Harsh words, vulgar language, orgasmic birth
Tanpa disangka, berada di tempat yang eksotis membawa Jefri bersama Rizky dalam perjalanan kedua lelaki itu menjadi orang tua.
Rizky pasrah, mengikuti langkah Jefri ke kamar tidur dan berbaring di sampingnya di atas kasur. “View-nya bagus, ya. Tapi kalo disuruh milih, Abang lebih seneng liatin kamu,” ujarnya sambil menarik tubuh Jefri ke pelukan, mengusapi perut besarnya lembut.
Mendengar ucapan Rizky tersebut, Jefri menatap ke arahnya, terkekeh dan memukul dada sang suami pelan. “Tuh kan, Abang nih gombal terus.” Pelukannya dengan Rizky sedikit terganjal oleh perutnya sendiri, tetapi hal itu tidak dianggap sebagai sesuatu yang terlalu mengganggu oleh Jefri. Hangat tubuh Rizky begitu nyaman dirasa. “Nyaman banget di pelukan Abang gini.”
Tatapan Rizky tak kunjung lepas dari pria tampan yang sedang hamil besar yang tengah berada di pelukannya. Ia tertawa kecil mendengar penuturan Jefri, kemudian membalasnya, “Nggak, Dek, Abang gak gombal itu. Abang serius.” Nyaman yang dirasakan oleh Jefri juga ia rasakan. “Jangan lepas pelukannya, ya. Abang suka pelukin kamu, Abang juga kangen manjaan sama kamu.” Tangan Rizky turun dari perut Jefri, sesekali meremas pantatnya.
“Iya, Bang, ngga akan dilepasin kok ini.” Jefri kemudian melenguh pelan akibat sentuhan tangan Rizky di bongkahan pantatnya yang tidak dapat dibilang besar.
Rizky meraih dan mengarahkan tangan Jefri ke dadanya sendiri. “Usapin dada Abang, sayang.” Melihat tubuh Jefri dengan perut besarnya membuat gairah seksual Rizky kerap memuncak tanpa tahu waktu. Saat ini, penisnya pun sudah mengeras. Wajahnya memerah, pikirannya seketika membayangkan tubuh telanjang suaminya dalam posisi mengangkang.
Tiba-tiba, Jefri merasakan pergerakan yang cukup kuat di perutnya. Semalam memang Jefri juga sempat merasa perutnya mulai mengencang, tetapi ia pikir itu hanya kontraksi palsu. “Ssshh— jangan nendang dong, sayang. Ini Ayah lagi dimanjain sama Daddy kamu.”
“Sayang, kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Rizky khawatir begitu Jefri merintih. Ia lalu mengusap perut buncitnya dengan hati-hati.
Dengan tangan yang berada di dada Rizky, Jefri baru mengelusnya setelah nyeri di dalam perutnya mereda. “Tadi dedeknya gerak, Bang, jadi agak ngilu. Sekarang udah engga, kok.” Dalam hati, Jefri agak khawatir mengingat mereka masih berbulan madu dan berada jauh dari kota tempat tinggal mereka.
“Perkiraan dede bayinya kapan lahir? Minggu depan kan, Dek?” tanya Rizky memastikan dengan senyum di wajah. Tangan Rizky yang sebelumnya mengusapi perut buncit Jefri kini bergerak ke bawah, mengusap batang penis pria hamil itu yang sudah menegang sempurna.
Jefri mendesah sambil mengiyakan pertanyaan Rizky. “Iya, Bang. Kalo ngikut perkiraan dari dokter, harusnya minggu depan.” Penisnya berkedut karena sentuhan tangan Rizky.
Senyum kembali terlukis di wajah Rizky saat ia merasakan penis Jefri berkedut pada sentuhan tangannya. “Kamu kayaknya waktu itu pernah bilang mau home birth. Nanti masih mau coba home birth, sayang? Semoga sepulang kita dari sini dede bayinya lahir, ya.” Ia mengusap dan mencium pipi Jefri dengan penuh kasih sayang. Senyumnya pun melebar.
“Jadi, Bang. Gua udah konsultasi ke dokter sebelum kita berangkat dan katanya memungkinkan buat home birth. Paling nanti kita harus bener-bener siap dari peralatan dan sebagainya,” tutur Jefri. Pipinya sedikit bersemu kemerahan akibat kecupan yang Rizky berikan.
“Ya udah. Apa aja yang terbaik menurut kamu, Abang dukung kamu.” Kecupan lain pun Rizky berikan di bibir Jefri. Ia kembali mengusap perut buncit laki-laki itu. “Kamu tenang aja. Abang bakalan nemenin kamu dan gak akan biarin kamu sendirian,” tambahnya lagi disertai tawa ringan. “Love you.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mpreg Birth Stories
FanfictionBuku ini berisi kumpulan cerita mpreg (male pregnancy) birth yang mengandung kata-kata eksplisit, muatan dewasa, hubungan sesama jenis, dan crack pairings. Don't like, don't read. Bijaklah dalam membaca. Bahasa Indonesia 2024 | noughtees