Mpreg!Jeno, home birth
Love is a consequence.
Pagi itu, perut Jeno terasa begitu mulas. Tidak hanya di pagi itu, perutnya sempat terasa mulas dari malam sebelumnya. Ia tidak tahu harus bagaimana. Sejak awal kehamilannya, Jeno tidak pernah memberi tahu siapa pun, termasuk orang yang menghamilinya sendiri. Pertama, ia tidak mau merepotkan siapa pun atau menanggung risiko ditolak oleh orang yang menghamilinya. Kedua, ia bahkan tidak tahu siapa yang membuatnya hamil.
Jeno tidur dengan lebih dari satu orang lelaki beberapa bulan lalu, bahkan sempat mengangkang juga untuk orang-orang yang ditemuinya lewat berbagai aplikasi selama ia hamil. Perubahan hormon jelas berdampak pada gairah seksualnya. Ia mudah terangsang, mudah juga mencapai orgasme sampai berkali-kali tiap kali ia ‘bermain’.
Apa sekarang Jeno menyesali sikapnya yang sering enggan untuk memakai pengaman? Iya, apalagi dengan sensasi nyeri luar biasa di area bawah abdomennya. Ia meremas seprai kasur dengan kuat, mengusapi perutnya yang nyeri. “Mmmhh …” lenguhnya.
Selama ini, ia berkuliah di rumah melalui media daring dan kondisi itu tidak mengharuskannya untuk bertemu banyak orang di luar, mempermudahnya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang kehamilan—yang semula tidak ia inginkan. Jeno hanya sesekali keluar untuk urusan penting, seperti belanja kebutuhan bulanan. Setiap keluar rumah, Jeno selalu berusaha menyembunyikan perutnya dengan memakai pakaian yang oversized atau tebal meski hal itu tidak terlalu berpengaruh begitu kehamilannya menginjak bulan keenam dan seterusnya.
Jeno terbaring telanjang di kasur, tubuhnya basah berkeringat. Kontraksi yang datang membuatnya mengerang kesakitan. “Aaaarghh! Sakit,” rengeknya. Ia menyesal tidak mengurus bayi di dalam kandungannya dengan baik. Padahal, bisa saja ia sekarang berada di tempat praktik seorang dokter atau didatangi seorang dokter di rumahnya sendiri. Jeno terlalu menjaga kehamilannya sebagai rahasia sampai lupa kalau ia akan butuh seseorang di saat-saat seperti ini.
Perutnya kembali mengencang, penisnya mengacung tegak dan memerah, lubang peranakannya berkedut dan basah. “Baby, perut Papa sakit. Jangan nakal ya, sayang. Bantu Papa kalau kamu mau lahir.” Jeno berusaha mengatur napas selagi bagian bawah tubuhnya terasa semakin nyeri, “Fuuuhh haaaahhhh …” Kamarnya yang berukuran kecil itu terasa panas, ditambah kondisinya yang tengah mengalami kontraksi. Jeno berusaha duduk untuk membuka jendela kamarnya, setidaknya berharap sedikit angin dapat membuat kamarnya lebih nyaman untuk ia melahirkan. Dengan susah payah, Jeno berhasil membuka jendela yang terletak di salah satu sisi kamar, tepat di samping tempat tidurnya. Untung saja jendela kamarnya menghadap ke halaman belakang rumah sehingga tidak ada satu orang pun yang melihat. Sembari berpegangan pada jendela itu setelah membukanya, Jeno berlutut menahan nyeri akibat kontraksi. “Sssshh, sakit …” ringisnya mencengkeram kayu jendela kuat-kuat. Satu tangannya turun, mengusapi perutnya yang mengeras. “Baby mau ketemu Papa, ya?” Ia menunduk, melihat ke arah bawah dan bicara pada si jabang bayi yang ada dalam kandungan. “Sabar, ya. Papa akan melahirkan kamu nggak lama lagi.”
Jeno kembali berganti posisi. Kali ini ia mengandalkan kedua tangan dan lututnya sebagai penopang badan, membiarkan perut buncitnya menggantung bebas. Ia melenguh sambil menggerakkan pinggulnya perlahan ke kiri dan ke kanan untuk meredakan sensasi yang luar biasa kuat di sekitar perutnya. “Uummmhhhh!” Penis Jeno masih tegang sempurna, bahkan precum mulai menetes dari lubang kencingnya. Kontraksi di perut Jeno mereda. Ia menarik napas lega, lalu tetap berusaha mengatur napas agar ia dapat lebih tenang untuk menghadapi situasi apa pun.
Janin dalam kandungannya bergerak mencari jalur lahir, membuat Jeno menungging dengan wajahnya dibenamkan pada sebuah bantal. Ia mengerang, mengusapi perutnya yang mengencang dengan satu tangan. Kedua kakinya mulai terasa lemas. Napas Jeno juga memberat, wajahnya berkeringat dan memerah. “Sakiiithh,” rintih Jeno pelan. Berusaha mencari cara untuk mengatasi rasa sakitnya, ia berganti posisi lagi. Kali ini berbaring, memastikan punggungnya merasa lebih nyaman dan perut buncitnya tidak lagi menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mpreg Birth Stories
FanfictionBuku ini berisi kumpulan cerita mpreg (male pregnancy) birth yang mengandung kata-kata eksplisit, muatan dewasa, hubungan sesama jenis, dan crack pairings. Don't like, don't read. Bijaklah dalam membaca. Bahasa Indonesia 2024 | noughtees