09. Senyuman Skala

3.7K 392 16
                                    

Please, don't be a silent reader.

Happy reading ....

Sesulit apa pun, jangan pernah berhenti.
Karena hidup terus berjalan.

— NOT YOU // BROTHERSHIP —

.


.



.




.



“Kali ini apa lagi? Gue udah bosen kalau lo curhat lagi tentang adik lo yang nggak punya akhlak itu.”

Vino juga ikutan kesal saat Skala tiba-tiba menyeretnya sampai teman kecil yang ada di belakang kampus. Padahal, saat ini Vino merasa lapar dan hendak ke kantin.

Namun, Skala sangat ingin curhat padanya. Ia tahu, penyebabnya pasti tak jauh-jauh dari orang yang bernama Angkasa itu. Selalu saja, Skala menceritakan sosok itu setiap hari. Jujur, Vino sampai bosan mendengarnya.

“Yaelah, Vin. Masa lo tega sama gue. Cuma lo satu-satunya sahabat gue di dunia. Masa lo nggak mau dengerin gue curhat, sih.”

Mereka kompak mendudukkan tubuhnya asal di bawah pohon besar yang ada di sana. Seketika, rasa sejuk itu langsung menghampiri mereka berdua.

“Emang apa lagi yang dia perbuat?”

“Semalam gue berantem sama Angkasa, terus akhirnya dia nginep di rumah Papanya.”

Vino menghela napas. “Terus masalahnya apa? Wajar kalau adik lo mau nginep di rumah ayah kandungnya, ‘kan?”

“Bukan itu, Vin. Kata Angkasa dia nggak suka tinggal serumah sama gue.”

“Ya bagus dong, dia jadi nggak akan semena-mena lagi sama lo,” ucap Vino.

“Lo kok ngomongnya gitu sih.”

Vino menoleh ke samping, kemudian menyamankan posisi duduknya. “Kala, gue kasih tahu ya. Buat apa lo peduli sama orang yang nggak pernah ngangap lo ada? Percuma, buang-buang waktu tau nggak!”

“Kalau dia nggak seperduli itu sama lo, lo juga harus ngelakuin hal yang sama,” sambungnya.

Jika bisa, Skala juga pasti akan melakukan apa yang Vino katakan. Namun nyatanya, ia tak akan pernah bisa. Angkasa adalah salah satu sosok yang membuat kehidupannya lebih berwarna. Sekalipun itu dengan sikap kasarnya.

Skala bersandar pada batang pohon besar di belakangnya. “Kalau gue bisa, udah gue lakuin dari dulu, Vin. Tapi nyatanya, gue nggak bisa.”

“Apa sih yang buat lo nggak bisa? Sedangkan Angkasa bisa banget benci sama lo?”

Ada hening yang cukup lama setelahnya, dan itu membuat Vino merasa, mungkin Skala sedang memikirkan ucapannya barusan.

Namun di luar dugaan, kalimat selanjutnya yang terlontar dari mulut Skala justru membuat Vino terdiam.

“Nggak tahu kenapa gue yakin, Vin. Kalau Angkasa itu orang yang baik. Dia juga sebenarnya peduli sama gue. Cuma cara dia aja yang terkesan sedikit kasar.”

Dari ucapan Skala itu, membuat Vino bertanya-tanya. Sebenarnya, terbuat dari apa hati sahabatnya itu?

☘☘☘

“Angkasa!”

Cowok itu menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang ketika seruan namanya terdengar. Tapi sedetik kemudian, setelah ia tahu siapa yang memanggil namanya, Angkasa kembali melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah yang masih sepi ini.

NOT YOU || BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang