The Painful Joy

6.7K 164 7
                                    

MakoHaru, preg!Haru, orgasmic birth

Kebahagiaan yang Haru dapatkan jauh melebihi segala kesulitan yang sudah ia lalui.

Kandungan Haru sudah memasuki bulan ketujuh. Ia banyak menghabiskan waktu di rumah, meski sesekali keinginannya untuk menemani Makoto bepergian tidak dapat ditahan. Yang lebih sulit lagi bagi Haru adalah menjaga janin di dalam kandungan dengan tidak terlalu banyak memaksakan diri. Jelas Haru masih memiliki jiwa dan semangat seorang perenang yang andal. Ia juga meluangkan waktu setiap minggu untuk melatih otot-ototnya walau sedang hamil. Pun demikian, sejak memasuki trimester ketiga, olahraga itu tidak lagi ia lakukan. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah larangan dari Makoto, suaminya sendiri.

Hari itu, Makoto mengiyakan ajakan beberapa orang teman untuk latihan sekaligus berpiknik di pantai. Usai dengan segala persiapan, ia hendak pergi berangkat agar tidak terlambat.

“Makoto,” ujarnya pelan.

Lelaki berpostur jangkung yang sudah berada di ambang pintu itu menoleh, menengok ke arah pria yang ia kasihi. “Ada apa, Haru-chan?”

“Aku mau ikut ke pantai juga.” Tatapan memelas, atau tepatnya memohon, diarahkan pada Makoto. Sebenarnya, jelas Haru tahu jawaban macam apa yang akan didapatkan, tetapi ia pikir lebih baik mencoba tiap ada kemungkinan untuk mengambil kesempatan. Dapat saja sesekali Makoto memberikan kelonggaran kali ini, bukan?

Makoto menggelengkan kepalanya pelan. Langkahnya terarah mendekati Haru, kemudian tangannya mengelus lembut surai gelap dari pria yang tidak lebih tinggi darinya itu. “Kau sekarang ini tengah hamil besar.” Tangan yang semula ada di pucuk kepala Haru kini perlahan mendarat di perut Haru yang besar dan bulat, mengusapnya. “Kalau bisa, aku pun akan memilih untuk tinggal di rumah, menjagamu dan calon anak kita,” tambah Makoto, berusaha membuat Haru mengerti bagaimana ia merasa khawatir.

Sang pria hamil tertunduk, lantas dengan erat memeluk Makoto. “Hati-hati.” Sembari menaruh dagu di pundak Makoto sebagai penopang, Haru menepuk-nepuk punggungnya. “Kau ragu akan suamimu ini? Aku bisa jaga diri baik-baik, Sayang.”

“Aku tahu. Suamiku ini laki-laki yang paling kuat, paling hebat di seluruh dunia. Jaga diri dan bayimu ini,” ujar Makoto.

“Bayi kita.” Haru memotong perkataan Makoto, tersenyum tipis.

“Ah, iya. Bayi kita berdua.” Makoto tertawa kecil, lalu menyisir rambut suaminya ke belakang. Selama beberapa detik, bibirnya tepat mengecup lembut kening Haru.

Dadanya menghangat, kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Dalam hati, Haru mengakui bahwa Makoto adalah satu-satunya orang yang dapat membuatnya merasa sebahagia ini. Lengannya memeluk longgar pinggang Makoto, cukup untuk membuat sebagian area dari perut keduanya saling bersentuhan.

Belum sempat Haru berkata-kata lagi, Makoto memosisikan wajah tepat di depan perutnya dengan berlutut. Kaus putih yang Haru gunakan tersingkap, mengekspos perut yang bagi Makoto, membuat Haru terlihat jauh lebih menarik di matanya. Dengan kata lain, seksi. Makoto mengecupi bagian tubuh sang suami sementara kedua telapak tangannya menelusuri tiap bagian dari kulit perut Haru yang terekspos itu.

“Makoto.”

“Hm?” Sedikit mendongak, Makoto dapat melihat wajah Haru yang terlihat lebih manis dengan sedikit semburat kemerahan pada kedua pipi. “Kenapa, sayangku?” Manis. Manis dan begitu hangat senyum Makoto yang tergurat di wajahnya, juga kata-kata yang meluncur dari mulutnya.

Siapa yang menyangka, keputusan baik Haru maupun Makoto untuk menikah berujung pada banyaknya hal-hal indah. Bertahun-tahun lamanya hidup sebagai sahabat untuk satu sama lain, kini keduanya menjadi teman sepanjang usia. Makoto bersyukur, terlebih ia dapat terus mencurahkan kasih sayangnya untuk Haru dengan cara yang lebih baik, lebih romantis. Kehamilan Haru awalnya tidak serta-merta diterima orang-orang di sekitar pasangan itu, tetapi hal tersebut yang justru membuat mereka dapat melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih intim dan serius: pernikahan. Sempat dilanda keraguan, nyatanya Makoto dan Haru dapat menjalani kehidupan berumah tangga yang harmonis. Kehadiran si jabang bayi pun membuat Makoto lebih protektif pada Haru, yang otomatis berbalas dengan bagaimana Haru bersikap lebih manis pada Makoto.

Mpreg Birth StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang