👼 Ghost In Love part 10 (ending)👼
Sirene mobil polisi bergaung. Sailendra yang menyadari bahwa Andin dan Fara menghilang langsung bergegas ke ruangan CCTV. Dia meminta agar petugas sekuriti yang bertugas menunjukkan video di area atraksi badut, tempat Andin dan Fara terakhir kali berada. Dari sanalah Sailendra bisa melihat bahwa Andin dan Fara dibawa oleh pria kekar ke mobil jip mereka.
Sailendra langsung melaporkan pada polisi tentang kasus penculikan ini. Karena kekuasaan besar yang Sailendra miliki, dia mampu membuat polisi itu bergerak cepat.
Tak lama, polisi memberi kabar bahwa mereka sudah menemukan jejak mobil jip itu. Sailendra ikut turun tangan mengejar mobil penjahat itu.Sayangnya, mereka tetap tak bisa datang tepat waktu. Saat mereka berhasil mengejar mobil jip yang ternyata sudah mengalami kecelakaan pada pembatas jalan, mereka melihat penumpangnya tidak ada. Saat mereka berpencar di area itu untuk mencari, mereka malah mendengar suara tembakan beruntun.
Jantung Sailendra serasa berhenti berdetak saat mendengarnya. Firasat buruk langsung menghampirinya. Dia berlari ke arah bunyi tembakan tadi berasal. Benar saja, dia melihat Andin sudah terkapar di tanah dengan tubuh bersimbah darah sementara Fara tampak menangis di sisi ibunya.
“Mama, Mama! Bangun, Mama! Bangun! anak kecil itu menangis meraung-raung.
Sailendra yang melihatnya merasakan tikaman sakit di dadanya. Bahkan meski dia belum mengecek nadi Andin, tapi dia tahubagaimana tubuh itu kini kaku meski diguncang berkali-kali oleh anaknya, bahwa Andin sudah meninggal. Keponakannya yang malang, sekecil ini harus kehilangan kedua orang tua dalam waktu yang amat cepat. Sailendra menghampiri Fara lalu meraih keponakannya ke dalam pelukan.
“Om, kenapa Mama nggak mau bangun-bangun juga?" tanya Fara dengan tangis yang berhamburan.
“Mama sudah beristirahat dengan tenang. Tidak apa-apa, Fara masih punya Om. Om berjanji akan menjaga Fara dengan baik, ucap Sailendra dengan susah payah. Dan tangis Fara masih berlanjut.
Sementara tak jauh dari sana, polisi sudah berhasil meringkus kedua penjahat yang menculik Andin dan Fara. Polisi juga menyita barang bukti berupa ponsel dan barang-barang lainnya.
"Tolong hukum mereka seberat-beratnya. Selidiki juga apakah mereka benar-benar bekerja sendiri atau sebenarnya ada dalang lain yang memerintah mereka,"ucap Sailendra sebelum kemudian meninggalkan tempat tersebut sambil menggendong Fara.
***
Dari penyelidikan yang berlangsung, polisi menemukan fakta bahwa kedua penjahat itu tidak bekerja sendiri, melainkan disuruh oleh seorang perempuan bernama Elsa. Apa dan kenapa motifnya masih terus diselidiki polisi sebab tersangka yang ditangkap dari kamar VIP sebuah rumah sakit malah menunjukkan gejala depresi dan halusinasi parah.
"Kenapa kalian mau menangkapku, aku bukan pembunuh! Aldebaran dan Andin belum mati! Mereka berdiri di sana! Apa kalian tidak melihatnya? Memangnya kalian buta? Lihat, Al dan Andin sekarang tertawa. Mereka mentertawaiku! Berani-beraninya mereka mentertawaiku! Sialan!" Elsa berteriak sambil meronta ronta saat dirinya di bawa oleh polisi.
Sementara Nino masih syok dengan kabar yang baru diterimanya dari polisi. Polisi memberi tahu bahwa Elsa adalah dalang dari kecelakaan yang dialami Aldebaran beberapa saat lalu dan juga penembakan yang dialami Andin baru-baru ini. Polisi juga memberi tahu bahwa Rendi juga turut jadi kaki tangan Elsa dalam kedua kasus tersebut.
Syok yang dirasakan Nino tidak berhenti di situ saja. Dari penyelidikan polisi itupun ditemukanlah fakta mencengangkan bahwa sebenarnya selama ini Elsa menjalin hubungan dengan Rendi. Istrinya juga bermain gila dengan asisten Nino sendiri! Bagaimana bisa Nino tidak menyadari hal itu dari awal?
Kabar ini memukul telak hati Nino dan membuatnya terpuruk. Dia amat marah pada pengkhianatan yang dilakukan Elsa dan Rendi sehingga dia tidak berniat sama sekali untuk membantu istri ataupuh asistennya itu untuk keluar dari penjara. Malah Nino berdoa agar keduanya membusuk saja di penjara!
**
Langit sedang mendung, tapi itu tak menyurutkan hati seorang perempuan kecil untuk pergi menemui kedua orang tuanya. Dengan mengenakan baju hitam, dia pun bergegas masuk ke dalam mobil sang Om yang akan mengantarkannya. Tak lupa pula dia membawa bunga-bunga segar yang dia petik sendiri dari taman belakang di rumah mereka. Sesampainya di sebuah gerbang yang bertuliskan Tempat Pemakaman Umum, bocah itu pun turun dari mobil. Tangannya digandeng oleh sang Om.
"Kalau Fara lama ngobrolnya sama Papa dan Mama, apa Om nggak keberatan? Soalnya Fara kangen banget sama Papa Mama,"ucap bocah itu sambil mendongak pada pamannya yang tinggi.
Sailendra, tersenyum pada Fara. "Tidak apa-apa. Om tidak sibuk, kok."
Fara tersenyum mendengar jawaban omnya, lalu dia pun melangkah melewati pusara-pusara orang asing hingga tiba di depan pusara kedua orang tuanya yang berdampingan.
Dengan khidmat Fara menaburkan kelopak bunga itu di atas pusara kedua orang tuanya kemudian mengirimkan doa yang dipimpin oleh Sailendra. Setelahnya, Fara pun berjongkok sambil menatap papan nisan bertuliskan nama Aldebaran dan Andin.
"Mama, Papa, tadi di sekolah Ibu Guru ngasi kami PR. PR-nya bertanya tentang ke mana kita akan berlibur di akhir pekan, dan dengan siapa kita akan pergi liburan. Fara ingin mengerjakan PR itu sekarang, Fara ingin menjawab PR itu sekarang di depan Mama dan Papa,"ucap Fara.
Dia menghela napas sebelum melanjutkan.
“Fara ingin pergi liburan mengunjungi tempat yang paling membuat Fara bahagia, yaitu tempat di mana ada Mama dan Papa. Di sini. Fara ingin mengunjungi kalian. Bersama kalian, dan juga bersama Om Sal, adalah liburan paling membahagiakan bagi Fara."Sailendra yang mendengar penuturan keponakannya pun tersenyum. Hatinya merasa sakit, tapi juga sekaligus bersyukur karena ternyata Fara lebih tegar dari yang dia kira.
Sementara tak jauh dari mereka, dua sosok transparan berdiri berdampingan, menatap ke arah anak perempuan yang sedang bercerita di depan sepasang nisan. Dua sosok transparan itu tak lain adalah Aldebaran dan Andin. Mereka tersenyum dengan wajah haru menatap pada putri kesayangan mereka.
"Jangan menangis, Sayang,"ucap Al saat pipi istrinya dialiri air mata.
"Aku sedih Mas karena harus meninggalkan Fara secepat ini. Padahal aku masih ingin menemaninya hingga tua, hingga dia menikah dan bahkan memberi kita cucu," ucap Andin dengan air mata meleleh.
"Tidak apa-apa. Kita tidak bisa mengingkari suratan takdir. Takdir sudah menuliskan bahwa hidup kita sampai di sini. Yang terpenting kita sudah tenang melihat Fara berada di tangan orang yang akan menjaganya selalu aman. Aku yakin Sailendra bisa menjaga putri kita dengan baik. Kita tidak perlu khawatir lagi,"ucap Al sambil merangkul bahu istrinya.
Andin tak menyahut lagi. Wanita itu hanya menatap sendu pada anaknya yang masih berceloteh di depan pusaranya.
“Mama, Papa, Fara pulang dulu, ya. Besok Fara akan ke sini lagi untuk membawa cerita-cerita seru lainnya. Fara sayang Mama Papa,"ucap Fara dengan riang.
Fara dan Sailendra kemudian melangkah pergi meninggalkan pusara itu. Saat berbelok melewati pohon kemboja, Fara bisa melihat sosok orang tuanya yang berdiri tak jauh sambil memandangnya.
“Mama Papa juga sayang sama Fara. Sangat sayang, ucap Andin dengan mata berkaca-kaca.
Fara yang mampu mendengar suara mamanya pun mengangguk sambil tersenyum ke arahnya. Dia kemudian melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan pada dua sosok tak kasat mata itu.
Selesai
👻👻👻
#cerhal_aliyanthiSampai part 10 aja ya haluwers. Nggak mau panjang dulu, tapi tenang setelah ini ada cerhal Aladin terbaru bakal di update. Besok dikasih cuplikan juga sinopsisnya
😁😍🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST IN LOVE
HorrorAldebaran Zaviyer harus menerima kenyataan jika dirinya sudah meninggal akibat kecelakaan tragis yang menimpa. Sang istri tidak percaya hingga syok bahkan sempat ketakutan ketika bertemu dengan dirinya yang sudah menjadi sosok lain yang tak sama. Al...