Part 5 : Mama

75 16 0
                                    

• Vote n komen •

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

××××《◇》×××× •

Sebulan berlalu, Fang selalu menunggu jawaban dari Komender Kokoci dan selalu berharap pula bahwa ia akan mendapatkan kabar yang baik.

Hingga mereka mendapatkan libur jeda kembali, namun Fang masih belum mendapatkan kabar. Terbesit dalam fikiran untuk memberitahu ketujuh sahabatnya tentang hal yang tengah terjadi, tapi keraguan dan ketidak enakan muncul begitu saja.



"Kau nggak ikut ke Bumi lagi, Fang?"

"Nggak, ada urusan sama Kapten." Jawabnya enteng ketika Taufan bertanya padanya.

"Yaah, padahal liburan kemarin nggak ikut juga kan kalau nggak salah?" Thorn sedikit mengeluhkan hal tersebut. Sahabatnya tertawa kecil. Lalu mengucapkan maaf merasa tak enak. Melihat temannya beres-beres, tidak banyak karena liburan ini hanya jeda bagi mereka.

"Weh, nanti kalau Kapten sampai di rumah, titip salam ye?"

Fang tidak akan ikut campur lebih dalam soal ini, sadar akan posisinya yang bukan siapa-siapa selain kenalan lama Kapten 'Eita' . Ia melakukan ini karena ingin sedikit melegakan dorongan yang terus memintanya ikut campur.

"Siaaaap.." Ucap mereka serempak.









***

Dalam perjalanan pulang, Thorn tampak melamun, apa lagi setelah melihat planet nya sudah terlihat dari jarak yang jauh.

"Ngeri, ih. Senyum-senyum sendiri sambil ngelamun." Ucap Blaze mendengar suara tawa dari Thorn.

"Nggak kok... cuman keinget kakak,"

"Weh?! Makin ngeri!" Seru Blaze melebih-lebihkan. Thorn memukulnya pelan dan yang di pukul mengaduh walau tak terlalu terasa sakit sebenarnya.

"Btw, dulu tu kakak nyaris nggak kelihatan setiap hari nggak sih rasanya?" Thorn melanjutkan percakapan.

"Maksud?" Celutuk Blaze.

"Dulu kalau kita tanya Tok Aba, mesti jawabnya 'kakak di kamar mungkin,' gitu kan? Pas makan, pas liburan, lebaran, mau sekolah, mau ke TAPOPS, pulang dari TAPOPS, pulang sekolah... cuman saat-saat yang bener-bener penting gitu kakak baru ada. Tapi sekarang, ngobrol sama kakak, main, bercanda, kumpul, ngerawat tanaman (ini sih Thorn doang), masak, bikin minum, bareng kakak nggak sih?" Ujarnya panjang lebar, entah masih melamun atau tidak, Blaze juga hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Bener sih,"

"Kakak kok misinya lama banget ya? Udah sebulan lebih lho..." Thorn tiba-tiba cemberut, "Misi ya misi Thorn, apa lagi kakak pangkatnya tinggi. Mungkin jarang dapet misi tapi ya sekali misi... gini. Lama." Taufan ikut berkumpul sambil membawa teh buatannya sendiri.

"Haaah," Thorn melenguh panjang.

"Kangen,"








***

"Tok Abaaa!!!" Kali ini, hanya Tok Aba yang menunggu dan penuh kebahagiaan ketika cucu-cucu nya kembali setelah misi nya.

Memeluk satu persatu, memberikan salam dengan santun. Di kedai sudah ada tujuh coklat panas kesukaan mereka yang di siapkan Tok Aba.

"Korang mesti letih jalan kan misi, bawe santai je liburan kali ni..."

"Tok Aba juga pasti capek jaga kedai sendiri... Tok Aba rehatlah, kita nanti gantian jaga kedai." Gempa mempersilahkan kakeknya untuk duduk sekedar istirahat, melihat kedai mereka juga ramai di kunjungi banyak orang.

Di awali dengan Gempa dan Taufan untuk kali ini, menggantikan Tok Aba.



"Blaze, kamu masih sakit-sakitan lagi?" Tanya Tok Aba sedikit khawatir.

"Nggak Tok, Blaze sehat Alhamdulillah,"

"Periksa aja ya?"

"Udah kok Tok, ya... sama dokter TAPOPS sih." Jawab Blaze sambil menggaruk pipi yang tak gatal.

"Trus? Dokternya bilang apa?"

"Dokternya bilang nggak papa, kayaknya memang efek samping misi terakhir. Blaze sempet kena serang." Gempa menanggapi sambil mencuci gelas sedikit membelakangi mereka.

"Kena serang?!" Tok Aba sedikit panik. Mereka sengaja tidak memberitahu kakek mereka sebelum ini.

"Hisss, nggak papa kok Tok, Blaze dah sehat." Blaze menjelaskan kalau dirinya tidak bermasalah, mungkin di jawab lain dengan tatapan saudaranya yang selalu merawatnya dengan sedikit kehebohan.

"Elok lah tu, kalau ada apa-apa bilang kakak kalian tu. Dia lebih faham soalan macamni." Saran Tok Aba di angguki pelan oleh Blaze.

"Tok, Kakak ngasih kabar nggak ke Tok Aba?" Tanya Solar yang berada paling pojok.

"Hm? Tak, dah biase. Kerja kakak korang tu memang tak mudah. Taruhannya nyawa ( sedikit berbisik ) tapi Tok Aba tak risau, Mama korang dah bagi tau TAPOPS soal tu."

"Mama?!" Tanya mereka serempak. Antusias penuh perasaan dengan sosok ibu tiri yang bahkan tidak mereka ketahui. Tok Aba bisa menduga ini, mungkin memang sudah waktunya mereka tau tentang ini bukan? Toh, bahkan ketika libur panjang hingga mereka lulus sekolah itu Ayah dan Mama mereka tidak datang, urusan penting katanya.

Hingga foto yang tercantum di dinding rumah itu hanya memperlihatkan ketujuh siswa dengan wajah kembar bersama Kakak perempuan menggunakan masker dan Kakek yang mereka sayangi.

"Iye," - Tok Aba.



















• Bersambung •

Thank youuu









9 JuL 2022
5 April 2024






Kakak Kami yang Berbeda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang