~08~

3.2K 279 6
                                    

Sudah sebulan lamanya kini Naven dan Hellio semakin dekat. Hellio tidak lagi bisa mencegah pria yang lebih tua darinya itu. Jadilah ia hanya pasrah dan jauh didalam hatinya ia menerima semua afeksi yang diberikan Naven. 

"Kak na, udah lama disini?" Tanya Hellio saat memasuki armada hitam milik Naven. Sekarang Hellio memanggil pria itu dengan sebutan 'Kak' Yah, Hellio bilang ia lelah, karena pria itu selalu mengkritiknya saat ia memanggilnya dengan sebutan 'Om'. 

"Tidak terlalu, jadi jalan kita hari ini?" Tanya Naven pada yang lebih muda. Hellio mengangguk senang, mereka sudah berjanji sebelum ini untuk mengunjungi restaurant china yang baru saja buka. Didaerah pantai lebih tepatnya. 

Inilah yang baru diketahui oleh Naven, bahwa Hellio sangat menyukai pantai. 

Hellio turun dari mobil itu kemudian berlari kecil ke arah pantai, Naven hanya menggeleng sambil terkekeh kecil melihat yang lebih muda. 

"Sebentar Hellio, saya ingin menghubungi seseorang terlebih dahulu." Ujar Naven. Hellio hanya mengangguk dari jauh. 

"Hallo, sudah siap semuanya?" 

"Ya lakukan seperti yang saya perintah." 

"Kak Na! Ayo kesiniiii~~ Lapar~~" Ujar Hellio manja. Naven kemudian berjalan kearah Hellio, menarik tangan Hellio dan menggengamnya lembut. Hellio? Sudah dibilangkan dia menerima semua afeksi dari Naven. 

"Wahh tempatnya bagus banget kak, pas lagi makan terus lihat ke kiri pantai woahh." Ujarnya semangat, ia menceritakan segala yang terjadi hari ini pada Naven. Tentang ia mengusili temannya Rain, tentang Pak Cahyo yang tidak sengaja kena lemparan bola karena ulahnya. 

Sangat random, Naven mendengarkan semua cerita Hellio dengan seksama. Setelah keduanya memesan makanan, mereka berdua menunggu pesanan sambil menikmati hembusan angin pantai. 

"Hellio." Panggil Naven. "Saya ingin berbicara sesuatu denganmu." Hellio menolehkan kepalanya saat Naven memanggi namanya. 

"Hm, bilang aja kak Na, gausah pake izin gitu. Aku bukan presiden." Ujarnya sambil terkekeh. 

Naven tiba-tiba merasa gugup, tidak. Dia belum pernah melewati fase ini, tidak pernah dibayangkannya. Bahwa seseorang yang buatnya jatuh ini ialah bocah yang usianya lebih muda darinya. Terlebih dia seorang laki-laki. 

Sekelompok pria dengan alat musik ditangan serta badannya tiba menghampiri dimana Naven dan Hellio duduk. Hellio terkejut, tetapi hanya sebentar. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan restaurant disini untuk memanjakan tamunya dengan musik. 

"Hellio, saya tahu ini terlalu cepat." 

"Saya suka dan cinta sama kamu Hellio." Ujarnya sembari menggambil jemari Hellio yang bertengger santai diatas meja. Digenggamnya tangan mungil itu. 

Hellio? Nafasnya tercekat, tidak menyangka bahwa Naven akan mengutarakan perasaannya secepat ini. 

"Kak na-" Ucapannya tiba-tiba berhenti saat Naven mengeluarkan sebuah kotak dari saku bajunya. Dan saat membukanya, mulut dan mata Hellio membelalak. 

Cincin. Itu adalah sebuah cincin. Sangat manis. 

"Saya tahu terlalu cepat mungkin untuk meminangmu, karena usia mu masih terbilang muda. Jadi saya akan memberikan cincin ini sebagai tanda komitmen. Terima dan pakailah cincin ini jika kamu mau menerimanya. Jika kamu menolak, maka ambilah cincin ini dan tidak usah dipakai." Tegas Naven. 

Naven gugup bukan main, ia takut Hellio menolaknya. Tetapi ia juga tidak bisa memaksa Hellio jadilah ia menyerahkan semuanya pada Hellio. 

"Pakein dong." Ujar Hellio tiba-tiba. Naven menoleh menunjukkan wajah cengonya. "Ish pakein cepett, masa aku yang pake sendiri sihh." Ujar Hellio. 

"Kamu menerima saya?" Tanyanya cepat. "Hm, tapi aku gak mau nikah dulu ya! Masa depanku masih panjang." Ujar Hellio. Hellio menerima Naven, sejujurnya Hellio merasakan hal yang sama hal aneh yang menjalar ditubuhnya saat Naven menyentuhnya. Hanya tangan. Karena Naven masih tau batasan. 

Perhatian Naven, semuanya. Terlebih orang tuanya menerima Naven dengan saat baik. Hellio mungkin berpikir, kapan lagi dia bisa mendapatkan pria mapan tampan, dan kaya seperti Naven. 

Hhahaha tidak, Hellio tidak matre kok. Hanya realistis saja. 












To Be Continued 

Aku nulis apaan ini huaaaaa

HIS FATE | NAHYUCK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang