~01~

6.2K 345 3
                                    


"HELLIO BANGUN, UDAH PAGI! SEKOLAH KAMU. JANGAN MALAS" Teriakkan yang sangat memekakkan telinga itu membangunkan Hellio dari tidurnya, pemuda berusia 19 tahun itu lantas terbangun walaupun masih belum 100% sadar. 

"IYAAA HELLIO UDAH BANGUN." Balasnya berteriak, tadi itu Daddy nya. 

Ia melangkahkan kakinya untuk membasuh tubuhnya dikamar mandi. 

"""

"Pagi Ayah, Pagi Daddy." Ujar Hellio menyapa keluarganya yang sedang berkumpul di ruang makan. "Heh kurang ajar, gue kagak lo sebut." Ujar Abang Hellio. Haryo. 

"Eh, ada lo bang. Gak lihat gue hehe." Jawabnya dengan tawa yang dipaksakan. "Ssst, udah cepet sarapan nanti telat masuk sekolah Hellio, Haryo juga, kuliah sana." Ujar Daddy. 

"Dih daddy pilih kasih, masa haryo diusir sih." Ujarnya menggerutu. "Lo berangkat naik bus sana! Malas gue bawa lo." Ujar Haryo lagi. 

"DADDY, AYAH." Hellio mengadu pada kedua orang tuanya. "Gapapa lio, kan bisa sama Ayah." Jawab Ayahnya. "Sama ayah lambat ih kayak siput, bisa-bisa nyampe sana udah selesai sekolah." Ujar Hellio. 

"Kan yang penting selamat lio." 

"Potong aja uang jajan nya yah." Ucap Haryo. Yang langsung dipelototi Hellio. 

"Yaudah ayo berangkat, lama gue tinggal. Pamit Dad, Yah." Ujar Haryo menyalami kedua orang tuanya. "Hati-hati sayang." Ujar Daddynya. 

"""

"Lo pulang sendiri ya nanti." Ujar Haryo setelah tiba digerbang sekolah Hellio. Hellio mendecih. "Dah tau gue mah, bye bang." Ucap Hellio. 

"PAGI HUJAN" Pekik Hellio, saat melihat teman seperjuangannya. "NAMA GUE RAIN YA BANGSAT." Duh suaranya sampai didengar diterowongan kelas. Bergema. 

"Hehehe, canda rain sayang." Ujarnya. Rain hanya memandangnya kesal. 

"Tumben lo datang pagi banget, pasti ada apa-apanya ini." Mata Rain memicing. "Gak-

Gak salah lagi, lihat pr fisika dong. Gue mumet banget asli. Gak paham." Ujarnya memohon pada Rain. "Itu lo nya aja yang malas, nih buru ngerjain. Udah mau mulai jam pelajaran." 

"Maaacihh bebi." Ujar Hellio hendak mencium pipi Rain, yang langsung ia hentikan saat Rain ingin mengangkat tangannya. Takut di tampar wkwk

"""

Sedangkan ditempat lain, Naven Argadinata. Pria berusia 25th itu sibuk berkutat dengan berkas-berkasnya. Pekerjaannya yang dilimpahkan dari Papanya membuatnya kelimpungan. 

"Huh.." Ujarnya menghela nafas, saat melihat berkas-berkas yang tak kunjung ada hentinya. 

"Beban lo banyak banget ya bro." Itu Jean kembaran Naven, hanya berbeda 5 menit kata Papinya. "Ya ini gara-gara lo, lo sih malah urus cafe lo yang gak seberapa itu." Ujar Naven. 

"HEH, itu hobi gue ya. Gue gak suka sama berkas-berkas. Dan juga lo kan lebih pintar dari gue." Ujar Jean, Naven hanya menggeleng. Memang Naven lebih berprestasi dibanding kembarannya Jean. Untuk itu ayahnya menyuruhnya untuk mengurus perusahaan. 

Aku buatnya pendek-pendek hehe

Cape juga ya nulis di wattpad 

dibanding nulis AU 

wkwkwk voment juseyooo!! 

Siapa tau ada yg mau kepoin twitterku, aku juga buat au disana. Mampir ya wkwk 

HIS FATE | NAHYUCK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang