Selalu Bersama

395 88 25
                                    

👼 GHOST IN LOVE part 3 👼

"Mama, Papa nanti pulang, kan?"
Fara mendongak menatap sang ibu yang diam mematut di depan pusara suaminya. Ia menoleh dan membelai rambut Fara lalu berjongkok mensejajarkan diri.

"Fara yang kuat, ya, Nak. Papa nggak akan pulang lagi, Papa sudah tenang di tempat lain,"jawab Andin lemah kemudian menyeka sudut mata yang basah sedari tadi.

"Memangnya Papa istirahat di mana? Nggak lama, kan?Fara ingin susul Papa boleh?"

Andin langsung mendekap putrinya erat. Meski berat karena terlihat begitu polos, ia akan coba memberitahu kebenaran jika Aldebaran sudah tenang di alam sana.

"Kita pulang dulu, ya, sayang. Nanti kita doa untuk Papa di rumah."

Reyna mengangguk pelan dan melangkah beriringan dengan ibunya menuju mobil dan pulang. Ketika mobil melaju, Fara masih bingung juga memandang ke arah pemakaman dari jendela. Hampir meninggalkan area pemakaman, tetapi sosok yang mirip ayahnya itu melambaikan tangan membuat Fara terkejut meski dia pun ikut melambaikan tangannya. Mirna meliriknya lalu menyenderkan kepala Fara di bahunya.

Di kediaman lain. Lelaki bernama Ammar tengah gelisah memikirkan Andin. Dia tidak sangka jika wanita yang diam-diam dikaguminya itu kehilangan sosok suami.

'Kasian Andin, dia pasti bersedih. Aku harus melakukan sesuatu, setidaknya meringankan beban kesedihannya.'

Dia coba menelpon sekretaris dan memintanya untuk memberikan hadiah juga bunga karangan untuk dikirimkan.

Sementara itu, Andin dan yang lain tiba di kediaman. Fara ditemani suster Mirna juga Kiki. Andin langsung menuju kamar dan termenung di ujung jendela memikirkan nasibnya sekarang.

'Kamu begitu cepat pergi, Mas Al. Bagaimana aku dan Fara nanti? Tanpa kamu keluarga ini terasa sepi, Mas.'

Sekelebat kenangan akhirnya muncul. Masa di mana dia juga suami dan putrinya tengah asyik bercengkrama di taman.

"Papa ... Fara sayang Papa, sayang Mama juga," ucap Fara mengecup pipi kedua orang tuanya bergantian.

Al dan Andin tersenyum bahagia mendengarnya lalu balik mengecup Fara lembut.

"Fara main balon sama suster Mirna dulu, ya."

"Hati-hati, Nak!"

"Siap, Papa."

Reyna berlari menyusul Mirna dan bermain dengan ceria, sedangkan Al juga Andin mereka berpelukan mesra sambil menghabiskan cemilan di depan mereka.

"Nanti setiap minggunya kita atur jadwal seperti ini, ya, Mas."

"Iya, aku pastikan kalian bersamaku setiap saat."

"Kamu sibuk terus, jadinya quality time kita cuma sedikit, aku selalu kangen sama kamu, Mas."

"Aku juga sayang, tapi kamu harus maklum. Pekerjaanku sedang deadline."

"Mengurus bartender yang di Singapura?"

"Iya, aku jadi harus bolak balik Jakarta Singapura, maaf ya sayang."

"Iya, aku paham. Yang penting kamu selalu menyempatkan waktu untuk kita berdua, Mas."

keduanya tersenyum manis. Al mengecup kening istrinya membuat pelukan sang istri semakin erat. Andin membuka matanya yang terpejam, bayangan itu seolah nyata buatnya. Aldebaran suami yang tak pernah henti membuatnya bahagia. Kini, sudah tidak ada membuat hatinya hancur.

'Kamu harus kuat sayang, aku tidak ke mana-mana. Aku akan terus di sisimu dan Fara.'

Seolah mendengar ungkapan seseorang yang berdiri dan menatap penuh kesenduan di hadapannya, Andin tersenyum simpul. Dia lalu menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Sosok yang sejak tadi ada di kamar dan tidak di sadari oleh Andin kembali menatap ruangan juga potret pernikahan dirinya yang sudah berusia enam tahun lamanya.

'Kuharap kita bisa bersama sehidup semati, istriku. Aku akan setia menunggumu nanti, kau juga semoga masih setia padaku.'

Andin keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian handuk. Sosok itu tersenyum menikmati pemandangan yang diberikan istrinya. Tak lama, ada ketukan pintu terdengar. Andin melangkah mendekati pintu dan membukanya. Sang pembantu---Kiki--- memberitahu jika ada kiriman untuknya.

"Ada kiriman untuk nyonya," katanya cepat seraya menyerahkan tangkai bunga itu pada Andin.

Andin mengernyit heran, dari siapa bunga ini datang. Kiki langsung pamit, majikannya tersebut mengiyakan lalu kembali menutup pintu. Ia coba melihat bunga tersebut, tapi ia letakkan terlebih dahulu di atas nakas karena dirinya ingin segera berpakaian. Andin membuka lemari dan memilih beberapa setel pakaian. Sosok yang tak lain arwah suaminya mendekati dan memegang bunga tersebut. Bunga terangkat seolah melayang di udara. Andin sibuk berpakaian hingga tidak menyadarinya. Aldebaran membaca nama si pengirim dan tertulis dari AM.

"AM," gumamnya pelan.

Bragh!

Bunga itu dijatuhkan begitu saja olehnya. Seolah cemburu karena sang istri mendapatkan rangkaian bunga meski tertulis mengucapkan bela sungkawa. Nyatanya, berhasil membuat Aldebaran penasaran dan naik pitam.

Wush!

Angin berhembus kencang dan membuat Andin kaget. Dia belum selesai mengancingkan bagian atas pakaiannya tiba-tiba mendengar suara angin yang melambai-lambaikan kain gorden.

'Kok tiba-tiba ada angin kencang, sih.'

Dia melangkah untuk menutup pintu jendela. Anehnya, kembali terkejut karena hampir saja menginjak bunga yang tadi ia letakkan di nakas." Ini juga kenapa malah ada di bawah, kan tadi di meja,"lirihnya lagi.

Andin kebingungan. Namun, dia menghela napas berat dan kembali meletakkan bunga tersebut lalu merapikan kancing pakaian di tubuhnya.

Di kamar, Fara asyik bermain dengan boneka bear kesayangannya. Dia berbicara sendiri dengan boneka itu. Pinky, nama yang ia sematkan pada si boneka.

"Pingky, kata Mama ... papa udah tenang di tempat lain. Fara penasaran, Papa ada di mana, sih?"Gumamnya lirih.

"Papa di sini, Nak."

Suara Al yang terdengar dari samping Fara. Anak itu terkejut, tetapi justru senang karena bisa melihat ayahnya sekarang. Bukannya takut, malah ia ingin memeluk sang ayah. Sayangnya, lelaki di sampingnya itu tidak bisa ia peluk hingga terheran bagaimana bisa begitu.

"Papa!" serunya lagi yang coba memeluk erat. Masih tidak bisa bahkan seolah menembus begitu saja.

"Papa kenapa aku nggak bisa peluk Papa sekarang?" rengeknya  sedikit panik.

Al pun bingung dan coba menenangkan putrinya yang seketika menangis sesenggukan di hadapannya.

TBC
👼👼👼

Maaf sempat typo nama anaknya Reyna, harusnya dari awal Fara. Sekarang Fara lagi, kok. Oh iya, itu arwahnya Papa kamu Farah
😔😔😔

Cerhal ini mungkin tidak tayang setiap hari. seperti sebelumnya. Berhubung author sedang mempersiapkan diri mengikuti parade menulis di salah satu platform kepenulisan. Mohon izin juga doa dari pembaca haluwers semuanya agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses menulisnya. In Syaa Allah akan coba menyempatkan terus menyelesaikan cerhal ini. Nggak lama, kok, haluwers parade nulisnya, cuma 30 hari.

Sedang memberanikan diri ikutan parade untuk mengasah bakat menulisnya. Semoga kalian sehat2 ya dan selalu saling support juga mendoakan 😍🤗🤗🙏

GHOST IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang