32. 'Rumah' Yang Hilang

3.1K 343 45
                                    

Please, don't be a silent reader.

Sebelum membaca, alangkah baiknya cari tempat yang sepi. Karena part ini penuh dengan drama + mengandung bawang🙏🏻

Play lagu di mulmed🥰

Happy reading .....

Sometimes the hardest part isn’t letting go but rather learning to start over.

— NOT YOU // BROTHERSHIP —



.





.





.





.









Semenjak hari itu, semuanya berubah. Berhari-hari Angkasa hanya mengurung diri di kamar, membolos untuk tidak berangkat ke sekolah. Pun dengan Skala yang setiap pulang dari kampus menunggu Angkasa membuka pintu kamarnya. Walau pun hasilnya nihil. Tak ada yang berhasil membujuk Angkasa keluar dari kamar kecuali, Angkasa sendiri yang ingin keluar.

Tapi tetap, Angkasa selalu menghiraukan Skala, Diki, juga Dita yang selalu berusaha mengajaknya bicara. Bukan bermaksud kurang ajar dengan orang tua. Tapi Angkasa masih membutuhkan banyak waktu untuk menata hatinya kembali.

Seperti pagi ini, tak seperti pagi-pagi sebelumnya, tepat pukul 9 pagi, Angkasa sudah berada di tempat pemakaman umum. Bukan suatu hal yang mudah bagi Angkasa untuk menginjakkan kaki di tempat ini.

Butuh banyak waktu bagi Angkasa memantapkan hati untuk bisa datang ke tempat ini. Meski masih terbesit rasa tak terima dan percaya, namun Angkasa harus memastikannya sendiri.

Langkah demi langkah Angkasa pijak, kedua netra bulatnya menatap ke sekitar, ada begitu banyak gundukan tanah sebagai tempat peristirahatan bagi mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia ini. Ada pula beberapa orang yang terlihat sedang mengunjungi orang terkasih mereka masing-masing.

Angkasa terus berjalan, sampai akhirnya kakinya berdiri di depan makam yang bertuliskan nama kakaknya.

Hanya membaca namanya saja sudah berhasil membuat mata Angkasa memanas, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke sekitar. Lalu, kembali lagi pada nisan marmer berwarna hitam itu, kembali mengulang membaca nama yang tertera di sana.

Walau sebenarnya itu hanya sia-sia, namun Angkasa masih berharap jika ia membacanya kembali, nama itu akan berubah. Sekuat apa pun Angkasa mencoba menerima, tetap ia akan kalah.

Angkasa menggeleng pelan, satu tetes air mata kembali menetes di wajahnya yang langsung diseka secara kasar oleh cowok itu. “Enggak, ini pasti bukan lo. Ini pasti bukan lo ‘kan, Benua.”

Kemudian Angkasa meluruhkan tubuhnya di samping makam Benua. “Benua, katanya lo janji mau jadi ‘rumah’ tempat gue pulang. Tapi kenapa lo justru pulang ke rumah Tuhan?”

“Ini nggak adil. Lo tinggalin gue sendiri.”

“Mana janji lo, yang akan selalu masakin gue telur setiap pagi, mana janji lo yang nggak akan pernah ninggalin gue. Mana janji lo yang akan selalu bawa gue ke mana pun lo pergi. Mana, Benua? Ke mana semua janji yang dulu lo bilang?”

Napas Angkasa memburu seiring dengan ia yang menatap nanar nisan di depannya. Berkali-kali air matanya kembali jatuh. Namun kali ini Angkasa biarkan begitu saja. Biarlah ia terlihat lemah, karena kenyataannya, ia sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.

NOT YOU || BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang