Hotel?🏨

29 9 7
                                    

Matahari menyambut tiga orang yg masih terlelap diatas kingsizenya. Untuk pertama kali nya, seseorang merasa asing dengan ruang yg ia tempati.

Viandra, laki-laki itu berusaha menyesuaikan pencahayaan yg masuk kedalam Indra penglihatannya. Hal yang ia lihat pertama adalah tempat yang begitu asing menurutnya.

Laki-laki itu memegangi kepala nya yang berdenyut nyeri, dia lupa jika semalam tengah berada diclub. Saat mengingat itu Viandra refleks menatap dirinya yg ternyata masih menggunakan pakaian utuh. Ia kembali memegang kepalanya yg terasa nyeri, "kenapa gue disini?" Tanyanya entah kepada siapa.

Viandra bangun dari tidur nya, kemudian menyerngit lagi ketika melihat kedua temannya juga tertidur disana. Laki-laki itu hanya menggeleng tak habis pikir, menurutnya tidur Elang dan Niko itu sangat tidak estetik. Vian sampai berpikir jika keduanya belok.

Mengalihkan pandangan nya ke sekitar, ia baru menyadari ternyata ia berada disebuah hotel. Sebentar,
"H-hotel?!" Pekik Viandra refleks membuat kedua temannya terjungkal akibat terkejut.

Niko yg berada disisian kasur sampai terjatuh ke lantai akibat dorongan Elang. Keduanya merasakan denyut yg hebat dikepalanya.

"Vian lo ngapain teriak anji*g!" Kesal Niko bangkit dari jatuhnya. Elang yg mendengar itu lantas melotot, ia baru mengingat jika semalam ikut kedua temannya yg pergi ke club'. "Elang kok bisa disini?" Tanyanya panik seketika.

Niko membalik bila mata malas, Elang itu sebenarnya anak Mami. Dia bisa dikatakan yg paling kecil plus polos diantara mereka berdua. "Gue ga tau," ujar Vian yg masih berpikir keras kenapa dia bisa sampai disini.

"Mampus!"
Niko melotot tak percaya ketika melihat jam menunjukkan pukul 09.30 itu artinya mereka bangun kesiangan.

"Handphone mana!" Panik Elang mencari benda persegi miliknya. Matanya berselancar mencari dimana letak benda tersebut. Hingga matanya tertuju pada nakas yg berada disebelah kingsize. Buru-buru ia mengambil nya dan membuka lockscreen hingga menampilkan belasan panggilan tak terjawab dari sang Mami.

"Kan, Mami Elang nelpon. Mana ga ke angkat lagi," ujarnya cemberut. Niko yg melihat itu menghela nafas berat, "yaudah telpon buru. Pasti Mami Lo panik karena telpon nya gak Lo angkat." Ujar Niko sabar membuat Elang mengangguk dan kembali menelpon sang Mami.

Saat Elang sibuk dengan telponnya, Viandra tak sengaja menemukan sebuah note yg terletak diatas meja.

Kalo udah bangun Lo bertiga langsung balik.

Begitulah kata-kata yg ia dapati saat membaca note tersebut. Siapa yg mengirim ini?

"Kenapa?" Tanya Niko yg sudah menghampiri Vian, laki-laki itu tak menyahut namun memberikan note itu kepada Niko. Setelah membaca nya Niko bernafas lega, ia kira ia sudah tidak perjaka lagi mengingat semalam ia mabuk berat. Ternyata ada orang yg berbaik hati untuk membawa mereka kesini.

"Menurut lo siapa yg bawa kita kesini? Gue kira gue udah nanam benih semalam." Ujar Niko terkekeh kecil. Viandra membalik bola mata malas, "Gue Gatau," ujarnya kemudian berlalu keluar dari hotel. Elang yg sudah selesai dengan telpon nya kembali menatap kearah teman-temannya "Vian Anji*g! Jangan maen tinggal!" Teriak Elang refleks membuat Niko menampol bibirnya.

"Ga usah teriak lo!" Peringat Niko, Elang nyengir. "Refleks Ko." Ujar Elang dengan cengiran khasnya. Niko tak memperdulikan itu dan ikut menyusul Vian keluar hotel diikuti Elang di belakangnya.

Viandra menatap datar kedua temannya yg baru saja keluar, padahal dia sudah pegal berdiri didepan lift menunggu kedatangan mereka. "Buruan!" tukas Viandra menekan lift menuju lobi. Niko dan Elang berlari agar tak tertinggal lift. Keduanya ngos-ngosan saat sudah berada didalam lift dan menatap Viandra dengan kesal.

"Tega Lo Ndra," ujar Elang merenggut. Viandra terkekeh kecil menanggapinya, hal itu semakin membuat Elang menekuk wajahnya kesal. Teman gaada akhlak!

