Chapter 8

1K 144 3
                                    

"Jae."


Bisikan Rosé terasa lebih cantik di telinganya, merasakan hangat jemari cantiknya membelai lembut garis rahang Jaehyun yang tegas

Merasa tak ada penolakan seperti hari lalu, Rosé lantas menyatukan bibir mereka dalam ciuman panas dan bergairah


Tubuh besar Jaehyun terdorong pelan sampai punggungnya menemui kasur empuk dengan sprai berwarna merah berbahan satin itu


Mereka disana lagi, Apartmen Rosé selepas pulang sekolah. Cukup menguras emosi, dan Jaehyun memilih mampir ke rumah pacarnya. Sekadar menghilangkan sedikit denyut pusing di kepala

Tetapi bukannya membaik, denyutan itu makin parah. Panas juga mulai menggerayangi tubuhnya

Jaehyun tersentak kaget saat merasakan kaki Rosé menyenggol area pribadinya di bawah

Pacarnya itu memberikan satu kecupan tipis di sisi bibir, tangan tangan tak bisa diam membuka Sabuk sekolah di bawah sana

Jemari lentik Rosé berhasil meraih area pribadi Jaehyun yang masih tertutupi selapis kain tipis sebagai penghalang

Jaehyun masih berusaha meraih kesadarannya, dia menahan tangan Rosé cepat


Gelengan Jaehyun tak di hiraukan oleh Rosé saat ciuman terjadi lagi, kali ini lebih kasar dari sebelumnya

"Rosé!"

Teriakan kencang itu membuat Rosé refleks mendorong tubuh Jaehyun sampai membentur pinggiran ranjang cukup kencang

Di ambang pintu kamar, Ibunya. Sandara Park, dengan nafas terengah memegangi erat pegangan pintu dengan wajah memerah. Entah marah atau apa

Wanita itu mendekati putrinya, melirik sekilas Jaehyun yang memandang bingung kearah mereka

"Kamu boleh pergi."

Jaehyun tanpa diminta dua kali, membereskan pakaiannya yang terlihat cukup kacau. Membawa tas kemudian membungkuk sopan, sebelum benar benar meninggalkan apartemen mewah itu


Entah apa yang akan terjadi diantara sepasang ibu dan anak itu, hal terakhir yang ia dengar sebelum betul betul meninggalkan Apartemen Rosé adalah suara pecahan barang yang sangat berisik.


Lelaki itu berjalan dengan wajah kacau luar biasa, sejenak ia merenung. Ada saat ketika hangat melingkupi area pribadinya Jaehyun malah terbayang satu wajah

Ada yang aneh saat Rosé mencoba memancingnya ia tak begitu tertarik, mungkin hanya sisa sisa dari nalurinya tentang Nafsu sesaat sempat menuntunnya melakukan hal lebih jauh pada Rosé

Tapi tidak Jaehyun bahkan masih bisa mencapai kesadarannya sendiri, ia tak Begitu tenggelam dalam permainan singkat mereka

Sejujurnya, Jaehyun mulai meragukan orientasi seksualnya sendiri.

"Ribet amat anjir."

Begitu membuka kamar Asrama, wajah 'Ramah.' adiknya menyambut begitu saja. Sapu dengan gagang cukup panjang teracung di tangan

Membuat Jaehyun kembali melangkah mundur "Adek turunin dulu dong itu sapunya."

Jeno mendengus, mengusap dadanya mencoba meredam amarah, namun semua itu sirna saat mendengar ucapan Mark dari meja belajarnya— "Sini neng, mau Abang usapin dadanya? Dijamin ketagihan."



Mehh, sehari tinggal bersama Mark dan Jaehyun membuat Jeno bisa membuka mata lebih lebar lagi

Ternyata kelakuan Mark dan kakaknya tidak beda jauh, pantas mereka bisa berteman sedekat ini.

Our Eternity Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang