaknya ini udah waktunya.
Waktu untuk Jehan mengingat kembali masa lalunya.
Ibu sama Ayahnya Jehan cuma masang wajah bahagia ke anaknya yang lagi asik makan.
I Change You.
Malam ini, Sera lagi ada di depan minimarket. Dia habis beli beberapa jajanan untuk stok malam nanti. Rencananya, malam nanti Sera akan begadang karena mau ngerjain tugas.
Pada saat lagi nunggu penyebrangan, Sera di samperin sama seseorang bertubuh tinggi.
Puk!
Orang itu menepuk pundak Sera.
"Boleh bicara sebentar?" Tanya orang itu.
Sera yang memang tidak mengenal orang itu karena orang itu memakai masker pun hanya membalas, "siapa lo?"
Orang itu segera membuka maskernya. "Gue Heraz. Intinya gue perlu bicara sebentar sama lo."
"Gue ga kenal." Sanggah Sera. Dia memang tidak mengenal orang itu.
"Tapi gue kenal sama lo. Lo Sera Kalenn, 'kan?"
Sera sempat terkejut mendengar pertanyaan -atau lebih tepatnya pernyataan- dari orang itu. Bagaimana ia bisa tau kalau namanya adalah Sera Kalenn? Apakah dia seorang stalker?
"Lo stalker, ya?"
"Bukan! Intinya gue bukan apa yang lo maksud, dan gue juga bukan orang jahat," kata orang itu -Heraz.
"Ayo ikut gue," lanjutnya.
Heraz membawa Sera untuk duduk di bangku yang tersedia di depan minimarket tempat Sera membeli jajanan.
Heraz mulai menarik nafas dalam-dalam untuk memulai percakapannya dengan Sera.
"Jadi gini; apa benar, lo yang namanya Sera Kalenn?"
Sera yang masih sedikit was-was hanya mengangguk dengan alis berkerut.
"Lo.. kenal Jehan Deran..?"
Sera terkejut. Jehan Deran? Bukankah itu-
"Jehan Deran. Lo kenal dia, 'kan?" Heraz kembali bertanya. Kali ini seperti mendesak Sera untuk berkata "iya".
Sera yang pikirannya sudah berkecamuk itu pun hanya menggeleng cepat. Ia masih harus memikirkan kata-kata yang di ucapkan oleh Heraz.
Terdengar helaan nafas Heraz pada saat Sera menggeleng. "Oke. kalau gitu, lo boleh pergi,"
Sera lantas bangkit dan ingin segera melangkah, namun sebelum ia benar-benar melangkah, perkataan Heraz membuatnya terdiam.
"Sera. Kalau lo tau sesuatu, tolong ungkapin."
Setelah itu, Sera dapat melihat tubuh tinggi Heraz melangkah menjauhinya. Ia dapat melihat kekecewaan hanya dari punggung Heraz.
Sera terduduk kembali, tidak jadi beranjak dari tempat itu. Pikirannya benar-benar campur aduk.
'Jehan.. apa kabar?"
I Change You.
"Sera?" Ayah Sera memasuki kamar Sera dan melihat Sera yang sedang berkutat dengan laptopnya.
Sera yang mendengar panggilan sang Ayah pun menoleh, "kenapa, Yah?"
Sang Ayah mulai menghampiri Sera yang duduk di meja belajarnya dan berucap, "Ayah mau ngomong sesuatu,"
Sera mulai menghadap sang Ayah. "Ngomong apa?"
Ayah mulai menarik nafasnya. "Sampai kapan kamu mau pura-pura gak kenal sama Jehan?"
Sera terkejut tentunya. Lantas, ia membalas, "kenapa Ayah tiba-tiba nanyain hal itu?"
"Ayah cuma ngerasa kasihan ngeliat Jehan. Mamah Jehan tadi menghubungi Ayah. Dia bilang, Jehan udah mulai ingat semuanya perlahan-lahan," jelas sang Ayah.
Sera menunduk, tak berani menatap mata sang Ayah yang menatapnya penuh ketulusan saat berbicara tadi.
"Sera.. gatau, Yah.."
Terdengar helaan nafas dari sang Ayah. "Yasudah, tidak apa-apa. Kamu pasti masih butuh waktu untuk kembali seperti dulu, saat kamu dan Jehan bermain bersama. Ayah mengerti itu. Tapi Ayah mohon, jangan terlalu berlarut-larut dalam hal itu, karena kita ngga tau perasaan keluarganya Jehan."
"Iya,"
Sang Ayah menepuk pundak Sera dan mulai melangkah ke arah pintu kamar Sera. Ia mulai menghilang dari balik pintu.
Sedangkan Sera, ia masih tertunduk dengan mata yang diam-diam berkaca-kaca.
"Jehan, maafin gue.."
I Change You.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Change You. || Park Jeongwoo
Ficção Adolescente"Jangan pergi lagi, Sera.." -240622 -130423