∆∆∆

Disini, tepatnya di Gerhana school, Mycena menekuk wajahnya kesal. Kali ini mata pelajaran olahraga, dan guru menyuruh mereka untuk bermain di lapangan. Mycena menatap kesal Indri, yg berniat melempari nya dengan bola. Beruntung Mycena bisa menangkap bola tersebut. Dia tidak tau ada masalah apa gadis itu dengannya.

Wina yg juga memperhatikan itu kemudian mendekat kearah Mycena, dia menarik Mycena untuk keluar dari lapangan. "Pak saya sama Myce istirahat dulu," izin Wina diangguki sang guru pembimbing. "Kalian semua juga boleh istirahat, 15 menit setelah itu kembali ke lapangan!" Suara pak Indra mengintrupsi mereka semua agar beristirahat. Semua mengangguk kemudian membubarkan diri dari lapangan. Termasuk Indri dengan wajah kusutnya.

"Kok lemparan Lo gaada yg kena si Ndri!" Salah satu teman gadis itu berbisik, membuat sang empu mendelik kesal. "Gatau," balasnya jutek.

Kembali kepada Mycena, gadis itu tengah meneguk air ditepi lapangan dengan pandangan tertuju pada teman-temannya yg sudah membubarkan diri dari sana. "Lo ada masalah sama si Nenek lampir?" Tanya Wina ketika menyelesaikan dahaganya. Mycena menoleh kearah Wina kemudian menggeleng cepat.

"Aneh, kenapa dia kaya punya dendam kesumat sama Lo?" Tanya Wina lagi, Mycena membalik bola mata malas, "kalo gue tau udah dari tadi gue jawab." Kesal Mycena. Wina nyengir, "ehehe okeoke." Balasnya lagi kemudian kembali fokus menatap lapangan yg sudah kosong.

Mycena menatap Wina yg berada disebelahnya, ia tersenyum tipis saat mengingat bagaimana awal mula nya persahabatan mereka terjalin.

Flashback

Saat menginjakkan kaki dijenjang menengah pertama, Mycena sama sekali tidak memiliki teman. Namun disaat hari MOS ia harus bertemu dengan gadis yg bawel juga ceplas-ceplos seperti Winara Anbianca. Ya, dia Wina gadis dengan seribu caranya untuk mendekat kepada Mycena.

Wina yg awalnya malas ikut mos seperti sekarang menjadi bersemangat karena gadis yg bernama Mycena Chlorophos. Dia mengetahui nama gadis itu ketika semua siswa/i tahun ajaran baru saat itu menggunakan papan nama dihari mos. Nama Mycena yg menarik perhatian nya.

Ia yg berusaha mendekati Mycena menjadi lebih semangat setelah melihat betapa ketus dan dinginnya gadis jamur itu. Ya, Wina meledeki Mycena dengan nama 'gadis jamur'.

"Jamur jamur!!" Wina berlari saat mendapati Mycena duduk ditaman sendirian. "Nama gue Mycena, bukan jamur!" Kesalnya menatap gadis yg akhir-akhir ini mengganggu ketenangan nya.

Wina nyengir, "Nama Lo susah, lidah gue gabisa ngucapinnya." Balas Wina polos, Mycena membalik bola mata malas "ga peduli."

Setelah mengatakan itu Mycena pergi dari sana, lagi dan lagi Wina kembali membututi nya seperti anak ayam yg mengeekori induknya. Mycena yg kesal sendiri berhenti dari jalannya kemudian menatap Wina dengan tajam "Mau Lo apa sih? Gue ga suka diikutin!" Sarkas Mycena, bukannya takut Wina malah menampilkan senyum lebarnya. "Ayo temenan!" Ujar Wina dengan semangat tak lupa mengulurkan tangannya kearah Mycena.

Mycena membalik bola mata malas kemudian melanjutkan langkah kaki nya yg tadi tertunda. Wina yg tak mendapat uluran tangan dari Mycena mendengus kesal, "Dasar jamur!" Makinya didalam hati, namun tak urung ia kembali mengekori gadis itu.

"Oke karena Lo diam, kita temenan!" Seru Wina lagi masih setia mengikuti Mycena.

Flashback off

Mycena hampir saja kehilangan sosok sahabat seperti Wina, ia senang Wina masih mau menjadi temannya hingga saat ini. Kalau dipikir-pikir emang awal perkenalan mereka itu tidak mengenakan, ah dia jadi ingat saat Wina yg awalnya berbeda kelas dengan dirinya bisa dalam sehari tiba-tiba pindah ke kelas miliknya.

Kita update lagi!!
Jangan lupa vote, komen n share yah!!
No siders:)

Mycena ChlorophosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang