Hujan

1K 115 42
                                    

👼👼

Gadis kecil itu berlari mengejar balon yang baru saja terbang ke angkasa. Tidak sempat terkejar hingga membuatnya terjatuh tanpa disadari.

"Non ... hati-hati!" seru pengasuhnya seraya menghampiri.

Gadis itu langsung berdiri kemudian dibantu membersihkan pakaiannya oleh si pengasuh.

"Ya, balonnya terbang, Bi. Itu kan balon dari Papa," rengek si gadis.

Fara Rismaharini Zaviyer gadis berusia tujuh tahun itu kini tidak bisa menahan isakannya. Si pengasuh coba menenangkan, tetapi masih saja menangis.

"Ya udah kita masuk ke dalam rumah yuk, Non! Lihat awannya hitam dan ada angin kencang. Mau turun hujan."

"Bibi, balon aku gimana?"

"Nanti kita minta tuan belikan lagi untuk non Fara, ya."

Fara akhirnya menurut. Mereka terkejut ketika ada suara petir yang menyambar kemudian langsung berlari cepat menuju rumah. Awan pekat menyelimuti langit diiringi angin kencang yang meniup boncahan segala yang ada di tanah. Mulai dari sampah hingga dedaunan rontok ikut melayang. Kibasan gorden pun begitu kencang. Pengasuh mendudukkan Fara di kursi lalu menutup pintu rapat juga jendela agar angin yang menghembus tidak masuk begitu saja. Fara tiba-tiba cemas dan memeluk pengasuhnya.

"Fara takut, Bi. Anginnya kencang, Papa di mana, Bi?"

"Sabar ya, sebentar lagi Papa mungkin datang."

"Fara ingin ketemu, Papa sama Mama," rengek gadis itu yang tak berhenti menangis.

.

Kantor Satiya's Pro

Andin selesai mengikuti rapat direksi mewakilinya suaminya yang masih di perjalanan. Ia melangkah menyusuri koridor sambil coba menghubungi suaminya, tetapi belum ada jawaban.

"Angkat dong, Mas," ujarnya kesal.

"Andin tunggu!" Lelaki bernama Ammar memanggil dan mendekati.

"Ada apa Ammar?"

"Kau tidak sibuk, kan hari ini? Bagaimana kalau kita makan malam terlebih dahulu."

"Maaf, aku harus segera pulang. Aku ada janji makan malam bersama putri dan suamiku."

"Begitu, ya. Sayang sekali."

Andin menggeleng kemudian meninggalkan Ammar cepat. Ia berlari kecil menuju lobi dan area parkir. Sayangnya, hujan turun begitu saja membuatnya sedikit basah ketika masuk mobil.

'Hujannya tambah besar, kukira hari ini tidak akan hujan karena tadi cuacanya cerah sekali. Bagaimana ini, Fara pasti sedang menunggu.'

Duar!

Suara petir kembali menggelegar. Ada kemacetan hingga membuat beberapa mobil juga Andin terhenti padahal ia tengah bergegas pulang.

"Kok macet sih?" gerutunya pelan.

Banyak polisi di pinggir jalan tengah menertibkan lalu lintas. Andin menghela napas berat, ia sungguh terlambat menuju rumah. Tak lama ponselnya berdering, ia coba angkat, tapi tiba-tiba saja ketika akan mengangkatnya ponsel tersebut padam.

'Ckc, malah mati handponnya.'

Tuk-tuk tuk!

Suara jendela mobil tengah di ketuk keras, Andin kaget karena itu suaminya Aldebaran. Ia membukanya cepat.

"Mas?Kamu, kok, di sini?"

"Buka cepat!"

Andin langsung membuka pintu mobil yang sempat terkunci hingga Aldebaran masuk dan duduk di sampingnya.

GHOST IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang