Kado Burung Bangau

28.3K 389 21
                                    

Boypussy!Alden, vaginal birth

Ada saatnya untuk berbagi kasih sayang dengan penghuni rumah yang baru.

“Papa, Cecil mau punya adek kayak Tiara. Tiara adeknya gemes, lucu …” kata Cecil, gadis kecil berusia enam tahun kepada salah satu ayahnya, Alden. Ya, Cecil memiliki dua orang ayah yang mengadopsinya ketika ia masih berusia dua tahun.

Alden menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengusap rambut Cecil sembari tersenyum. “Cecil bilang sama Daddy, ya? Bilang sama Daddy kalau Cecil pengen punya adek. Oke?” tanya Alden disertai acungan jempol. Ia ragu. Kalau Alden sendiri yang menyampaikan keinginan Cecil pada suaminya, mungkin ia akan mendapat penolakan. Walau begitu, dalam hati, ia juga ingin memiliki anak biologis dengan Victor, sang suami.

“Oke, Papa!” Dengan anggukan antusias, Cecil berlari ke arah Victor yang sedang berada di ruang tengah. Ia duduk di samping Victor, memeluk pinggang pria itu sambil mendongak untuk menatap wajahnya. “Daddy, Daddy. Cecil pengen punya adek kayak Tiara. Adek yang lucu!”

Victor sontak melihat ke arah Alden yang baru selesai membersihkan piring usai makan siang.

Kontak mata pun terjadi di antara Alden dan Victor.

“Cecil mau punya adek, ya?” tanya Victor sengaja dengan suara lantang. “Ini Cecil atau Papa yang mau?” Matanya melirik ke arah Cecil, sengaja berpura-pura tidak menyindir Alden.

Alden mendengus pelan. Ia sudah membicarakan rencana untuk memiliki anak biologis dengan Victor, tetapi suaminya itu selalu menolak dengan berbagai alasan. Bagi Alden yang merupakan seorang carrier, dapat mengandung dan melahirkan anak menjadi salah satu tujuan hidup, apalagi jika ia dapat memberi keturunan dari rahimnya sendiri bagi orang yang ia kasihi.

“Cecil yang mau, Daddy!” seru Cecil, anak perempuan itu sembari naik ke pangkuan Victor.

Sambil menghela napas, Victor mencubit pelan pipi Cecil dan tersenyum. “Daddy mau ngobrol dulu sama Papa. Cecil nonton TV di sini, ya? Nanti Daddy belikan es krim?”

“Oke, Daddy!” Meski sempat terlihat kesal, mata Cecil berbinar begitu Victor menjanjikan es krim padanya. Ia mengecup pipi Victor, lalu duduk manis selagi sosok yang ia panggil Daddy itu menyetel televisi untuk mencari tayangan kartun favoritnya.

Victor beranjak dari sofa di ruang tengah, memberikan isyarat dengan tatapan mata pada Alden untuk menuju kamar tidur. Setibanya di kamar, Victor bertolak pinggang sambil menghela napas. “Kita udah pernah bahas soal ini, kan?” tanyanya tegas.

“Alasanmu selama ini nggak masuk akal, Mas,” jawab Alden sekenanya.

“Mana bisa aku biarin anak kita rebutan kasih sayang orang tuanya nanti?”

Alden menepuk jidat, tidak habis pikir atas apa yang baru saja Victor katakan. Suaminya itu memang penyayang, tetapi juga keras kepala. “Mas, selama kita berusaha adil, mau berapa pun anak kita, semuanya akan jadi kesayangan kita.”

“Tapi, Den,” timpal Victor, “aku juga takut kamu bakal lebih sayang sama anak-anak kita daripada sama aku nanti.”

Mendengar jawaban tersebut, Alden hanya menggelengkan kepala tanda tidak percaya. Ia menunduk dengan lengan tersilang di dada, kemudian tertawa. “Ya ampun, Mas. Kamu ini suamiku, loh, jelas punya posisi yang paling spesial di sini,” katanya sambil menempelkan telapak tangan di dada sebelah kiri. Tatapan matanya terarah pada wajah sang suami. “Ada-ada aja kamu ini. Kalau soal itu, Mas nggak perlu takut.” Ia mendekat, menaruh tangannya di masing-masing pundak Victor. “Aku jelas bakal selalu sayang anakku, tapi Mas bakal selalu jadi yang nomor satu.”

Mpreg Birth StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang