Prolog

11 2 0
                                    

Memasuki gerbang sekolah terkenal satu dunia ini memang kebanggaan bagi banyak orang, tapi tampaknya Jae berbeda. Ia terpaksa masuk ke sekolah hanya karena masalah yang ia kira sepele. Kalian ingin tahu? Mari kita lihat kilas balik waktu ini.

Jae, anak SMP Myday.
Ia pulang sambil berlari sekuat tenaga, ia benci dengan waktu ini. Yap,  waktu senja. Sejak kecil sudah begitu, mungkin ini semua karena ada mitos yang mengatakan kalo main sampe sore ntar diculik dedemit.

Sesampainya Jae di depan rumahnya, ia terkejut melihat seseorang dengan tatapan yang siap memisahkan kepala dari tubuhnya.

"Oh my gosh..." desis Jae. Ia berjalan pelan pada orang itu berniat ingin menyalami tangannya. "Bunda, what are you doing right here?"
"Kemana aja kamu Park Jaehyung? Masuk. Ayah udah nungguin."

Jantung Jae seketika ingin keluar dari tubuhnya. Sang Bunda sudah memanggilnya dengan nama lengkap, ditambah lagi dengan ayahnya yang biasa sibuk, sekarang sedang menunggunya. Ia berasa digiring ke pengadilan, kalo ke pelaminan mah sama kamu. Eaak.

"Kayak lagi di pengadilan ya." Jae mencoba untuk mencairkan suasana. Akan tetapi usahanya tak membuahkan hasil, bunda dan ayahnya seperti algojo yang siap memisahkan kedua tangan Jae dari tubuhnya.

"Duduk." Perintah ayahnya. Bagai anak kucing, ia mematuhinya. "Ada-"
"Ini semua kasus kamu. Ayah bunda udah ngerekap semuanya. Jadi kami ingin-ah i mean kami udah masukin kamu ke Day6 Senior HS. Nilai kamu cukup bagus,"
"Tambah lagi ayah kamu nyari orang dalam supaya kamu bisa lolos di sana. Lusa bus Day6 HS bakal jemput kamu."
Mendengar hal itu Jae rasanya ingin berguling-guling di lantai dan menangis keras. Ia sudah berjanji dengan teman-temannya untuk masuk ke SMA 1 Myday. Bahkan di dalam otaknya, sudah tergambar bagaimana para gadis akan tergila-gila padanya saat ia bergabung dengan band kebanggaan sekolah tersebut. Jae tidak setuju dengan orang tuanya, "Bunda, ayah. Jae nggak mau. Kasus Jae nggak berat kok. Ngapain harus disekolahin di sana sih?"
"Nggak berat? Iya juga sih bun." Ayahnya mendadak tersenyum. "Ketahuan merokok di rooftop satu kali. Ikut tawuran dua kali. Baku hantam sama Younghyun sampe di skors satu bulan, waktu itu kamu bilang emang libur kan? Bukan kena skors? Kamu nyuruh tukang siomay deket rumah supaya nyamar jadi ayah buat dateng ke sekolah kamu. Terlambat, dan lain halnya. Itu nggak berat kan? Makanya ayah sekolahin kamu di sana, kalo pelanggaran kamu berat pasti udah ayah masukin ke jeruji besi, ya nggak bun?" Bunda Jae mengangguk sembari tertawa sesekali. Hal itu bukannya membuat suasana menjadi cair, malah semakin horor.

Itulah mengapa Jae bisa berada di sini. Ia berjalan menuju gerbang besar yang ada di seberang jalan. Gerbang itu dijaga oleh dua orang satpam berbadan kekar dengan senyuman bagai bunga mekar. Bukannya langsung bertemu dengan gedung sekolah, Jae hanya bisa menemukan hamparan rumput hijau yang cukup luas. "Sekolah apaan-"

"Lah babi? Kok lo disini?" Jae terkejut kemudian membalikkan badannya. Ternyata itu Kang Younghyun, aka musuh bebuyutannya. "Brianjing! Lo juga disini? Ini semua gara-gara lo! Kalo bukan lo yang mancing keributan, gue nggak bakalan di sini!" Umpat Jae. Tak terima disalahkan, Younghyun juga membalas dengan kata-kata yang lebih pedas lagi. "Heh kok salah gue? Lo nya aja yang punya banyak kasus, dasar babi. Kalo pacar lo sampe suka sama gue, akuin aja kalo gue lebih ganteng."

