Damn
(Demi Allah mau Nangis)***
"Chi...kamu tau sesuatu kan?" Kini Younghoon dan Yoshi sedang berdiri di depan asrama lima sekawan. Awalnya kelima curut itu tidak mau masuk asrama dan memilih untuk tidur di pelataran mushalla. Dengan segenap daya dan upaya, tentunya diiming-imingi dengan seporsi bakso per orang.
Yoshi menggeleng, "Aku emang alumni sini bang. Tapi ya...gitu."
"Gitu apanya?"
"Emm..."
"Jangan ngegantung ya. Ntar kamu yang aku gantung beneran." Younghoon mulai emosi. Sejak tadi Yoshi hanya mengamati rumah ini tanpa sepatah katapun yang terucap. Yoshi menghela napas,"Dulu...Asa meninggal di sini bang."
"Oh cuma meninggal...kirain apaan..."
"Apa? Meninggal? Bunuh diri atau sakit?" Mata Younghoon terbelalak. Baru kali ini ia tahu ada fakta semacam itu di sebuah sekolah terkenal. Younghoon baru satu setengah tahun bekerja sebagai guru sekaligus Ustad pembimbing di sini. Dia tahu siapa Asahi, alias Hamada Asahi. Juyeon sebagai kepala sekolah yang sering bercerita tentang betapa berbakatnya Asahi ketika melukis, akan tetapi Juyeon tak pernah memberitahukannya tentang keberadaan Asahi. "Bunuh diri bang..." Kini mata Yoshi mulai berkaca-kaca. Younghoon mengusap punggungnya dengan lembut, "Temen kamu? Maaf ya, tapi apa sebab dia bunuh diri?"
"Aku juga ngga tahu bang. Satu lagi yang Ochi tahu...rumah ini...rumah keluarga Asahi. Orangtuanya penjaga sekolah dulunya, zaman bapaknya Bang Juyeon yang jadi kepsek. Orangtuanya meninggal gara-gara kecelakaan...makanya rumah penjaga dijadiin asrama...supaya Asahi nggak kesepian amat." Younghoon manggut-manggut setelah mendengarkan penjelasan dari Yoshi. "Jadi gimana bang?" Yoshi meminta keterangan lebih lanjut tentang apa yang akan mereka lakukan dengan asrama ini. Younghoon menghembuskan napasnya dengan gusar, "Penghuninya ini cerita kalo ada gangguan makhluk halus gitu. Aku nggak percaya hantu gentayangan itu ada Chi...gimana kalo ruqyah aja asramanya?"
"Sekalian penghuninya?"
"Tergantung merekanya sih..."
"Tanya Bang Juyeon aja deh bang. Lebih baik gitu..." Younghoon mengangguk. Besok ia akan bertanya pada Juyeon apa pendapatnya tentang meruqyah asrama ini."...Soalnya Bang Juyeon sensitif banget kalo urusan asrama Asa." Lirih Yoshi ketika melihat punggung Younghoon menjauh pergi. Ditatapnya asrama itu sejenak kemudian bergumam lagi, "Apa yang dikatain sama Bang Hyunjae bisa jadi bener. Bang Juyeon ada hubungannya sama kematian Asahi...juga hilangnya Esther." Yoshi melangkah pergi menjauh dari asrama. Kakinya terus melangkah dibawah lampu pekarangan sekolah yang temaram.
***
Sekolah cuma enam hari (5)
|Jae: Assalamualaikum
|Jae: Kalian dah pada tidur?|Brian: BREAKING NEWS GUYS! AKHIRNYA SETELAH SEKIAN LAMA JAE NGUCAP SALAM JUGA
|Jae: apaan sih lo? Kayak lo sering ngucap salam aja
|Wonpil: susah banget tidur nih...
|Dowoon: tenang kawan-kawan ku yang susah tidur
|Dowoon: ntar kalian tidur juga kok
|Dowoon: di dalam liang lahat|Jae: jancok un
|Brian: Yah kembali lah Jae pada kebiasaan lamanya
|Brian: bad word|Jae: lo mau ngajak tubir Bri? Sewot mulu lo
|Dowoon:
KAMU SEDANG MEMBACA
Danar, Pejuang Matahari di Kala Senja
Terror|Brian: Sungjin~ |Brian: main yok! |Wonpil: jangan mau Jin! Ntar sama Brian diajarin mainin hati cewek |Brian: Lama-lama gue cekokin juga lo sama kopi sianida |Jae: ngomong-ngomong kasus itu diadilin dimana? |Brian: di kafe |Dowoon: di pengadi...