6 bulan berlalu, selama itu Riyan dan Bima terus mengumpulkan persediaan dan senjata yang di butuhkan nanti, bahkan Bima juga membuat tempat perlindungan kecil untuk mereka berdua tempati.
Sejak 1 bulan yang lalu banyak bencana alam besar yang terjadi, sehingga banyak negara negara yang dalam kekacauan. Ditambah berita tentang meteor yang akan jatuh ke bumi menyebabkan kepanikan di masyarakat.
Dan sejak Bima menyatakan perasaannya, Bima semakin bersungguh-sungguh mendapatkan hati Riyan. Sehingga mereka mulai menjadi pasangan sejak 5 bulan yang lalu dan mereka tinggal bersama di mansion Bima.
Sekarang Riyan sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Setelah menata makanan di atas meja, Riyan pergi ke ruang tamu untuk menonton TV sambil menunggu Bima pulang kerja. Di TV banyak berita yang menyiarkan tentang bencana alam yang terjadi baru baru ini, dan informasi meteor yang akan jatuh ke bumi di perkirakan tahun baru ini. Riyan yang mendengar berita itu semakin khawatir. Sedang asik menonton berita, tiba tiba terdengar suara dari depan pintu.
" Aku pulang~" Bima masuk dengan dasi yang susah longgar dan pakaian yang kusut, jalannya sedikit sempoyongan, mukanya sedikit memerah terlihat seperti mabuk, bau alkohol juga tercium dari mulutnya.
Melihat Bima yang berantakan Riyan langsung membantu Bima berjalan dan menuju ke kamarnya.
"Bima, bima abis ngapain? Kok bau alkohol sih? " Riyan bertanya, namun hanya di jawab dengan gumaman tidak jelas dari Bima. Mendengar jawaban Bima, Riyan tidak memikirkannya dan langsung membuka baju Bima, tanpa sengaja terlihat tanda merah di leher Bima, melihat itu entah mengapa membuat hati Riyan sakit, dan suasana hatinya menjadi buruk.
Riyan bersusah payah mengganti baju Bima dengan suasana hatinya yang tidak baik. Setelah selesai Riyan langsung ke dapur untuk membereskan meja makan yang sudah di tata rapi sedemikian rupa. Mood makannya langsung hilang semenjak melihat tanda merah di leher Bima, pikirannya mulai membayangkan hal hal buruk yang mungkin terjadi dengan Bima. Saking larut dalam pikirannya, Riyan tanpa sengaja menyenggol gelas di meja.
Buru-buru Riyan membersihkan bekas kaca dari gelas yang di jatuhkan nya. Tanpa sengaja jari Riyan tergores kaca itu, namun seakan tidak merasakannya, Riyan hanya terus membersihkannya.
Setelah membersihkan kaca, Riyan mengambil segelaa air dan obat untuk Bima dan langsung pergi ke kamar untuk tidur, Riyan menaruh minum dan obat di atas nakas di samping Bima lalu tidur di samping Bima seakan hal tadi tidak pernah terjadi.
Paginya, Bima bangun pagi dan merasakan kepalanya sangat pusing dan memutuskan untuk memejamkan mata sebentar untuk mengurangi pusing, setelah mereda Bima bangun dan mendapatkan Riyan yang masih tertidur di sampingnya. Melihat Riyan yang tidur nyenyak di sampingnya tanpa sadar tersenyum kecil, setelah puas memandangi Riyan, Bima beranjak dari tempat tidur, matanya melihat obat di nakas di sampingnya dan langsung meminum obat itu.
Setelah itu Bima pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, sampai di kamar mandi Bima melihat kaca, dan langsung melebarkan matanya, dia melihat banyak bekas merah di lehernya, seketika Bima langsung panik memikirkan Riyan, Riyan pasti melihat semua bekas merah ini pikirnya.
Bima memikirkan kejadian tadi malam bersama karyawannya, Bima di paksa untuk minum bersama, karena pikirannya yang sedang kacau mengenai perusahaan dan juga hari akhir nanti Bima memutuskan untuk ikut, setelah menghabiskan banyak botol Bima sangat mabuk dan salah satu karyawannya menghampirinya setelah itu ia tidak ingat apa pun.
Setelah mengingat kejadian malam itu, Bima buru-buru keluar mencari Riyan, namun ketika dilihat Riyan sudah tidak ada di kamarnya.
Bima keluar menuju dapur, ia melihat Riyan yang sedang memanaskan makanan di panci. Melihat itu Bima merasa sakit di hatinya, dia tidak tau apa yang akan di katakan Riyan terhadapnya.
Bima menghampiri Riyan dan memeluknya dari belakang. Riyan yang merasakan pelukan tiba-tiba terkejut sedikit.
"Riyan" Bima memanggil Riyan dengan lembut, namun hanya di jawab gumaman oleh Riyan.
"Bima jangan ganggu Iyan dulu dong, kan Iyan lagi masak" Riyan berkata pelan sambil mengaduk supnya.
Mendengar itu, Bima malah semakin erat memeluk pinggang Riyan, Bima meletakkan kepalanya di pundak Riyan.
"Riyan" Bima memanggil Riyan lagi, namun suaranya sedikit manja.
Riyan yang mendengar nya langsung mematikan kompor dan membalikkan badannya menghadap Bima.
"Ada apa? " Riyan mentap Bima dengan bibir yang melengkung ke bawah, ia kesal acara memasaknya di ganggu.
Bima yang melihat ekspresi Riyan tertawa kecil. Pasangannya ini sangat menggemaskan, pikir nya.
Melihat Bima yang hanya memandangi nya, membuat Riyan semakin kesal. Riyan menyingkirkan tangan Bima yang masih melingkar di pinggang nya dan berbalik kembali membuat makanan.
Bima yang dilepas pelukannya merasa tidak senang dan memutuskan untuk duduk di meja makan menunggu makanan Riyan.
Setelah beberapa menit makanan pun jadi, Riyan menata makanannya di atas meja.
"Enak" Bima memuji makanan Riyan, entah kenapa setiap hari makanan yang di masak Riyan semakin enak bahkan hampir menandingi masakan chef terkenal. Riyan yang mendengar makanannya di puji sedikit senang, karena setiap hari Riyan terus meningkatkan skill memasaknya sehingga Bima dapat menikmati masakannya.
Setelah sarapan bersama, Bima memutuskan untuk menonton TV sedangkan Riyan ke dapur untuk mencuci piring kotor.
Karena hari ini hari sabtu jadi tidak ada kegiatan yang dilakukan mereka berdua.
Setelah mencuci piring, Riyan ke ruang tamu untuk menonton TV bersama Bima.
"Bima kemarin abis ngapain? " Riyan memulai percakapan. Bima yang mendengar pertanyaan Riyan sedikit takut, masalahnya selama 5 bulan mereka menjadi pasangan Riyan tidak pernah sekali pun marah kepada Bima, bisa dibilang hubungan keduanya sangat harmonis.
"Kemarin saya abis minum bareng karyawan saya" Bima menjawab seadanya, dia bingung harus menjawab apa.
"Oh ok" Riyan menjawab dengan nada sedikit tidak peduli, dia percaya Bima tidak akan mengkhianati nya, jadinya dia tidak menanyakan lebih lanjut. Sedangkan Bima, mendengar jawaban Riyan, hatinya semakin takut. Sehingga Bima hanya terus menatap Riyan.
"Kenapa? " Riyan yang terus ditatap oleh Bima jadi sedikit gugup.
"Kamu gak mau nanya yang lain? " Bima bertanya dengan ragu-ragu. Mendengar pertanyaan Bima, Riyan tersenyum kecil.
"Riyan percaya kok kalo Bima gak bakal nyakitin Riyan" Riyan menjawab dengan senyum di wajahnya.
Tbc.
Bingung mau ngelanjutin gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Rich Man Love Me
FantasíaPerjalanan Riyan bersama orang-orang terkaya menghadapi hari akhir