School life, mpreg!Yeonjun, harsh words, frontal language, episiotomy
Lain yang dilaku, lain yang dirasa.
Soobin mendengus. Ingin rasanya ia menggebrak meja atau menampar siswa di hadapannya—Yeonjun, seorang senior yang baru saja ketahuan membuat ban sepeda motor seorang guru kempes secara sengaja. Yeonjun berada satu tingkat di atas Soobin, tetapi hal itu tidak menjadikan yang lebih muda takut. Toh Soobin merupakan ketua OSIS yang menjabat tahun ini. “Lo bisa ngga, sih, sekali aja ngga bikin masalah di sekolah ini?” tanyanya galak.
Yeonjun hanya menatap dengan senyuman miring yang biasa ia tunjukkan untuk meledek atau menantang lawan. Iya, lawan. Selain sering melakukan kenakalan di sekolah, ia juga kerap kali terlibat tawuran dengan anak sekolah atau anggota komunitas lain.
Setengah mati Soobin menahan amarah dalam diri. Ia mengusap wajahnya kasar, memikirkan cara agar kakak kelas pengacau itu dapat menjadi siswa sekolah yang baik atau setidaknya jauh dari perbuatan onar dan semena-mena.
“Kenapa lo ribet sendiri?” tanya Yeonjun. “Tinggal pergi, balik ke kelas dan gak usah lo urusin gue lagi.”
Mata Soobin menatap tajam ke arah Yeonjun, sedang tangannya mengepal kuat. Kesal ia makin dibuat dengan tingkah Yeonjun yang malah tersenyum melebar. “Kenapa malah senyum-senyum? Udah ngga waras, ya?” tanyanya seraya meraih kerah seragam Yeonjun untuk menariknya mendekat. Kalau bukan karena mengingat posisinya sebagai Ketua OSIS, mungkin Soobin sudah melayangkan tinju ke wajah seniornya itu.
“Jangan galak-galak lo, bikin gue gemes aja.” Yeonjun menjawab, jelas membuat Soobin makin ingin menghajarnya.
Namun, dalam hati, Soobin juga girang bukan main. Sudah lama ia menyimpan perasaan pada kakak kelasnya itu, tetapi ia memilih untuk berdiam diri. Bukan karena takut, melainkan karena ia tidak ingin menghadapi risiko kehilangan waktunya bersama Yeonjun seperti saat ini. Hampir ia tersenyum jika tidak mengingat situasi yang tengah dihadapi. “Jangan ngaco lo kalo ngomong. Gue curiga, jangan-jangan lo habis minum juga. Ngaku, bangsat!” bentaknya seraya meremas kerah seragam Yeonjun.
“Sopan dikit kek lo ngomong ke senior! Manggil ‘kakak’ ke gue aja enggak, apa pantes lo dicontoh sama semua siswa lain di sekolah ini?” balas Yeonjun dengan tatapan menantang, juga masih dengan senyumnya yang menyebalkan.
Soobin membalas dengan kasar, “Ngga pantes lo dapet perlakuan sopan dan respect dari gue atau dari siapa pun yang ada di sekolah ini.” Kerah Yeonjun yang kini agak kusut dilepas dari cengkeraman tangannya. “Mulut orang kaya lo tuh ngga punya hak buat ngomong soal contoh dan respect, tau ngga?”
Giliran Yeonjun yang mendengus. Ia agaknya tersinggung dengan apa yang baru saja Soobin ucapkan. Begitu ia hendak berbalik badan untuk meninggalkan Soobin, ketua OSIS itu menahan tangannya.
“Urusan kita belum selesai.”
“Lo mau apa lagi, sih?” tanya Yeonjun malas.
“Lo belum dapet hukuman,” jawab Soobin, “jadi lo belum boleh ke mana-mana. Enak aja, lo udah bikin ban motor Pak Joohyuk kempes, terus berharap gue bakal biarin lo lepas tanggung jawab gitu aja?” Ia masih memegang pergelangan tangan sang senior, dalam hati menikmati momen tersebut. Kalau boleh jujur, tentu Soobin ingin menggenggam tangan Yeonjun lebih lama dan dalam situasi yang lebih baik daripada saat ini.
Dengan kasar, Yeonjun melepaskan tangannya dari pegangan Soobin. “Lo bahkan gak tau perkara apa gue kempesin ban motor Pak Joohyuk, kan? Gak usah sok paling baik lo!”
Soobin menggelengkan kepala. “Gue di sini bukan sok baik, ya. Ada masalah apa pun lo sama Pak Joohyuk, bukan berarti lo ngelakuin hal yang bener dengan ngempesin ban motornya,” jelasnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mpreg Birth Stories
FanfictionBuku ini berisi kumpulan cerita mpreg (male pregnancy) birth yang mengandung kata-kata eksplisit, muatan dewasa, hubungan sesama jenis, dan crack pairings. Don't like, don't read. Bijaklah dalam membaca. Bahasa Indonesia 2024 | noughtees