Saat Jae bersiap ingin memukul Younghyun dengan gitar kesayangannyaㅡharu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. "Yuk jalan bareng ke gerbang utama, keburu telat ntar."
"Lah? Lo-"
"Kenalin, Kim Wonpil. Kalo anak yang dibelakang gue itu nama Yoon Dowoon." Wonpil memperkenalkan dirinya sekaligus Dowoon saat perjalanan menuju gerbang utama sekolah. "Gue Park Jaehyung, panggil aja Jae atau eaJ bukan eyaJ ya."
"Gue Kang Younghyun, YoungK bukan Brian." Younghyun menatap sinis ke arah Jaeㅡoknum yang memanggilnya dengan Brian.


Setelah 3 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah gerbang yang disebut dengan gerbang utama sekolah. Di baliknya, terdapat sebuah gedung sekolah dengan hamparan rumput yang luas meski tak seluas hamparan rumput yang ada di balik gerbang satu.

"Bagus juga ya sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus juga ya sekolahnya." Puji Jae. Younghyun Wonpil serta Dowoon menoleh dengan wajah heran. "Baru tahu lo? Katrok banget hahahaha!" Ledek Younghyun. "Lo ngajak gelut anjing?" Emosi Jae kembali meluap. "Udah-udah, jangan berbaikan, gelut aja teros, kalian udah kayak primata yang lagi ngerebutin wilayah kekuasaan." Itu bukan dari Wonpil, melainkan dari Dowoon.

Manggil YoungK pake Brian aja ya.

Jae dan Brian menatap ke arah Wonpil. "Bukan gue. Noh si Doun."
"Mulut lo bersoda juga ya." Gumam Brian sambil menatap sinis ke arah Dowoon. "Bercola. Nggak suka soda." Balas Dowoon. Wonpil hanya menggeleng pasrah, "hah...udah deh. Emang gue doang yang paling bener."

"Diberikan tahu kepada siswa baru yang sudah tiba di sekolah serta yang masih berkeliaran kayak anak ayam mohon untuk segera menghampiri sumber suara. Upacara sekaligus penyambutan siswa baru akan segera dimulai."

Semua siswa berkumpul di lapangan rumput di depan sekolah. Semuanya siswa, tak ada satupun siswi yang menampakkan daksanya di tengah kerumunan ini. Brian terkejut kemudian mencolek bahu Wonpil yang tengah sibuk memperbaiki risleting kopernya. "Apaan?" Tanya Wonpil. "Ini beneran nggak ada ceweknya? Taman bunga kayak begini disia-siain sama cewe kan rugi. Mana guru-gurunya ganteng banget lagi."

Fyi guys, Wonpil berada di barisan paling depan nomor 4 dari kiri, di belakangnya ada Brian, Dowoon kemudian barisan manusia tak dikenal, Jae persis di samping Brian di barisan nomor 5 dari kiri.

"Belok lo?" Tanya Jae sambil menyuguhkan wajah jijiknya. "Kaga ya monyet. Kalo gue belok nggak mungkin kan gue pacaran sama pacar lo hehehe."
Lagi-lagi Jae naik pitam dibuatnya. Wonpil menggeleng kesal, "kalian ini nggak di sana nggak di sini berantem mulu. Bisa tenang nggak sih?" Dowoon hanya terkikik tanpa suara melihat kedua makhluk yang sejak tadi bak kucing dan anjing.

***

Hai guys. Makasih udah mau baca sekaligus vote nya ya^♡^
Kalian penasaran nggak sih sama judulnya? Ntar dijelasin kok tenang aja ^3^
Bye bye

Danar, Pejuang Matahari di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang