34. Goresan Semu

2.9K 337 62
                                    

Please, don't be a silent reader.

Happy reading ....

Tentang patah yang menggores terlalu dalam,
bisakah kita berdamai walau hanya
semalam?

— NOT YOU // BROTHERSHIP —



.



.




.





.







Di pagi hari yang cerah ini, Skala membuka matanya, menatap langit-langit kamar berwarna abu-abu itu. Masih dengan setengah sadar, ia menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Skala bangkit, kemudian bersandar pada kepala ranjang.

Beberapa kali ia mengerjapkan matanya, setelah terbuka dengan sempurna, Skala melebarkan matanya, menatap kembali ke semua penjuru kamar ini. Jelas, ini bukan kamarnya.

Ini ... kamar Angkasa.

Mendadak Skala jadi bingung sendiri mengapa ia bisa tertidur di kamar Angkasa. Tapi setelahnya, ia jadi mengingat saat ia menghirup banyak asap rokok  yang Angkasa ciptakan dan berakhir dengan napasnya yang terasa sangat sesak.

Skala juga masih mengingat bagaimana Angkasa tiba-tiba memberinya tabung obat miliknya. Namun yang Skala tak ingat, ternyata setelahnya ia jadi ketiduran di kamar Angkasa.

Tunggu, jika ia semalaman tertidur di kamar Angkasa, lalu, adiknya itu tidur di mana?

Tersadar akan hal itu, Skala langsung bergegas ke luar dari kamar Angkasa. Ia menuruni setiap pijakan anak tangga dengan tidak sabaran. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi Dita. Ia meringis tertahan ketika melihat Skala dengan sangat cepat menuruni anak tangga.

“Skala, pelan-pelan dong sayang turunnya. Mama lihatnya jadi berasa kaya lagi di kejar setan,” ucap Dita sambil terkekeh pelan.

“Angkasa mana Ma?”

Menghiraukan ucapan mamanya, Skala justru bertanya hal demikian.

Wanita paruh baya itu tersenyum tulus. “Kamu bangun-bangun yang dicari pasti Angkasa. Kayaknya nggak pernah tuh nanyain  Mama atau Papa.”

“Ih Mama serius, Angkasa mana?” Skala masih kekeh menanyakan perihal adiknya yang tak terlihat di meja makan pagi ini.

“Angkasa lagi nginep di rumah Galen. Emang kenapa kamu pagi-pagi nyari Angkasa? Belum mandi sama ganti baju lagi,” balas Dita sedikit mengejek Skala.

Skala kesal, namun ucapan mamanya memang benar. Ia baru membuka matanya, dan langsung turun ke bawah mencari sang adik yang ternyata sedang menginap di rumah sahabatnya.

“Yaudah deh kalau Angkasa nggak ada. Aku mau balik ke atas, Ma. Mau mandi.” Skala berjalan lesu kembali ke kamarnya. Sedang Dita, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Skala pagi ini.

☘☘☘

Angkasa termenung di balkon kamar milik Galen. Semalaman ia tak bisa tidur, jadi ia memutuskan untuk bersantai di balkon sambil menghirup udara pagi yang terasa dingin, namun menenangkan.

Menatap jauh ke depan, hanya ada sunyi yang Angkasa rasakan. Ia tahu ini sebenarnya bukan sunyi karena keadaan sekitar, namun lebih tepatnya, hatinya yang terasa amat sunyi dan—kosong.

NOT YOU || BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang