"Makasih." Kaleya berucap singkat, padat dengan nada bicara setengah niat. Pria di hadapannya tersenyum miring dan menggelengkan kepala heran."Cuma makasih aja nih?"
"Terus aku harus ngapain lagi selain ngucapin makasih?"
Jordan, pria itu kemudian menyentuh pipi sebelah kanannya dengan jari telunjuk. Sontak mata Kaleya membesar, menyumpah serapahi lelaki tidak jelas di hadapannya sembari berancang-ancang akan melemparkan boneka warna salem berbentuk boba.
"Gila! Gajelas kamu, hush hush sana!" Kaleya setengah berteriak, sembari melakukan gestur mengusir.
"Kamu salah faham, gue cuma ngasih kode loh padahal" nada bicaranya terdengar sendu sekali, walau ketara jika Jordan memang sedang bercanda.
"KODE APA!!" Kaleya keburu naik pitam. Orang manapun, pasti akan langsung berpikir itu adalah sebuah kode - mencium pipi -
Bayangkan! gestur itu dilakukan oleh lelaki yang tidak kamu kenal. Freak abis!
"Itu tuh, pipi lo tuh masih ada luka yang belum dibersihin. Apa gak kerasa perih? tuh, di pipi kanan."
"Hah? Aw" Kaleya mengaduh, jari telunjuknya tepat sasaran saat menyentuh bagian luka di pipinya. Rasa perihnya baru terasa sekarang! Dalam hati ia bersumpah serapah. Ia harus marah kepada Gianna karena dia jadk sering membaca cerita fiksi yang direkomendasikan sahabatnya itu.
Dan kayanya Kaleya harus mengurangi membaca cerita fiksi di besok hari.
"Tuhkan. Sebentar, gue cari betadine sama plester dulu." Setelah berucap, Jordan kemudian meninggalkan Kaleya di ruang UKS sendirian.
Walaupun pendiem, kesabaran Kaleya itu setipis tisu, apalagi kalo berhadapan sama Juna –adiknya.
Seperti sekarang, Kaleya misuh-misuh pada dirinya sendiri, menyesali kecerobohannya beberapa saat lalu yang mengakibatkan dirinya berada di UKS saat ini.
Singkat cerita, Kaleya terjatuh dari tangga karena terburu buru seperti mengejar waktu. Padahal jika dipikir-pikir, Kaleya tidak memiliki urusan apa apa setelah pulang sekolah.
"Coba aja tadi aku gak lupa hari, udah pasti sekarang aku gak diem di UKS kaya gini," Kaleya berucap pelan, merutuki diri sendiri yang sangat amat ceroboh sebab berlari-larian di tangga.
Satu hal yang bisa ia syukuri,
"Untung sudah jam pulang sekolah." Jadi dirinya tidak begitu malu karena dihadapi dengan beberapa pasang mata. Jika hanya Jordan, mungkin tidak masalah.
Lagipula, Kaleya tidak begitu mengenalnya.
"Nih, obatin dulu." Setelah sekitar sepuluh menit Jordan pergi, lelaki berhidung bangir itu kembali dengan membawa plester dan betadine.
"Mau dibersihin sama siapa?" Jordan kembali bertanya.
"Sama aku aja," Jawab Kaleya spontan, kemudian mengambil botol Alkohol untuk mensterilkan lukanya terlebih dahulu sebelum menggunakan betadine.
Dua menit Kaleya melakukan kegiatannya, Jordan –sebagai anggota PMR yang baik mengawasi Kaleya. Bukan, bukan bermaksud modus. Jordan hanya ingin mengawasi Kaleya, itu saja.
Sembari mengaca, sesekali Kaleya mengaduh kesakitan. Ia mengaplikasikan betadine dan menempelkan plester berwarna pink dengan motif hati di pipinya.
Kaleya memicingkan mata melihat motif plester miliknya, berniat mengeluh, tapi hal tersebut sangat amat tidak mungkin dilakukan.
Yah, dirinya sudah seperti gengster bercodet sekarang.
"Lo harus sering ganti plester, dan kalo bisa lukanya jangan dibiarin gitu aja. Kecuali kalo lo emang mau berbekas dan lama sembuhnya." Jordan berkata sembari merapikan beberapa benda bekas pengobatan Kaleya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crackship
Fanfiction[ 𝐟𝐭. 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐞𝐧𝐨 ] Warneo mendadak sibuk bergosip setelah mendengar kabar kalau Jordan, cowo berkarisma yang kebetulan menjabat sebagai ketua eskul futsal jadian sama Kaleya, cewe ekstrovert berkedok introvert dari kelas 11 mipa 3. Kaleya itu...