Sosok Lain

292 65 17
                                    

👻👻👻

Fara seperti memiliki kemampuan yang tidak semua orang tau, mungkin dirinya pun tidak menyadari hal itu sehingga bisa melihat sosok almarhum ayahnya setiap saat. Gadis itu merasakan kesedihan yang mendalam meskipun tidak dia ungkapkan pada ibunya Andini.

"Kenapa Papa cepat sekali perginya, Ma. Aku kasian sama Papa. Mama pasti sedih ya?" Fara bertanya kala mereka sudah pulang dari kantor dan berada di kamarnya saat ini. Hujan pun baru reda setelah mereka kembali. Andin terkesiap karena pertanyaan putrinya.

"Manusia itu pasti akan mati, tidak tahu kapan waktunya. Hanya Tuhan yang tahu Fara, termasuk kepergian Papa yang tidak kita sangka."

"Padahal papa sayang kita semua, tapi perginya akan lama."

"Berdoa semoga kita semua bisa berkumpul di surga-Nya."

"Mama aku selalu bertemu dengan Papa, tapi tidak bisa menyentuhnya."

Andin terkesiap dengan ungkapan Fara. Dia kemudian tertawa kecil.

"Maksud Fara selalu bertemu papa di mimpi, kan?"

"Bukan ... Papa selalu datang ke sini. Sebentar lagi pasti datang dan temani aku tidur, Ma."

"Fara, jangan berkata seperti ini, ya, sayang. Mama tahu Fara sayang sekali dengan Papa. Doakan Papa supaya tenang di sana. Sekarang tidur sayang."

"Mama tidur di sini, ya."

Andin mengangguk hingga akhirnya coba menemani Fara dan tidur bersama. Dia sangat kasian terhadap putrinya yang terus mengingat sang ayah. Meski dia sendiri pun tak bisa melupakan begitu saja sosok Aldebaran. Ingat setelah pulang tadi, Ammar sempat membicarakan sesuatu yang menurut dia tidak pada waktunya.

"Semoga kamu tidak larut dalam kesedihan, Ndin. Aku pastikan akan selalu di samping dan menjadi seorang yang selalu ada untukmu."

"Terima kasih Ammar."

"Satu hal lagi, mungkin Aku lancang, tapi semua ingin segera diutarakan. Aku begitu menghawatirkan dirimu. Kau menjadi seorang single parent sekarang dan .... "

Andin mengernyit seolah merasakan ada kecanggungan dari Ammar." Kau ingin mengatakan apa? Katakan saja," tegasnya yang membuat Ammar pun akhirnya mampu mengungkapkan perasaan.

"Aku mencintaimu. Kuharap kau tau itu, meskipun aku berkata di waktu yang tidak tepat, maafkan aku."

Kini, Andin sulit memejamkan mata teringat ucapan tersebut. Namun, bukan berarti dirinya senang atau bahagia ketika ada yang kembali menyatakan cinta saat ini. Dia sungguh merasa tidak nyaman. Sampai sosok yang melihatnya pun heran karena sikapnya.

'Andin Kenapa? Seperti ada yang dia pikirkan?'

Sosok itu mendekati sang istri yang tengah mengelus Fara lembut hingga gadis kecil itu begitu lelap dalam tidurnya. Ia sengaja mendekati sang istri, menatapnya lamat-lamat penuh rindu juga ingin menyentuh dan memeluknya erat. Namun, keinginan itu nyatanya tak bisa ia rasakan. Cukup netra yang mampu menepisnya sekarang karena keadaan yang berbeda.

"Aku ingin waktu kembali Ndin. Aku kesepian sekarang, kuharap kita bisa terus bersama," gumam Aldebaran sembari terus menatap sang istri dengan berjongkok menatapnya di samping ranjang tanpa Andin sadari.

***

Elsa dan Rendy kembali bertemu di tempat yang sama. Malam ini Nino tidak ada sehingga membuat mereka leluasa menghabiskan waktu bersama. Keduanya terus membahas tentang sosok yang mereka benci yaitu Aldebaran juga Andin. Mereka ingat masa lalu di mana mereka berempat satu sekolah.

"Aku masih sakit hati, Ren ... wanita itu justru mendapatkan segalanya sekarang. Seharusnya dia juga kita lenyapkan saja."

"Jangan gegabah Elsa. Dendam sudah membuatmu kalut, jangan sampai semua jadi bumerang untuk kita berdua."

GHOST IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang