Bab 11

53 10 0
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo!

30-Juli-2022







"Sin, lo gila, ya? Lo bawa kita ke sini cuma buat bantu milihin baju? Itu doang? Ya Tuhan, gue langsung migrain."

Dania tidak bisa menahan mulutnya untuk mengoceh. Sungguh, dia sudah merelakan membolos dari mata kuliah Pemrograman Terapan, dan ujung-ujungnya hanya diminta untuk memilih pakaian yang akan dikenakan Sinta.

Benar-benar konyol.

"Iya, Sin. Gue setuju sama Dania," celetuk Sera sambil menggeleng-gelengkan kepala. Benar-benar tidak habis pikir dengan teman seperjuangannya itu.

Sinta yang mendapat omelan dari kedua temannya hanya meringis. Tetapi, mau bagaimana lagi. Dia memang butuh saran dan masukan dari kedua temannya.

"Sorry, Ra, Dan. Gue, tuh, bingung karena enggak ada orang yang bisa gue minta tolong buat milihin pakaian mana yang mau gue pake. Gue mau nanya Mbok Yati, enggak mungkin. Lo berdua sendiri tahu, kan, kalau Mbok Yati itu enggak ngerti fashion," tutur Sinta.

"So, gue mohon. Bantu gue, ya? Please."

Dania dan Sera saling pandang. Mereka sudah terlanjur datang, mau tidak mau mereka harus memberikan sebuah saran untuk Sinta. Lagi pula, bukannya teman itu harus saling tolong menolong, kan?

"Oke. Kita siap bantu lo."

Dan, Sinta langsung memeluk kedua temannya. Dua orang yang begitu setia bersamanya dalam berbagai hal.

Setelah peluk-pelukkan ala Teletubbies berakhir, Dania dan Sera mengeluarkan semua isi lemari pakaian Sinta. Memilah beberapa pakaian yang menurut mereka layak untuk dikenakan Sinta saat bertemu dengan kedua orang tua Alif.

"Sin, coba yang ini, deh." Sera menyerahkan satu dress berwarna putih melepak pada Sinta.

"Habis itu cobain dress pilihan gue, ya." Tak ingin kalah dengan Sera, Dania pun memberikan dress pilihannya pada Sinta.

Sinta menyambut dress pilihan kedua temannya. "Oke, gue cobain pilihan Sera dulu," ucap Sinta seraya meninggalkan kedua temannya.

Sembari menunggu Sinta mencoba dress, Sera dan Dania mulai berselancar di dunia maya. Keduanya sibuk melihat beberapa postingan teman-teman mereka. Sampai akhirnya Sera berteriak kaget melihat postingan Sovia.

"Anjir! Sovia pindah ke Sydney, dong!"

"Serius?" Dania pun terkejut.

"Ssttt.... Jangan keras-keras, nanti Sinta dengar," bisik Sera.

Dania seketika menutup mulutnya, tangannya merebut ponsel Sera dan melihat postingan adik tingkatnya yang kini telah mengenyam pendidikan di luar negeri. Melihat wajah Sovia yang tersenyum lebar ke kamera, Dania tersenyum sinis.

"Cih, cewek enggak tahu malu. Setelah gagal jadi orang ketiga di hubungan Alif sama Sinta, sekarang dia udah bisa senyum," cibir Dania.

Sera meringis, entah mengapa dia merasa bersalah atas kepindahan Sovia ke luar negeri. Perempuan itu pasti trauma dan terpukul atas tindakan Sinta yang telah melabraknya setelah memberikan hadiah untuk Alif.

"Dan, kok, gue kasian sama Sovia, ya," ucap Sera.

"Enggak perlu kasian sama dia, Ra. Bibit-bibir pelakor kayak gitu perlu dibasmi," kata Dania.

Saat Sera ingin menyela ucapan Dania, Sinta tiba-tiba datang dan menghampiri kedua dengan mengenakan dress pilihan Sera. Dengan sangat terpaksa Sera menahan lidahnya.

Rumah Singgah [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang