Bab 06

71 15 0
                                    


Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo!

12-Juli-2022

Ketahuilah untuk memberikanmu sebuah istana, aku harus mematahkan ribuan penghalang.

Rumah Singgah





Alif memang berada di kelas, tetapi pikiran Alif masih tersangkut di rumah kekasihnya, Sinta. Isi kepala Alif masih berkutat dengan raut bahagia sang pujaan hati yang begitu senang karena Alif bersedia menyantap makanan buatannya. Apalagi saat Alif memuji hasil masakannya.

Alif mengembuskan napas dengan keras, seolah tengah mengeluarkan uneg-unegnya yang mengganjal hatinya. Kelakuannya itu tanpa sadar mengganggu Devi yang duduk di sebelahnya. "Lo kenapa, Lif? Ada masalah sama Sinta?”

Pertanyaan tanpa aba-aba itu berhasil membuat Alif sedikit terkejut. “Lo bisa baca pikiran gue?” tanya Alif, sedikit takjub karena tebakan teman sekelasnya itu tepat sasaran.

Devi tersenyum lebar, perempuan blasteran Malaysia-Indonesia itu mengangguk bangga.

“Lo cenayang, ya?” Lagi, Alif melontarkan pertanyaan.

Kali ini bukan hanya senyum saja, tetapi tawa perempuan itu juga keluar. “Eh, gue bukan cenayang, ya. Jangan aneh-aneh deh,” balas Devi. “Lagian, seorang Alif Shaqra Adi Yaksa enggak mungkin pusing soal mata kuliah. Otak lo enggak bisa bohong kalau udah pinter dari sononya.”

Mendengar pujian yang kerap kali datang dari teman-temannya, Alif menjadi dongkol. Padahal, menurutnya, dia hanya rajin belajar. Bukan pintar dari orok.

“Hm.” Hanya gumaman singkat yang Alif berikan.

Devi pun demikian. Tak lagi membuka mulutnya, dan kembali fokus pada buku tebal di hadapannya.

Alif mendesah malas, mata kuliah yang seharusnya diisi dua jam lebih, hanya terisi satu jam. Dosen yang bersangkutan beralasan jika dia ada urusan penting, akhirnya kelas harus selesai dengan cepat.

Alif mencari kontak Sinta di ponselnya, mengetik pesan singkat berisi ajakan untuk makan mi ayam kesukaannya bersama Sinta.

Alif

Sayang, nanti setelah kamu habis kelas kita makan mi ayam kesukaan aku, ya.

Setelah memastikan pesannya terkirim, Alif memilih untuk bermain game saja. Kebetulan dia baru men-download game baru yang direkomendasikan oleh Gewana.

Water Sort Puzz**.

Beberapa kali Alif mengumpat saat  menemui kesulitan di level berikutnya. Saat sedang asyik bermain, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya.

Bunda.

Tanpa menunggu lama Alif segera membuka pesan yang berasal dari sang bunda.

Bunda

Alif, nanti sore kalau enggak ada kuliah lagi kamu langsung pulang, ya. Kita jemput Ayah bareng-bareng di bandara.

Ah, kesempatan yang Alif tunggu akhirnya datang juga. Untuk itu jemari Alif bergerak lincah membalas pesan bundanya. Mengiyakan jika dirinya bersedia menemani bundanya menjemput sang ayah.

Rumah Singgah [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang